3. ALENTARGA '2 [REVISI]

137 16 0
                                    

Rasa sakit yang terbaik di dunia ini adalah ketika seseorang membuat mu merasa begitu istimewa di hari kemarin dan membuat mu merasa begitu tidak diinginkan di hari ini.

*****

"Pagi bun, dek, Kak Faris." sapa Alenta kepada kakak, bunda dan adiknya sambil menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Pagi, nak" jawab Widya-bunda Alenta-

"Pagi, dek" jawab Faris-kakak kedua Alenta- sambil mencium kening Alenta. Sedangkan Ryo-adik Alenta- hanya berdeham untuk menjawab sapaan kakaknya itu.

"Busett, kok cuman gue yang ga disapa?!" protes Elang, kakak ketiga Alenta.

"Siapa lo?!" balas Alenta sambil memeletkan lidahnya.

Tak terima dengan perlakuan adiknya itu, dengan kasar ia menendang kursi yang di duduki adiknya itu. "Ada dendam apa sih lo sama gue?"

Alenta pun tak menjawab ia lebih memilih untuk memeluk erat kakak keduanya guna mendapatkan perlindungan.

"Kamu ini kenapa sih Elang sama adiknya kok kasar begitu. Bicara yang baik baik kan bisa." bela Faris.

"Dia duluan kak." jawab Elang tak terima.

Widya yang sedang menyiapkan sarapan pun mulai terusik karna kelakuan anak anaknya itu. "Sudah sudah kalian ini kenapa sih setiap pagi bertengkar terus. Nggak malu apa didengar sama tetangga. mbok ya sama saudaranya itu yang akur."

Ya begitulah rutinitas yang terjadi setiap pagi dalam keluarga Alenta. Alenta memang tidak pernah akur dengan kakak ketiganya itu.

Dalam keluarga Alenta, ia adalah anak perempuan satu satunya. Anak keempat dari lima bersaudara.

Kakak pertamanya yang bernama Narendra Satya Hirmiawan telah menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan sehingga ia sudah memiliki rumah tangganya sendiri.

Lalu kakak keduanya, Faris Ikhsan Bachtiar Hirmiawan merupakan seorang arsitektur yang bekerja di salah satu perusahaan ternama. Diantara saudaranya yang lain, Alenta paling dekat dengan Faris. Kakaknya yang satu ini merupakan kakak yang sangat perhatian dan selalu memanjakan dirinya.

Tentunya sangat berbeda dengan perlakuan yang ia dapat dari kakak ketiganya, Elang Ganendra  Hirmiawan. Kakaknya yang ketiga ini masih berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Dan yang terakhir adik laki-lakinya yang masih duduk dibangku SMP, Ryo Gadhing Pamungkas Hirmiawan.

Lalu bagaimana dengan ayah Alenta? Ayah Alenta sudah meninggal 10 tahun lalu karena penyakit jantung yang ia miliki. Meskipun ia telah kehilangan ayahnya Alenta tetap merasakan kehangatan keluarganya. Kakak kakaknya bahkan adiknya tidak ada hentinya memberikan perhatian dan rela berkorban demi Alenta walau dengan cara yang berbeda beda.

"Bun, awkhu udhwa twelwat. Dwulwan, ya." ucap Alenta yang kurang dimengerti oleh bundanya, karna dia berbicara sambil mengunyah sarapannya.

"Nak, kalau makan itu ditelan dulu makanannya baru ngomong." nasihat Widya.

"Buru buru ini, bun!" kata Alenta sambil memakai sepatunya.

Tin.. Tin..

"Tuh kan, bun. Aku udah dijemput. Duluan ya, Bun. Assalamualaikum." ucap Alenta yang langsung salim kepada bundanya dan mengecup pipi kanan kak Faris setelah itu berlari menuju depan rumah.

"Hahh..? dijemput? dijemput sama siapa dek?" tanya Faris heran.

"Udah bawa botol minum belum, Len?" tanya Widya.

ALENTARGA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang