Kalau kau jeli, setiap hari ada saja kebaikan. Setiap hari, kau dikelilingi oleh orang orang baik. Dunia ini menyenangkan, bukan?
*****
Alenta langsung pergi begitu saja ketika mendengar suara bel berdenting. Ia bergegas menuju kelas Arga. XI-4.
Sesampainya disana, Alenta melihat kelas Arga masih sepi. Tak ada satu pun siswa yang keluar. Ia mencoba untuk mengintip keadaan di dalam melalui jendela kelas tersebut.
Tidak ada guru yang mengajar disana. Namun, ia melihat murid murid tersebut sedang mendengarkan Arga yang tengah berbicara di depan kelas. Alenta meyakini sepertinya Arga tengah memberikan pengumuman yang penting sehingga suasana kelas tersebut begitu hening.
Alenta pun menyenderkan tubuhnya ke dinding, melipat tangannya di depan dada sambil sesekali menoleh ke arah jendela. Sampai akhirnya ia mulai mendengarkan suara suara gaduh di dalam sana.
Sekali lagi Alenta mengintip dari jendela. Benar saja, Arga sudah selesai berbicara. Murid murid tersebut terlihat sedang bersiap untuk pulang.
Tanpa ragu Alenta pun membuka jendela tersebut dan memasukkan kepalanya ke dalam. Padahal jendela tersebut merupakan tipe jendela yang dibuka dari bawah dan hanya bisa terbuka setengah.
"Arga." pekik Alenta sambil senyum senyum dan melambaikan tangannya ke arah Arga.
Tentu saja hal ini membuatnya menjadi pusat perhatian. Kelas yang awalnya gaduh mendadak senyap seketika. Semua mata tertuju padanya. Ada yang menertawainya. Ada yang hanya sekadar terkejut. Ada pula yang menghinanya seperti cenayang karna tiba tiba muncul begitu saja.
"Lu Alenta apa jelmaan dedemit sekolah?" celetuk Dimas sembarangan yang membuat suasana semakin gaduh.
"Gue nggak kenal lo, Len." canda Alya.
Namun, Alenta tak menghiraukan semua itu. Ia terus melambaikan tangannya ke arah Arga.
Seperti yang lainnya, Arga pun terkejut dengan kedatangan Alenta. Laki laki itu menatapnya datar. Ia tak menjawab sapaan Alenta. Namun, dengan segera ia membawa tasnya dan menemui Alenta di depan kelasnya.
Sadar akan Arga yang akan menemuinya. Alenta pun mengeluarkan kepalanya dari jendela tersebut dengan perlahan.
"Kamu, ngapain Len? Itu kan bahaya. Nanti kalo kesangkut gimana?" ucap Arga khawatir.
"Nggak kok, Nggak apa apa. Kepala ku kan mininimalis" Jawab Alenta sambil memegang pipinya dengan kedua tangannya.
Arga terkekeh dengan ucapan Alenta. Ia memegang kepala Alenta dan membenarkan rambut gadisnya itu yang sedikit berantakan karna ulahnya tadi. "Terus ngapain kesini?"
"Nungguin kamu."
"Tapi kan saya nggak minta kamu nungguin."
"Tapi kan aku mau ketemu pacar."
"Kan bisa saya aja yang kesana."
"Gamau, nanti kamu ngilang lagi."
Arga tersenyum tipis. "Yaudah, ayo pulang." ucap Arga yang langsung menggandeng tangan Alenta.
"Yah, kok pulang sih. Kemana dulu kek." ucap Alenta.
"Emangnya mau kemana?"
"Yaa kemana gitu, terserah."
"Pulang aja ya, Len. Weekend aja perginya. Besok kan saya ada olimpiade, mau siap siap." ucap Arga menjelaskan.
"Oh iya, yaudah deh. Janji ya weekend?"