Kamu serupa dengan kegagalan. Mematahkan tapi ingin terus ku perjuangkan.
*****
Selepas pelajaran penjaskes, siswa siswi XI IPA 2 bergegas meninggalkan lapangan. Para siswa segera berlari menuju kantin sedangkan para siswi segera berlari menuju ke kelas untuk berganti pakaian. Sebenarnya SMA Nirwana sudah memberikan fasilitas ruang ganti bagi siswa siswinya.
Namun, faslitas tersebut tidak dipergunakan bagi siswi XI IPA 2. Pasalnya ruang ganti tersebut sudah dipenuhi dengan siswi kelas lainnya. Mereka akan merasa tidak nyaman jika harus berganti baju dengan posisi berdesak desakan. Maka dari itu ruang kelas adalah alternatifnya.
DOK DOK DOKK..
"Eh woi, masih lama nggak sih?" teriak Deny sembari mengetuk pintu kelas dengan kasar.
"YA SABAR AELA, BARU AJA BUKA RISLETING." sahut Tania.
Belum selesai mereka berganti baju, anak laki laki sudah datang. Sehingga timbullah drama cepetan-woi-kalo-nggak-gue-dobrak-nih.
"Cepetan aela, emang lu doang yang gerah." celetuk Evan sambil mengipas ngipas tubuhnya.
"Iyaa bentar iyaa." jawab salah satu siswi yang berada di dalam kelas.
DOK DOK DOKK..
"Buseet itu cowok cowok, kenapa nggak sabaran banget sih." gerutu Tania.
Alenta yang sudah selesai berganti baju pun segera merapikan diri dan tentunya menyemprotkan wewangian untuk menetralisir bau badannya.
"Len lu sudah selesai? jagain pintu dong." pinta Tania.
Alenta mengangguk tanda setuju dan segera menuju depan pintu.
DOK DOK DOK..
Anak laki laki sudah bergerak lebih agresif lagi. Namun, yang ditunggu pun tak kunjung menyelesaikan aktivitasnya. Ada yang baru pakai kemeja. Ada yang baru pakai rok. Bahkan, ada yang masih memakai seragam olahraga lengkap.
Alenta pun berinisiatif untuk menjaga pintu dari luar kelas, takut jika anak laki laki sungguh sungguh ingin mendobrak pintu.
"Gue jaga diluar aja ya. Gue buka dikit pintunya. bae bae tu yang masih ganti baju" seru Alenta.
Alenta membuka pintu perlahan lalu menyelipkan tubuhnya menuju keluar ruangan. Setelah itu, ia pun berdiri menghadang pintu tepat di depan Evan. Evan yang berkacak pinggang berdiri membelakangi Alenta, tak mengetahui keberadaan Alenta. Sampai akhirnya ia hendak mengetuk pintu.
DOK DOK DOKK..
Yap, tentu saja bukan pintu yang ia ketuk. Melainkan jidat seksi milik Alenta.
"Woi sakit aela." keluh Alenta yang reflek menjitak kepala Evan ke samping kanan. Evan pun sedikit terpental dari tempatnya.
"Ya maaf, kan gue ga tahu." Ucap Evan membela diri dan mengelus elus kepala sebelah kanannya.
"Emang lu gapunya mata apa gimana sih? Jelas jelas badan gue segede gini masa ga keliatan" Jawab Alenta dengan nada tinggi. Alenta tak terima. Bagaimana tidak, Evan mengetuk dahinya keras dan sudah otomatis kepala bagian belakang Alenta terbentur pintu. Perpaduan yang pas.
"Udah ya van, pokoknya gue gamau tahu. Atas nama jidat seksi gue lu harus tanggung jawab." Tegas Alenta tak mau tahu.
"Gamau."
"Ih, tanggung jawab nggak?!?"
"Nggak"
Tanpa basa basi Alenta pun menjambak rambut Evan sekuat tenaga.