0.2. Prologue

128 10 0
                                    

Surai berwarna hitam Jungkook diterpa angin semilir di sebuah pemakaman. Pakaiannya serba hitam. Sangat kelam. Bunga mawar mewah digenggamnya erat sangat kontras dengan pakaiannya. Makam dengan nama Jung Eunha yang ia datangi. Makam istrinya yang sudah pergi meninggalkannya sejak setahun lalu. Luka hatinya masih belum kering. Ia ingat betul bagaimana wajah sakit Eunha. Wanita itu tetap berusaha tersenyum agar suaminya itu tak khawatir. Penyakit liver yang Eunha derita harus merenggut nyawanya bahkan sebelum mereka sempat memiliki keturunan.

Jungkook tersenyum, "Selamat pagi istriku."

Bunga mawar merah adalah kesukaan Eunha. Mainstream memang tapi begitulah adanya. Sejak awal menikahi Eunha memang tak ada rasa cinta di hatinya, namun lama kelamaan kelembutan hati Eunha dan kebawelannya dapat meluluhkan kerasnya hati Jungkook yang selama ini membeku.

"Tepat satu tahun semenjak kamu pergi. Hariku masih sama. Masih terluka akan kepergianmu. Masih merindukan sosokmu." Ucapnya lirih.

Tak ada gunanya memang curhat dengan batu nisan, namun ia rasa Eunha dapat mendengarnya. Ia yakin sekarang Eunha sedang menatapnya juga. Entah darimana. Cukup lama Jungkook berada di sana hingga ia beranjak.

"Aku pamit. Aku mencintaimu." Pamitnya.

...

Solbin menatap kekasihnya dengan kecewa. Lelaki itu terus berubah walaupun cinta yang ia berikan tak pernah berubah.

"Cukup. Aku lelah bertengkar." Ucapnya.

Lelaki itu menatapnya dengan frustasi. Ia juga lelah bertengkar terus-terusan.

Bukannya seharusnya Solbin yang frustasi? Ia terus disakiti dan disakiti padahal cinta yang ia beri tidak pernah berubah. Ini tidak adil bagi Solbin, namun hatinya masih saja lemah pada lelaki ini.

"Aku pergi. Kamu bisa tenangkan dirimu." Lanjut Solbin.

Ia mengambil tasnya. Keluar dari rumah yang sebenarnya juga rumahnya. Rumah bersama. Yugyeom mengacak rambutnya kesal. Lagi dan lagi mereka bertengkar. Masih karena hal sepele. Ia tak berniat sama sekali mengejar Solbin. Ia terlalu lelah karena terus bertengkar. Ia menekan nomor-nomor di hpnya dengan kasar.

"Halo." Jawab panggilan itu, suara lembut namun terkesan seksi.

"Aku akan ke apartemenmu."

"Eum. Datanglah. Aku merindukanmu." Ada senyuman licik di seberang telepon itu.

Solbin bersembunyi dibalik pagar, ia dapat melihat mobil kekasihnya pergi meninggalkan rumah itu. Entahlah kemana. Solbin tak suka berasumsi. Namun kecurigaannya semakin besar hari demi hari melihat perubahan kelakuan Yugyeom. Ada yang tak beres lagi dengan hubungan mereka.

Solbin berjalan asal sambil menangisi keadaannya. Ia membenci terlalu mencintai namun apa daya dirinya sudah buta akan cinta. Yang ia perlukan saat ini adalah Junhoe, sahabatnya. Sialnya lelaki itu tak dapat dihubungi. Mata Solbin terlalu sulit untuk melihat karena genangan air mata. Ia tak menyadari sebuah mobil mengarah padanya dan perlahan mengubah segalanya dalam kehidupannya.

...

Eunwoo berlari menuju ruang gawat darurat. Suster Chaeyeon memanggilnya karena ada seorang pasien kecelakaan.

"Pasien bernama Ahn Solbin. Kecelakaannya baru saja terjadi dan yang menabrak adalah Jeon Jungkook. Pewaris Seonhwa Group." Jelas Chaeyeon.

Eunwoo berhenti sebentar mendengar nama anak pemilik rumah sakit ini, "Serius?"

"Serius dok. Jungkook sendiri yang membawanya ke sini dan mengatakan yang sejujurnya." Eunwoo menghela napas.

Eunwoo kembali berlari melihat keadaan pasien itu. Lukanya cukup parah. Banyak darah yang terbuang. Ia juga dapat melihat Jungkook yang terluka.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now