19. Sembilan Belas

55 4 0
                                    

"Apa yang kamu lakukan di sini? Apa masih belum cukup menyakitiku?" –Park Jimin

 

Fokus  : Jungkook, Solbin, Jiho


Minah meminta beberapa orang di sana untuk membawa Jiho ke rumah sakit. Ia juga tak tega apalagi Jiho benar-benar kacau dan penuh luka. Lelaki di hadapannya ini memang brengsek. Belum cukup ia menyakiti Solbin sekarang malah menyakiti Jiho.

"Terima kasih untuk luka yang telah kamu toreh pada sahabatku. Aku pastikan kalian tak akan bertemu lagi." Ucap Minah pada Jiho yang hanya menunduk menangis.

Sebenarnya Jiho merasa kesal dengan orang-orang yang memperlakukannya dengan menjijikkan. Padahal yang salah di sini bukan hanya dia. Yugyeom juga berperan dalam perselingkuhan ini. Yugyeomlah yang membuka pintu perselingkuhan.

Junhoe dan Yugyeom akhirnya dilerai satpam. Minah tak memperdulikan itu dan berlari mencari Solbin. Jungkook yang sudah terlebih dahulu mengejar Solbin menemukan wanita itu menangis di taman dekat hotel.

"Aku benar-benar kecewa denganmu Yugyeom. Seharusnya sejak awal aku tak membiarkan dia bersamamu." Ucap Junhoe, wajahnya juga memar seperti Yugyeom.

Tangisannya terdengar begitu menyakitkan bagi Jungkook. Semenjak Jungkook menikah dengan Eunha ia berjanji tak akan membuat wanita menangis. Hatinya sakit saat melihat wanita menangis. Apalagi itu Solbin. Calon istrinya. Jungkook mendekati Solbin. Solbin tahu itu Jungkook. Jungkook duduk di sebelah Solbin dan memeluknya, membiarkan wanita itu menangis di dadanya. Mungkin saja Solbin akan lebih lega.

Minah berhenti tak jauh dari mereka. Hatinya juga sakit melihat sahabatnya menangis. Air matanya juga mengalir. Ia bersyukur setidaknya ada Jungkook di sana yang bisa menenangkannya. Minah terduduk di bawah pohon yang menghalangi mereka bertiga. Menangis tanpa suara.

"Maafkan aku Bin. Aku tak mampu membantumu." Lirih Minah kecil.

Jungkook mengusap kepala Solbin sembari menenangkan wanita itu, "Tenanglah." Ucap Jungkook.

Tangisan Solbin dan Minah menambah kelamnya malam itu. Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah tenang. Solbin maupun Minah tak ada yang berbicara. Mereka tidur saling memunggungi. Menangis lagi dalam diam.

Esok harinya mereka memutuskan untuk pulang ke Seoul. Semua persiapan pernikahan itu terpaksa ditunda. Situasi saat ini tak mendukung. Masing-masing larut dalam pikiran masing-masing. Saat sampai Seoul pun mereka tetap saling diam. Mengerti keadaan masing-masing yang memerlukan waktu sendiri.

...

Jimin telah kembali ke Korea. Ia berusaha melupakan semua yang terjadi di Thailand. Ia akan menutup lembaran lamanya bersama Bambam. Ia kembali membuka kafe seperti biasa. Berusaha tersenyum melayani pelanggan walau hatinya begitu sakit.

Rose dan Junhoe terlihat masuk ke kafe itu. Jimin sedikit penasaran melihat wajah Junhoe yang lebam. Lelaki itu duduk di pojokan sedangkan Rose sepertinya yang akan memesankan minum. Rose membawa pesanan mereka ke meja yang ditempati Junhoe. Wajah Junhoe menjadi sendu. Sepertinya mereka akan memulai sesi curhat.

"Apa lebam ini karena Yugyeom?" Tanya Rose.

"Kami berkelahi." Jelas Junhoe.

Entah kenapa rasanya hati Rose sakit begitu tahu alasan Junhoe berkelahi dan lebam ini. Demi Solbin. Sahabatnya yang sudah ia sukai sejak dulu.

Jimin melanjutkan pekerjaannya kembali. Kafe itu mulai sepi. Rose dan Junhoe juga sudah pergi. Tidak ada pelanggan membuat Jimin melamun. Hingga sesosok lelaki yang sangat familiar datang. Mata Jimin dan mata lelaki itu bertemu. Jimin membulatkan matanya.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now