4. Empat

63 9 0
                                    

"Akukan sudah bilang seberapa rapat pun kamu menyembunyikan perselingkuhanmu pasti akan ketahuan juga. Aku yakin sekarang Solbin sedang sangat kecewa padamu." –Park Jimin


 
Fokus : Eunwoo, Minah, Jimin, Junhoe

Junhoe berjalan melalui berbagai toko-toko. Ia baru saja keluar dari tempat persemayamannya. Studio musik. Ia tak sepenuhnya berkonsentrasi karena memikirkan Solbin yang kondisinya memburuk. Tadi malam Minah mengabarinya bahwa Solbin kritis. Ia berlari sekuat tenaga ke RS Seonhwa. Menemukan Minah yang menangis tersedu-sedu. Beberapa jam setelah itu kondisi Solbin stabil kembali. Namun ia tetap belum sadarkan diri. Minah memaksanya pulang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan terpaksa ia kembali ke studionya lagi.

Tadi pagi Minah mengabarinya bahwa kondisi Solbin semakin stabil. Ia tak perlu terlalu khawatir. Tetap saja ia khawatir. Ia memutuskan untuk membelikan kopi dan kue untuk Minah yang sudah sukarela merawat Solbin selama sakit.

"Selamat datang." Sambut pegawai kafe yang Junhoe datangi.

Junhoe tak sengaja melihat nametag pegawai itu, Park Jimin. Wanita berambut hitam panjang itu tersenyum menyambut pelanggannya. Junhoe tentu saja membalasnya sebagai formalitas.

"Vanilla latte 1, Iced Americano 2, Red Velvet 3. Take away semua." Ucap Junhoe.

Ia duduk menunggu sambil memainkan hpnya. Ia membeli tiga karena ternyata ada Jungkook di sana. Benar lelaki itu sangat bertanggung jawab pada Solbin. Ia terus memantau keadaan Solbin. Bahkan tak ragu untuk datang langsung walaupun ia sebenarnya juga sibuk sekali.

"Junhoe-ssi?" Jimin memanggilnya karena ia melamun.

Junhoe segera berdiri, "Mianhaeyo. Makasih." Ia melanjutkan jalannya menuju RS Seonhwa.

Jimin menatap kepergian Junhoe. Tentu ia mengetahui siapa Junhoe. Yugyeom sahabatnya pernah bercerita tentang kecemburuannya pada Junhoe yang merupakan sahabat dekat Solbin. Hanya saja Junhoe tak mengetahui tentang dirinya. Jimin dapat melihat kesedihan di mata Junhoe.

Apa yang terjadi pada lelaki itu? Banyak sekali dia memesan minuman.

Pucuk dicinta ulampun tiba, Yugyeom meneleponnya.

"Waeyo Yugyeom-ah?"

"Apa kafemu sedang penuh? Aku ingin ke sana." Suaranya lirih.

"Datanglah. Aku akan menutup kafe sebentar."

Hari ini hari Minggu jadi kantor libur. Yugyeom terdengar sedih, sepertinya ia sedang bermasalah dengan Solbin. Ia pasti memerlukan teman berbicara. Jimin sebenarnya tak tega dengan Solbin mengetahui bagaimana brengseknya Yugyeom di belakang Solbin, tapi ia bukan siapa-siapa. Ia tak bisa berbuat banyak. Yugyeom adalah orang yang keras kepala. Jimin pun tak bisa menanganinya. Sebenarnya hanya Solbin yang bisa menangani batunya Yugyeom, namun sayang Solbin malah diselingkuhi.

Tak perlu waktu lama Yugyeom akhirnya sampai. Jimin menatap sedih temannya ini. Ia begitu berantakan. Mata pandanya semakin terlihat bahkan matanya juga sembap.

"Apa yang terjadi padamu?" Yugyeom diberikan air putih oleh Jimin.

"Solbin kabur." Terdengar hebusan napas Yugyeom.

"Bagaimana mungkin? Solbin bukan tipikal orang yang akan kabur jika bukan karena masalah besar seperti tiga tahun lalu." Jimin tak percaya.

"Tapi kenyataannya begitu Jimin-ah. Barang-barangnya juga sudah tak ada beberapa." Lelaki ini terdengar frustasi.

Jimin juga ikut menghembuskan napas, "Akukan sudah bilang seberapa rapat pun kamu menyembunyikan perselingkuhanmu pasti akan ketahuan juga. Aku yakin sekarang Solbin sedang sangat kecewa padamu." Ucap Jimin.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now