23. Dua Puluh Tiga

64 3 0
                                    

"Sampai dia merindukan kalian." –Cha Eunwoo

Fokus : Junhoe, Rose, Mina, Mingyu, Jungkook, Minah, Solbin

Suasana canggung begitu jelas antara Junhoe dan Rose. Donghyuk sedari tadi memperhatikan mereka. Seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Junhoe juga tak berniat banyak bicara. Perasaannya sedang galau setelah kepergian Solbin. Benar ia sedang berusaha melupakan cintanya pada Solbin, namun sebagai sahabat ia tentu mengkhawatirkan keadaan wanita itu. Apakah ia tinggal di tempat yang nyaman? Apakah ia makan dengan teratur? Apakah ia bisa menjaga dirinya?

Rose hanya melihat Junhoe. Keadaannya memang begitu kacau. Raganya memang ada di studio namun jiwanya melayang entah kemana. Mereka begitu canggung. Belum lagi ia merasa tak enak dengan masalah Mina dan Jiho. Mina sudah menceritakan semuanya tentang hubungan mereka semua. Namun ia berusaha untuk profesional, ia juga tak ingin mencampuradukkan masalah pribadi. Lagipula itu juga masalah Mina dan Junhoe bukan masalah dia. Dia tak akan ikut campur.

"Kalian lagi berantem ya?" Tanya Donghyuk.

Rose dan Junhoe sama-sama menoleh, "Maksudnya?"

"Kalian seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Ayolah." Baiklah perkataan Donghyuk menambah canggung antara Rose dan Junhoe.

"Apaan sih." Elak Junhoe.

"Mungkin perasaan kamu saja." Kali ini Rose yang mengelak.

"Mencurigakan." Kata Donghyuk lagi.

Junhoe tak ambil pusing karena Donghyuk memang biang gosip di kantor. Semacam lambe turah mereka. Rekaman hari itu dilajutkan dengan serius. Suasana canggung itu mempercepat selesainya rekaman. Junhoe berusaha menghindari Rose. Ia masih kurang nyaman terlebih Rose adalah teman Mina. Ia berjalan secepat mungkin menghilang dari pandangan wanita itu. Seharian ini ia benar-benar menghindar. Sedikit membuat Rose kesal.

"Ya Koo Junhoe." Panggil Rose.

Junhoe terpaksa harus menoleh, "Ne?"

"Kamu benar-benar terlihat menghindariku."

"Ah mungkin hanya perasaanmu saja." Jawab Junhoe kikuk.

"Jangan berbohong Jun."

"Terlihat sekali ya?" Akhirnya Junhoe menyerah.

"Eum."

"Aku hanya tak nyaman karena kamu teman Mina. Mungkin. Aku rasa kamu sudah tahu masalah apa yang terjadi beberapa hari terakhir."

"Arra. Itukan masalahmu dan Mina. Aku tak akan ikut campur ko. Aku tak akan membela Mina ataupun membelamu. Aku tak ada hak untuk mencampurinya."

Junghoe hanya mengangguk.

"Jadi jangan begitu lagi ya? Kita teman bukan?"

Junhoe tersenyum, "Baiklah."

"Kalau gitu biar aku traktir makan yuk. Kebetulan di sekitar sini ada restoran favoritku. Sekalian kamu bisa bercerita denganku. Kamu kelihatannya tak terlalu fokus daritadi. Ragamu ada di sini namun jiwamu sedang melayang di tempat lain. Begini-begini aku adalah pendengar yang baik tahu. Siapa tahu kamu akan lebih lega."

"Yeoksi... wanita memang begitu peka ya." Rose hanya terkekeh.

...

Minah menatap kamar Solbin yang kosong. Ia kira ia sudah menjadi bagian hidup Solbin. Nyatanya tidak. Solbin lebih memilih pergi dibanding melalui luka itu bersamanya. Ia pikir mereka sudah seperti saudara yang dapat berbagi suka duka bersama. Nyatanya tidak. Solbin masih menganggapnya orang asing walau sudah begitu lama.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now