20. Dua Puluh

63 4 0
                                    

"Kenapa harus sesakit ini?" –Kim Jiho


Fokus : Yugyeom, Jiho, Solbin, Jungkook

Solbin begitu sampai langsung masuk ke dalam kamar. Minah bahkan tak sempat bertanya dan hanya menghela napas kecil. Ia tak akan memaksakan sahabatnya itu. Solbin saat ini sangat kacau apalagi ingatannya sudah kembali setelah berbulan-bulan. Pertemuan dengan Yugyeom dengan segala kejutannya membuat Solbin cukup tertekan. Bukan cukup melainkan sangat.

Suara bel apartemen cukup mengganggu Minah. Pasalnya bel itu terus dipencet. Tak mungkin Jungkook atau Junhoe karena kedua lelaki itu tahu kodenya. Sungguh orang di luar itu benar-benar tak mengetahui keadaan kedua orang di dalam sedang sama-sama tak baik. Bagaimana mungkin setenang itu mengganggu orang lain. Dengan kasar Minah membuka pintu. Ia terkejut saat melihat sosok yang begitu ia benci. Jiho. Dia tidak sendiri karena bersama Mina. Sahabat baiknya. Sungguh Minah ingin mencakar kedua wajah itu. Mina terlihat menunduk saja sambil menggenggam tangan Jiho.

"Mau apa kamu datang kemari? Tak cukup yang semalam?" Bentak Minah.

Jiho terlihat diam saja. Ia lebih baik dibanding saat di Jeju dulu. Memar di wajah dan tubuhnya mulai berkurang. Namun wajahnya tetap terlihat kacau.

"Aku ada perlu dengan Solbin." Ucapnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menemui Solbin. Tolong jangan usik kami lagi." Minah benar-benar kesal dengan wanita ini.

"Aku mohon. Aku perlu berbicara dengan Solbin mengenai Yugyeom." Pinta Jiho lagi.

"Aku bilang tidak ya tidak. Kenapa memaksa sih." Minah muak dengan drama ini.

"Minah-ssi, aku mohon izinkan Jiho bertemu Solbin. Ini benar-benar penting." Kali ini Mina yang berbicara.

"Aku sungguh muak dengan kalian berdua. Kalian benar-benar wanita paling brengsek yang pernah aku temui. Yang satu simpanan satunya terus saja membela yang salah. Pergi saja kalian dari sini." Bentak Minah lagi.

Mina menunduk kembali. Benar yang ia takutkan selama ini akan terjadi. Semua orang tentunya akan membencinya. Ia mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. Berharap si kecil tak mendengar perkataan Minah. Ia tak ingin ucapan itu mempengaruhi malaikat kecilnya.

"Tolong jangan bawa-bawa Mina. Kamu boleh membenciku tapi tidak dengan Mina. Dia tak andil dalam perselingkuhanku." Jiho membentak Minah.

Minah menyeringai mendengar ucapan Jiho, "Jadi kamu mengakui telah berselingkuh? Menjijikkan."

"Kenapa kamu selalu memojokkanku? Perselingkuhan ini bukan hanya salahku. Yugyeom yang memulainya. Ia membuka pintu hatinya begitu saja!"

Solbin keluar dari kamarnya. Ia benar-benar tak sanggup mendengar pertengkaran sahabatnya dengan selingkuhan Yugyeom itu. Wajahnya begitu datar menatap ketiga wanita di depan pintu.

"Apa lagi yang ingin kamu katakan padaku? Kenapa kamu terus menggangguku? Tak bisakah aku hidup dengan tenang?" Solbin benar-benar ingin menangis sekarang, hatinya begitu sakit setiap melihat Jiho.

"Ada yang ingin aku sampaikan mengenai Yugyeom." Katanya.

Setelah saling tatap beberapa detik Solbin meminta Minah dan Mina untuk meninggalkan mereka berdua. Mina sebenarnya tak yakin tapi Jiho memaksanya untuk pulang saja sedang Minah masuk ke kamarnya dan memasang headset dengan volume paling keras. Ia kesal.

"Katakanlah." Kata Solbin datar, sekarang mereka ada di ruang tamu duduk berhadapan.

"Aku mohon padamu untuk melepaskan Yugyeom." Pinta Jiho.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now