Fokus : Semua pemain
Dua tahun kemudian
Jungkook memimpin rapat dengan berwibawa. Ia sudah resmi menjadi CEO. Ayahnya tersenyum melihat anak bungsunya itu sudah dapat memimpin rapat dengan baik. Sungjin pun tersenyum bangga melihat adiknya. Sekarang ia tak perlu mengkhawatirkan Jungkook lagi dan bisa meninggalkan Jungkook untuk keliling dunia dengan keluarga kecilnya. Sungjin sejak awal tak ada keinginan untuk memimpin perusahaan. Ia tahu Jungkooklah yang menginginkannya. Ia hanya menjadi jembatan untuk Jungkook maju.
Jihyo memberikan sebuket bunga pada Jungkook. Jungkook terlihat kaget. Jihyo sekarang berambut pendek. Ia semakin cantik. Sudah setahun ini Jihyo berhenti jadi sekretaris Jungkook. Bukan karena ingin menjauhi Jungkook namun karena alasan lain.
"Selamat. Aku dengar kamu diangkat jadi CEO dan tadi rapat pertamamu sebagai pimpinan baru." Jelas Jihyo.
Jungkook tersenyum, "Terima kasih Jihyo. Selamat juga atas pernikahanmu. Maafkan aku karena tidak sempat datang."
"Hah menyebalkan. Masa tak bisa meluangkan waktu ke pernikahanku." Jihyo pura-pura merajuk. Jungkook mengacak rambut Jihyo.
"YA! Kamu ingin suamiku marah. Ish." Jungkook hanya terkekeh.
"Tapi terima kasih hadiah kulkasnya. Lumayan kami bisa berhemat." Kata Jihyo dan Jungkook meresponnya dengan tertawa.
Minah menyiram tanaman-tanaman di pekarangan rumahnya. Semenjak kepergian Solbin, Minah jadi rajin menabung dan membeli rumah ini. Ia sudah pindah sejak enam bulan lalu. Ia sangat berterima kasih pada Jungkook yang meminjamkannya apartemen. Rumah Minah memang tak sebesar apartemen pinjaman Jungkook dulu. Namun cukup untuk ia dan... Solbin tinggal. Jika suatu saat Solbin pulang.
Kepindahannya ini semata-mata untuk pergi dari kehidupan Eunwoo yang sudah melukai hatinya. Ia sudah membiasakan diri tanpa kehadiran Eunwoo sejak dua tahun lalu. Sekarang ia benar-benar jauh dari Eunwoo. Ia memutuskan membuka lembaran baru tanpa Solbin maupun Eunwoo. Tak melupakan Solbin hanya Eunwoo saja.
Hembusan napas Minah terdengar mengingat Solbin, "Kamu baik-baik saja di sanakan Bin? Aku juga baik-baik saja di sini." Ucap Minah.
Minah terkejut saat ada sebuah pot kecil bunga di hadapannya, "Oleh-oleh dari Jepang."
"Ya ampun Hyunbin tidak bisakah ucapkan salam dulu?"
"Tak bisa."
Hyunbin selalu saja membuatnya kesal. Ia tersenyum dan mengambil pot bunga itu. Ia tak mengerti sebenarnya bagaimana cara Hyunbin membawa semua bunga-bunga itu dari luar negeri.
"Balasannya buatkan aku makan siang." Hyunbin tersenyum menampilkan deretan gigi-gigi putihnya.
"Sudah ku duga selalu ada maksud lain. Arraseo." Minah masuk ke dalam rumah diikuti Hyunbin.
"Aku juga bawa daging nih. Jadi tidak sepenuhnya kamu yang bayar tahu."
"Iya aku tau Hyunbin. Kalau masih ribut aku tak jadi buatkan."
Junhoe pada akhirnya dapat melupakan Solbin. Ia tak mengubur Solbin, ia menyimpannya sebagai sahabatnya. Ia akan tetap menyambut Solbin jika suatu saat wanita itu pulang. Ia ingin Solbin tak merasa sendiri. Solbin masih punya sahabat-sahabatnya.
Junhoe dan Rose pun sudah menikah sejak dua bulan lalu. Junhoe begitu menikmati peran barunya sebagai suami. Begitu pula Rose. Pemberitaan mengenai pernikahan mereka sempat heboh karena mereka sama-sama terkenal. Seluruh negeri mendoakan yang terbaik untuk mereka.
"Aku tak menyangka akan menikah denganmu." Kata Rose sambil menatap album pernikahan itu.
"Apalagi aku. Ya ampun aku mulai lelah dengan kecerewetanmu."
YOU ARE READING
Benang Merah (97 Line Story) | ✔
FanfictionCinta tak pernah bisa dimengerti oleh mereka. Sekalipun mereka merasakan cinta namun mereka tetap tak mengerti. Cinta dapat membahagiakan namun juga dapat menyakitkan. Bukankah seharusnya cinta itu selalu penuh dengan kebahagiaan? Namun mengapa dapa...