Fokus : Jungkook, Solbin
"Aku berlebihan ya? Hehe." –Ahn Solbin
Minah tak mau memikirkan tentang Mingyu dan Rose tadi secara berlebihan. Toh dia juga tak dekat. Dia tak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Kasihan kalau sampai Mina kepikiran, kan dia sedang hamil. Itu hanya akan menambah beban pikirannya.
Minah sudah kembali ke kamarnya. Sebelum Solbin masuk dan membawakannya cake agar tak marah lagi. Entah darimana ia mendapatkannya. Minah hanya menyunggingkan senyum. Solbin masih sama seperti dulu walau ingatannya hilang.
"Jangan ngambek lagi ah."
"Apa sih." Minah memakan kuenya.
Matahari pagi di hari minggu menerobos masuk ke kamar Solbin. Ia terbangun secara naluri. Ia segera masuk ke kamar mandi. Meja makan sudah penuh dengan makanan buatan Minah. Wanita itu bangun lebih pagi dan memasak. Solbin tersenyum karena sahabatnya itu tak marah lagi.
"Pagi Min."
"Pagi." Minah meletakkan minuman di samping piring Solbin.
"Makasih."
Acara makan mereka selesai dengan cepat. Solbin kebagian mencuci piring. Mereka sambil berbincang. Sesekali Solbin tertawa mendengar celetukan Minah yang tak jelas. Minah juga menceritakan sedikit tentang perasaannya. Hari libur mereka lewati begitu saja hingga siang hari.
Lagi. Minah terus membujuk Solbin agar mau menikah dengan Jungkook. Ia tak mungkin melewatkan ini semua. Jungkook sudah mapan, bertanggung jawab dan juga sayang keluarga. Ia yakin Jungkook tak akan menyakiti Solbin. Ini salah satu cara agar Solbin benar-benar melupakan Yugyeom. Lelaki yang tak pantas mendapatkan cinta Solbin.
"Ko kamu maksa terus sih?" Solbin mulai kesal.
"Ih bukan gitu Solbin. Kamu ga liat gimana tatapan harap mama Eunha? Jungkook juga sepertinya mengharapkan kamu menjawab iya."
"Itu cuma asumsi kamu ah."
"Bin aku yakin Jungkook bisa menjadi suami yang baik buat kamu."
"Kenapa ga kamu aja yang nikah sama Jungkook?"
"Astaga Bin kan aku udah bilang berkali-kali kalau aku cintanya dokter Eunwoo ya masa aku nikah sama Jungkook."
"Ya sama aku juga ga cinta sama Jungkook."
"Aduh ini tu bukan masalah cinta tahu Bin. Kamu masa tega sama mama Eunha. Dia juga kayanya sayang banget sama kamu. Berat tahu jadi mamanya Eunha itu. Dia udah kehilangan anak satu-satunya. Lalu dia harus merelakan menantu kesayangannya menikah dengan orang lain. Aku ga bisa bayangin betapa kuatnya mama Eunha." Ujar Minah mulai membujuk Solbin lagi.
Solbin memikirkan kata-kata Minah itu. Memang ada benarnya juga.
Apa aku terima saja?
Solbin menarik napas dalam dan memilih masuk ke kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Ia tahu betul bahwa Jungkook memang sangat bertanggung jawab. Buktinya ia masih sering menemani Solbin kontrol. Ia ingin memastikan bahwa Solbin benar-benar sembuh. Ia juga tahu betul bahwa apartemen ini adalah pemberian Jungkook. Selama ini kehidupannya memang selalu dikelilingi Jungkook. Jungkook bahkan menemaninya saat ia ditinggal Minah berkencan dengan Eunwoo.
Satu jam hingga dua jam Solbin masih menatap langit-langit kamarnya. Ia terus memikirkan kata-kata Minah lagi. Ia mengigat wajah mama Eunha waktu itu dan juga wajah Jungkook. Solbin mengambil hpnya dan menelepon lelaki yang membuatnya bimbang saat ini. Ia sudah memikirkan jawaban yang ia rasa tepat. Semoga saja.
YOU ARE READING
Benang Merah (97 Line Story) | ✔
FanfictionCinta tak pernah bisa dimengerti oleh mereka. Sekalipun mereka merasakan cinta namun mereka tetap tak mengerti. Cinta dapat membahagiakan namun juga dapat menyakitkan. Bukankah seharusnya cinta itu selalu penuh dengan kebahagiaan? Namun mengapa dapa...