9. Sembilan

63 7 0
                                    

"Apakah aku harus melupakan Solbin? Ia bahkan tak pernah menoleh ke arahku. Ia hanya akan terus menganggapku sahabat sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun." –Koo Juhoe




Fokus : Jungkook, Solbin, Junhoe, Rose

Junhoe menatap Solbin dan Jungkook yang semakin akrab. Mereka berdua tak menyadari keberadaannya. Ia merasa posisinya terancam akan kedatangan Jungkook. Bahkan sekalipun Solbin hilang ingatan ia tetap tak bisa merebut hatinya.

"Ko ga disamperin?" Tanya Minah yang tahu-tahu sudah duduk di sana.

"Aku tahu kamu menyukai Solbin sejak dulu." Ucap Minah.

Junhoe hanya tersenyum. Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa dia menyukai Solbin dari dulu hingga sekarang.

"Lalu?" Tanya Junhoe.

"Kamu yang memintaku untuk berdamai dengan masa lalu. Masa kamu tak bisa melupakan Solbin? Kamu tahu Solbin sangat mencintai Yugyeomkan? Sekalipun sekarang ia hilang ingatan aku yakin di hatinya tetap ada Yugyeom. Sampai kapan kamu mau menunggunya?"

"Cinta memang buta Min. Kamu saja merasakan itukan? Masih sulit untuk melupakannya."

"Aku sarankan kamu mencari seseorang yang bisa membahagiakanmu. Aku tak yakin Solbin bisa memberikan hatinya padamu. Aku mengenalnya Jun." Nasihat Minah.

"Dasar. Memang kamu sudah melupakan Bangchan?" Minah tak menjawab namun hanya tersenyum.

Apakah aku harus melupakan Solbin? Ia bahkan tak pernah menoleh ke arahku. Ia hanya akan terus menganggapku sahabat sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Junhoe berdiri dari duduknya hendak meninggalkan rumah sakit. Ia membatalkan kunjungannya. Ia perlu waktu untuk berpikir jernih. Pikirannya kalut karena Solbin. Ternyata mencintai itu memang sulit dan menyakitkan.

"Salahku memang karena menolak perjodohan itu padahal Eunha begitu mencintaiku. Sekarang aku yang merasakan sakit karena ditinggal Eunha." Kata Jungkook.

Solbin kembali teringat akan memorinya di Jeju. Sedikit demi sedikit memori di Jeju terungkap. Ia tak paham mengapa hanya memori di Jeju yang ia ingat. Ia bisa mengingat dengan jelas wajah Eunha. Hari itu wajah Eunha begitu sedih dan kecewa. Ia juga terlihat kesakitan.

"Eunha begitu cantik dan manis. Wajar saja kalau kamu mencintainya. Aku pikir semua orang juga akan jatuh cinta pada kepribadiannya." Jawab Solbin.

"Tapi aku masih tak habis pikir dengan keinginan Eunha. Apa mungkin yang menolong Eunha adalah suster?"

Solbin tampak berpikir, "Masa dia tak tahu kalau itu suster? Aku rasa bukan."

Jungkook mengiyakan. Kalau suster pasti Eunha akan mengatakan itu suster. Jungkook kembali teringat kata Minah bahwa Bangchan telah menyelamatkan Eunha. Apa mungkin Eunha salah mengira bahwa Bangchan itu adalah wanita? Jungkook dan Solbin terjebak pada pikiran mereka masing-masing.

...

Rose memasuki kafe Jimin. Memesan cokelat hangat dan cheese cake. Ia berencana menjenguk Mina hari ini. Sebenarnya masih ada perasaan sesak. Rose senang mendengar kehamilan Mina namun ia juga bersedih karena artinya sudah tak ada harapan untuk memiliki Mingyu.

Rose berjalan dengan lunglai melewati lorong-lorong rumah sakit. Air matanya mengalir lancar semakin mendekati ruangan Mina. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia tak menyangka ini akan sangat sakit. Ia pikir ia sudah merelakan Mingyu hari dimana ia menikah empat tahun lalu. Ternyata ia salah, ia masih menyimpan perasaan cinta itu pada Mingyu. Mendengar kehamilan Mina adalah hal tersakit dalam hidupnya di samping itu membahagiakan. Kehidupan Mina dan Mingyu akan semakin lengkap dengan kehadiran anak. Rose memang tak pernah bisa memiliki Mingyu.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now