24. Dua Puluh Empat

62 4 0
                                    

"Maafkan aku Jiho. Seharusnya kamu bisa mendapat yang lebih baik dariku." –Kim Yugyeom

 

 

Fokus : Jiho, Yugyeom, Jimin, Eunwoo, Minah, Mina


Mina melamun menatap jalanan Seoul dari kafe milik Jimin. Perasaannya saat ini campur aduk. Merasa bersalah pada Solbin, bersimpati pada Jiho, juga merasa tersiksa dengan kehadiran Eunwoo kembali dalam kehidupannya. Eunwoo memang datang kembali bukan untuk kembali padanya. Namun melihat wajah lelaki itu malah membuka luka lamanya.

Eunwoo masih sama seperti dulu. Bedanya hanyalah status mereka. Eunwoo dengan Minah dan dirinya dengan Mingyu. Kadang terbesit rasa menyesal telah menikah dengan Mingyu, namun ia mencoba menepisnya. Ia juga kadang merasa takdir sedang mempermainkannya. Takdir mempersatukan dirinya dengan Mingyu namun takdir juga malah mempertemukannya kembali dengan Eunwoo. Seperti tak cukup rasa sakit yang selama ini ia emban.

Jimin menaruh pesanan Mina, "Melamun saja." Kata Jimin.

Mina tersadar dari lamunannya dan tersenyum, "Duduklah. Kafemu sedang tak ramaikan? Mungkin kita bisa bercerita-cerita." Tawar Mina.

"Boleh." Jimin duduk di hadapan Mina.

"Kamu terlihat kurusan dari sebelumnya." Kata Mina.

"Mungkin karena aku tak nafsu makan. Bagaimana kandunganmu? Jangan sampai pingsan seperti dulu lagi ya."

"Kondisinya baik. Ne terima kasih perhatiannya Jimin."

Mereka terdiam hanya ada suara helaan napas. Masing-masing tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka berdua dalam keadaan tak baik. Cinta begitu menyakitkan. Mereka membuat cinta itu rumit.

"Kamu kelihatannya menyimpan beban yang begitu besar ya?" Tanya Jimin.

"Apakah aku terlihat begitu?"

Pertanyaan Mina tak Jimin jawab.

"Mungkin karena aku masih sulit merelakan." Lanjut Mina.

"Merelakan memang sulit." Timpal Jimin.

"Apakah kita tak pantas untuk bahagia?" Tanya Mina penuh harap.

"Semua manusia berhak bahagia bukan? Tapi mungkin bukan untuk kita." Mereka berdua mengerti keadaan masing-masing, insting wanita memang hebat.

"Kenapa kita malah membicarakan ini ya." Kata Mina canggung.

"Iya ya."

"Apa kamu sedang patah hati juga?" Tetap saja Mina tak bisa menutupi keingintahuannya, sekalipun mereka tak dekat.

"Begitulah. Kamu juga?"

Mina mengangguk.

Sekali lagi mereka terdiam dan tenggelam pada pikiran masing-masing. Tak ingin membahas lebih dalam karena tak ingin membuka luka itu lagi dan tak ingin terlalu ikut campur.

...

Yugyeom membaca buku mengenai ibu hamil sedangkan Jiho sedang menikmati buahnya. Jiho sudah pulang dari rumah sakit sejak seminggu lalu. Ia dan Yugyeom tinggal di rumah Yugyeom. Rumah yang penuh dengan kenangan Solbin. Sejenak ia memang melupakan Solbin karena sibuk merawat Jiho. Namun hati tak bisa dibohongi, hatinya tetap milik Solbin walau sekarang wanita itu tak mungkin kembali padanya.

Yugyeom mendapatkan kabar bahwa Solbin hilang. Wanita itu benar-benar sangat kecewa padanya hingga ia memilih pergi. Dada Yugyeom rasanya begitu sakit mengingat ia mungkin tak akan bisa bertemu Solbin lagi. Solbin memilih untuk lenyap dari kehidupannya. Ada rasa menyesal dan penyesalan itu sudah tak ada gunanya lagi. Jiho sekarang sedang mengandung anaknya dan Solbin tak akan mungkin kembali.

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now