22. Dua Puluh Dua

56 2 0
                                    

"Maafkan aku. Aku menyayangi kalian." –Ahn Solbin

Fokus : Solbin, Jungkook, Yugyeom


Jungkook menatap Solbin yang seperti mayat hidup. Begitu besarnyakah cinta Solbin pada Yugyeom hingga ia begini? Itu selalu menjadi pikiran Jungkook. Mungkin ia cemburu? Entahlah. Hanya saja merasa tak nyaman. Solbin memang sudah tak menangis lagi. Mungkin air matanya sudah kering dan ia lelah menangis terus. Hari ini ia tak terang-terangan, ia memilih bersembunyi dan melihat apa yang Solbin lakukan selama tak ada siapapun. Ia terhenti saat melihat Yugyeom berdiri di hadapan Solbin yang baru selesai membuang sampah.

"Untuk apa lagi kamu datang? Apa belum puas menghancurkanku?" Tanya Solbin.

"Maafkan aku Solbin-ah."

"Pergilah. Aku muak melihat wajahmu."

"Aku mencintaimu Solbin-ah. Sangat mencintaimu."

"Semuanya hanya omong kosong." Solbin hendak pergi namun ditahan Yugyeom.

"Apa yang bisa aku lakukan agar kamu memaafkanku Solbin-ah?" Yugyeom memelas, ia menangis. Tidak seperti Yugeom biasanya yang selalu bersikap keras.

"Kalau begitu tinggalkan Jiho. Buang dia jauh-jauh dari kehidupanmu. Biarkan hanya ada aku dan kamu tanpa dia." Tantang Solbin.

Yugyeom terdiam. Bagaimana mungkin ia meninggalkan Jiho disaat wanita itu hamil ia tahu pasti bahwa anak itu adalah anaknya. Setidaknya ia harus menunggu bayi itu lahir dan ia bisa mengambil anak itu sehingga bisa merawatnya dengan Solbin. Setidaknya seperti itulah pemikiran Yugyeom. Tetapi Yugyeom tak akan melakukan itu karena ia tak mengerti kenapa ia tak bisa meninggalkan Jiho. Apa mungkin ia juga mencintai Jiho? Apa seseorang bisa mencintai dua orang sekaligus? Atau ini hanya keserakahannya saja?

"Tak bisakan? Kamu pasti sudah tahu tentang kehamilannya?" Air mata Solbin tak keluar, ia benar-benar sudah tegar.

"Kita sudah mengakhirinya Yugyeom-ssi. Nikahi Jiho. Bertanggung jawab dengan apa yang kamu lakukan. Anak itu perlu sosok ayah. Setelah itu pergilah kalian dari kehidupanku maka aku akan memafkan dosa yang kalian perbuat." Kata Solbin datar.

"Aku tak ingin terlibat denganmu atau perempuan itu lagi. Ku mohon pergilah dari kehidupanku. Kehadiranmu hanya membuatku semakin sakit." Lanjutnya.

Ingin rasanya Solbin menghilang saja dari dunia ini dan kedunia lain. Yugyeom terdiam. Solbin naik ke apartemennya. Tubuhnya bergetar hebat. Ia jatuh ke lantai. Menangis. Jungkook melihat itu dengan sedih. Wanita itu bukannya air matanya telah kering atau tegar, namun ia tak ingin menangis di depan Yugyeom. Ia mendekati Solbin dan memeluknya. Membiarkan Solbin menangis dipelukannya dan membasahi kemejanya.

"Kamu sudah melakukan hal yang benar Solbin-ah. Sekarang kamu harus berdamai dengan masa lalumu. Maafkan Yugyeom dan Jiho walaupun itu sulit. Mulailah kehidupan baru tanpa mereka. Seperti yang kamu katakan pada Minah dulu."

Mina juga ternyata melihat semuanya. Ia menangis tersedu. Cinta Solbin pada Yugyeom sangat besar namun luka yang lelaki itu torehkan lebih besar lagi. Secara tak langsung ia ikut memisahkan Yugyeom dan Solbin. Seandainya ia lebih berdaya dalam mencegah Jiho. Ia pantas dibenci oleh semua orang. Ia ikut menangis. Ia berbalik dan ternyata ada Mingyu. Mingyu segera memeluknya. Ia tahu istrinya itu merasa bersalah.

"Menangislah Mina. Aku tahu kamu juga bersedih. Kuatlah. Demi bayi kita." Bisik Mingyu.

"Aku salah Mingyu."

"Jangan terus salahkan dirimu Min. Kamu sudah berusaha mencegah Jiho."

"Andai aku bisa lebih bersabar dan terus mencegah Jiho. Mungkin sekarang tak ada yang tersakiti."

Benang Merah (97 Line Story) | ✔Where stories live. Discover now