35. Gara-Gara Sampah

49 6 3
                                    

Suara  kicauan burung  yang berterbangan menghinggap  disetiap ranting pepohonan. Aku terdiam mematung sembari berteduh dibawah pohon yang  rindang nan sejuk. Angin yang bercampur dengan hujan,  tak terasa membasahi sekujur  tubuh.  Hingga aku kesulitan untuk melihat. Kusipitkan mata, kupusatkan penglihatan diujung sana. Rumah sederhana yang  terbungkus oleh sampah.

‘’Nek gimana keadaan opal sekarang?’’ ucapku mengkhawatirkan kondisinya.

‘’Sebaiknya adikmu dibawa kepuskesmas." ujarnya singkat dengan mata  yang kini memandangku hebat.

Mendengar ucapannya. Mataku langsung berkaca-kaca dan bergegas menggendongnya.

Para lalat berterbangan mengadakan pesta besar-besaran,ribuan sampah yang menghalangi jalan. Aku terus berlari dengan hembusan yang menyengatkan hidung. Hingga kaki ini terhenti didepan puskesmas. Entah apa yang terjadi. dokter itu mengatakan  kalau opal  terkena penyakit  DBD (demam berdarah).

***

Termenung aku dalam kegelapan, memandangi  indahnya alam semesta. membayangkan aku bisa terbang ke angkasa  mencoba menghilangkan semua penat yang kini kualami. 

‘’Butuh uang butuh biaya’’  mungkin kata-kata itu yang dapat mewakili  kondisiku sekarang. 

‘’Nif..Nifla’’ teriak seseorang membuyarkan lamunanku.

‘’Kamu terpilih, kamu terpilih sobat’’

‘’Maksutmu  apa?” ucapku menoleh kearahnya

‘’Kamu terpilih mengikuti  porseni  mewakili  sekolah kita’’

‘’Serius?? Tapi sekarang aku tak tertarik mengikuti lomba tersebut’’

‘’Tapi nif hadiahnya lumayan ’’

‘’Oke,  kapan kita berangkat?’’  ucapku sigap

Seketika  itu aku memohon  Izin  pada nenek  untuk mengikuti perlombaan tersebut. Meninggalkan nenek dan opal untuk  beberapa waktu  kedepan .

Hidup kadang  penuh misteri. Tak bisa ditebak tak bisa  dikira. namun Tuhan tau yg terbaik untuk hambanya.

hari  demi hari telah berlalu. aku berhasil mendapatkan  gelar juara yang nantinya akan kupersembahkan  untuk nenek dan opal.  Terngiang-ngiang ekspresi  adek nantinya.  ketika melihat  kaka yang nyebelin ini  membawa piala yang akan dipajang  diruang tamu depan. bagaimana bangganya nenek nanti ketika melihat aku pulang membawa  gelar ini.
Sekiranya ia tidak menyesal melepaskan merpati terbang keawan,  karena sebaik-baiknya burung merpati pasti  akan  kembali. Kata-kat itu yang biasa aku kutip dari mbah google.

Pikiranku  mengarah kemana-mana, tersenyum nggak jelas didalam bus angkutan  umum.

ketika kakiku menginjak kan halaman rumah. terkejut aku. Ketika disana sudah ramai penduduk .bukan untuk  memberikanku  apresiasi selamat, karena telah memenangkan perlombaan. Melainkan, karena terpasang  bendera hijau didepan rumahku.

Aku  langsung berlari  kedalam rumah  melihat  adek ku yang sedang tertidur pulas tak berdaya . meninggalkanku dan nenek untuk selamanya. Kini aku tak dapat mendengar ejek kan  dari mulut yang nakal itu. Karena  nyamuk  aedepty telah mengerogoti  tubuhnya.

-Tamat-
Alfindannifla

DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang