Yokk jangan lupa vote! Vote! Vote!
Selamat membaca
(●´∀`)ノ♡******
Hari ini rumah terasa jauh lebih sibuk dari biasanya. Lily dan Isaiah sudah tak terlihat batang hidungnya. Demon pun sepertinya berada di ruang kerja pribadinya. Savy duduk di tengah-tengah tangga utama memperhatika Ethan yang sibuk menyuruh para pelayan mendekor ruang tengah.
Sudah beberapa hari ini, Savy juga tak pernah bertemu lagi dengan pria berambut silver itu. Ia sesekali mengintip atau mencuri dengar ketika para pelayan bergosip tapi ia tak pernah mendengar kabar pria silver.
"Daripada kau melamun tak jelas lebih baik kau membantu mendekor bunga-bunga itu." Ethan menunjuk ke arah rombongan pria yang membawa puluhan bak yang berisikan bunga berwarna-warni.
"Sebenarnya ini ada acara apa?"
"Oh... Aku lupa memberitahumu." Ethan melepas kacamatanya. "Jadi kami memiliki tradisi untuk selalu merayakan perubahan musim dingin menuju musim semi setiap tahunnya. Dan semua anggota kelompok kami akan diundang untuk merayakan pesta tahunan ini."
"Kelompok apa?"
"Ah... Itu... Kelompok... Sejenis kolega kerja! Iya kolega kerja." Ethan sempat kebingungan dan hampir saja mengatakan bahwa mereka adalah kelompok organisasi terlarang. Demon tak ingin menyebut kelompok ini adalah kelompok mafia ia lebih menyukai sebutan keluarga tapi apa yang dilakukan oleh kelompok naungan Demon ini tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh para mafia. Menjual senjata tajam, obat-obatan secara ilegal dan sebagainya.
"Oh... Baiklah kalau begitu. Haruskah aku merangkai bunganya terlebih dahulu?"
"Terserah dirimu saja, apapun hasilnya pasti akan terlihat cantik."
Ethan menghembuskan nafas lega karena Savy tak bertanya lebih jauh lagi. Setelah berjam-jam bercokol dengan dekorasi kini ruang utama berubah menjadi ballroom elegan dengan nuansa klasik seakan-akan berada dalam suatu pesta jaman victoria.
Terdengar suara Lily yang tertawa riang dan diikuti oleh Isaiah di belakangnya. Wanita itu memberika gestur tangan ke arah Savy untuk mengikutinya.
"Savy!" Panggil Lily dengan riang. Savy mengangkat Lily dan menggendongnya.
Di dalam kamar milik Isaiah, Lily membuka semua tas belanja dan menunjukan beberapa dress. "Aku juga membelikannya untukmu." Isaiah memberika sebuah kotak yang belum dibuka oleh Lily.
"Lily memilihnya sendiri untukmu."
"Isaiah, ini terlalu berlebihan. Aku... Terlalu banyak merepotkanmu. Aku tak ikut pesta pun tak apa."
Isaiah berdecak dan meletakan tangannya di samping pinggulnya. "Apa susuahnya bilang terima kasih?" Savy sadar jika ia belum berterimakasih segera menggenggam tangan Isaiah dengan erat. "Ah maafkan aku, Terima kasih banyak tapi--"
"Tak ada tapi-tapian. Kenakan saja untuk malam ini."
"Sekali lagi terimakasih." Isaiah mengusap kepala Savy dan Lily bersamaan.
"Kalau begitu kau bersiaplah, biar Lily aku yang urus." Savy mengangguk dan pergi menuju kamarnya sendiri.
Di sana ia membuka kotak pemberian Isaiah dan menemukan dress putih sederhana. Tak ada kesan norak dan tampak sangat innocent. Savy tersenyum karena itu adalah pilihan Lily maka tentu saja adiknya akan memilih warna putih dan polos.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY (Complete)
Romance⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mereka akan membayarnya. Kepala untuk kepala." -Demon *