Chapter 18

49.7K 3.5K 77
                                    

Siapkan hati dan selamat membacaaa
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

******

Demon mengantarkan Savy ke kamarnya. Ia bisa merasakan perubahaan mood dari Savy. Gadis itu lebih diam dan sama sekali tak berkomentar apa pun.

Setelah meninggalkan Killian dan Rio di bawah tanah Savy merasa terdapat beban besar padanya. Kedua orang tuanya telah diperlakukan seperti sampah oleh pria bernama Alberto sialan itu. Kini pria itu dengan berani meletakan tangannya pada adiknya. Ia harus lebih bisa gesit lagi untuk membalaskan dendamnya.

Pria itu duduk di samping Savy dan meletakan rambut Savy yang menjuntai ke belakang telinganya. "kau mau apa princess? Katakan padaku, aku akan memberikan semuanya untukmu jadi jangan bersedih lagi," bisiknya sembari menangkup pipi Savy.

Kedua jempolnya bergerak menghapus air mata yang jatuh. Savy menggeleng lemah.

"Aku dulu selalu berpikir jika aku akan menjalani hidup seperti kedua orang tuaku. Bertemu seorang pria, jatuh cinta, menikah, memiliki keluarga yang bahagia. Kini aku takut...."

"Apa yang kau takutkan?"

"Aku takut jika hidupku akan selalu dibayang-bayangi. Aku takut seseorang akan mengejarku sampai akhir hayatku dan hidupku akan selalu bersembunyi seperti saat ini." Savy menghela napas panjang dan menurunkan tangkupan tangan Demon. "Aku dulu dengan bodohnya ingin membalas dendam. Tapi kini setelah tahu tentang Alberto, entah mengapa rasanya aku takut Demon. Aku... tak bisa melakukannya. Semua latihan yang kau berikan terasa sia-sia saja."

"Tak ada yang sia-sia. Kau bahkan berhasil melumpuhkan tiga orang pria dewasa dan menangkap Rio."

"Karena ada Isaiah disana! Dan Rio... itu hanya keberuntunganku yang menabrakkan diriku padanya."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Aku tak tahu."

Savy berdiri dari ranjanganya. Demon tak melepaskan matanya dari langkah gadis di depannya.

"Kau ingin aku yang mrmbalaskannya?"

"Aku tak tahu Demon," ujarnya dengan wajah yang murung.

"princess?"

"Jangan panggil aku seperti itu."

Demon terkekeh. Ia menarik lengan Savy untuk berdiri di depannya. Diangkat kepalanya untuk menatap mata sendu milik Savy.

"Jangan bersedih, aku akan melakukan apa pun untukmu. Katakan saja padaku."

"Sudah ku bilang aku tak menginginkan apapun Demon."

"Princess, kau harus tahu satu hal, aku bisa tahu jika seseorang berkata jujur atau tidak. Jadi katakanlah saja."

Savy tak menjawab membuat Demon semakin gemas. Ia memegangi paha Savy agar ia tak beranjak dari hadapannya.

"Oke fine, aku akan membalaskannya untukmu dengan tanganku sendiri. Apakah itu sudah cukup?" Savy menolak menatap Demon. Ia lebih memilih melihat pemandangan gelap di luar kaca jendela.

"Demon, kau tak akan bisa memberikannya padaku."

"Kau meremehkanku?" Demon tersenyum miring. "Memangnya apa yang kau inginkan?"

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang