Chapter 11

42.8K 3.5K 71
                                    

Vote dan Komennya pleaseeee
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ノ ♬ ♪

******

5 tahun kemudian

Savy menghembuskan nafasnya lelah. Bukan lelah karena latihan tapi ia lelah menunggu. Sudah seminggu Demon dan Killian pergi dan belum kembali juga. Ia menutup bukunya dengan kasar. Saat ini Savy berada di ruang belajar Demon.

Ia kesal, karena Demon selalu pilih kasih dan lebih memilih untuk mengajak Killian kemana pun ia pergi. Savy kesal karena Demon tak pernah memberitahunya kemana mereka pergi. Savy kesal karena pria tua itu sama sekali tak memperhatikannya.

Kini Savy adalah seorang mahasiswi jurusan biologi seperti cita-citanya dulu. Tapi ia merasa tak bergairah layaknya dulu. Kini semakin lama ia lebih ingin ikut kemana pun Demon pergi. Ia juga ingin diikutkan dalam misi yang dilakukan Isaiah atau Ethan. Apa fungsinya jika ia latihan bertahun-tahun tapi yang dilakukannya hanya perdi ke universitas, menjaga rumah, bermain dengan Snowy Bandit. Lily yang sudah memasuki umur sembilan tahun lebih sibuk ikut les balet sepulang sekolah.

"Guk!"

Savy melipat wajahnya cemberut dan memeluk Snowy agar kekesalannya reda. "Aku sangat membecinya Snowy. Aku sangat-sangat membencinya..."

"Guk!"

"Aku tahu, ia selalu membawa Killian kemana-mana."

"Guk!"

"Aku juga bosan."

"Guk Guk!"

"Aku tidak merindukannya! Aku bahkan muak melihat senyumnya. Aku harap ia tak akan pernah pulang!"

Savy berdiri menggendong Snowy, ia keluar dari ruang dan mencium aroma kue. "Pasti Ethan baru memasak kue."

Di meja makan ia bisa melihat Isaiah yang sedang memperbaiki rok balet milik Lily. Ethan masih dengan celemek pinknya bertepuk tangan ketika Lily mulai menunjukan tariannya. Bandit seperti biasa duduk diam mengamati semua orang di kursi milik tuannya, Demon.

Beberapa pelayan pun ikut menjadi audiens Lily yang sedang menari. Lily benar-benar bersinar di rumah besar ini. Hampir semua orang menyukai anak kecil itu. Dari Ethan, Isaiah, hingga penjaga pun selalu tersenyum melihat tingkah Lily.

Savy duduk di tengah tangga utama menyaksikan semuanya. Tangannya tanpa henti mengelus kepala Snowy yang diletakan pada pangkuannya.

Melihat gaun balet Lily yang menunjukan perut kecilnya membuat Savy memegangi bagian perut kanannya. Kejadiannya tiga tahun yang lalu dimana ia sedang berlatih menggunakan pisau lipat bersama Killian. Tanpa sengaja Killian menggores perut Savy cukup panjang membuat Demon menghentikan semua latihannya bersama Killian. Luka tiga tahun lalu tak pernah benar-benar hilang membuatnya tak pernah percaya diri menggunakan bikini atau pakaian apapun yang menunjukan bagian perut.

Pintu rumah terbuka membuat semua orang tertuju pada kehadiran tiga orang. Killian, Demon dan 'teman' wanita lainnya. Kali ini wanita yang berbeda lagi dari dua minggu yang lalu. Wanita yang sekarang lebih berani, dress ketat merah yang serasi dengan bibir sensualnya. Semua pelayan berdiri dan segera kembali ke tempat mereka berkerja.

"Ini rumahmu? Aku menyebutnya ini sebuah kastil Demon!" Savy hampir saja muntah mendengar suara yang dibuat seksi oleh wanita itu. Demon melingkarkan tangannya pada perut wanita itu yang terbuka. Perutnya terlihat mulus membuat Savy minder. "Akan ku tunjukan kamarku." Wanita itu terkikik dan memukul dada Demon membuat Savy ingin menjambak rambutnya. Di dalam kepala Savy wanita itu sudah mati berkali-kali dibunuh dengan berbagai cara. Setidaknya membayangkannya bisa sedikit membuatnya lega.

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang