Chapter 16

45.9K 3.5K 25
                                    

Selamat membacaaa
Jangan lupa vote dan komennya ya sayy

******

"yes princess?" Tanya Demon dengan suara rendah membuat Savy merinding.

"Kau sudah sampai?"

"Barusan."

"Oooooh." Savy mencoba bangun dari tidurnya dan dibantu Demon dengan menahan punggungnya. Gadis itu kembali merona karena sikap perhatian yang diberikan Demon.

Snowy pindah posisi ke pengkuan Savy. "Gadis ini sangat menyukaimu." Savy mengangkat wajahnya bingung. Demon mengulur tangannya untuk mengelus kepala Snowy.

"Dia sangat menyukaimu. Dia selalu bermanja ria padamu." Jantung Savy berpacu tak terkendali ketika Demon memajukan tubuhnya untuk mencium Snowy sehingga Savy bisa mencium aroma shampoo dari rambut Demon.

Aromanya sangatlah menenangkan. Diam-diam Savy menghirup dalam-dalam.

"Kau tahu Savy?"

"Ya?"

Kini pria itu kembali menegakkan tubuhnya dan ditatapnya Savy langsung di mata. Matanya kembali mengamati segala luka kecil yang ada di wajah Savy.

"Kerja bagus Savy."

"Maksudnya?"

"Aku mengapresiasimu karena telah berani melawan mereka Savy." Demon tertawa kecil melihat wajah gadis di depannya yang langsung memerah. "Ada apa Savy? Kenapa wajahmu memerah?" Tanya Demon disela tawanya.

Savy mengerucutkan bibirnya, pria itu tahu penyebab wajahnya memerah tapi ia masih sempat menggodanya?

"Aku tak suka ktika kau menyebut namaku." Ia melengos dan menolak menatap Demon. "Aku tak suka karena itu membuat jantungku berdebar."

"Lalu aku harus memanggilmu apa Savy?" Demon dengan sengaja menyebut namanya dengan suara yang lebih serak.

"Apapun yang penting bukan dengan namaku!"

"Baiklah princess."

Savy mendengkus kesal. Ia akan kembali protes sebelum Demon meletakan telunjuk pada bibirnya. Savy terdiam dan semakin bingung dengan semua sikap Demon.

"Bukan itu yang ingin ku katakan princess."

Demon sengaja meletakkan telunjuknya lebih lama dari seharusnya. Dengan intens ia mengamayi bibir Savy.

"Aku tak suka akan sikap recklessmu."

"Lalu kau ingin aku hanya berdiam diri melihat adikku dibawa paksa?"

"Bukan princess. Di sana ada Isaiah dan Ethan, mereka bisa menanganinya."

"Tapi--"

"Sst... Biarakan aku menyelesaikan kalimatku princess." Demon mendekatkan wajahnya dan secara otomatis Savy memundurkan kepalanya. "Tapi aku bangga kau bisa menanganinya dengan cara yang terbilang bodoh."

Savy tak tahu harus merasa senang atau merasa tersindir. "Ternyata tak sia-sia latihanmu dengan Isaiah. Tapi keahlian menembakmu masih perlu dipertanyakan." Demon terkekeh melihat wajah merah Savy. Tatapannya turun pada bibir yang digigit oleh gadis itu.

Guk!

Demon segera menegakkan tubuhnya ketika Snowy menyalak ke arahnya. "Baiklah kalau begitu, istirahatlah lagi. Ada beberapa urusan yang harus ku selesaikan."

"Demon?"

"yes princess?"

"Apakah kau tahu siapa yang melakukannya?"

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang