Selamat membaca!!!
******
"Isaiah kenapa beberapa hari ini terasa sangat panas?"
"Aku tak tahu Savy, padahal sekarang adalah musim gugur. Mungkin Ethan lupa mematikan pemanas ruangan lagi"
"Ooooh."
Siang ini semuanya sedang berkumpul di ruang tamu untuk mendekor ulang suasana dan mengubah ruang tamu menjadi ballroom. Yang membuat Savy heran adalah Killian yang sangat tumben ikut berkumpul. Walaupun sama sekali belum bersuara sedari tadi ia membantu Lily merangkai bunga.
"Tumben sekali Killian ada di sini? Dan Lily pun terlihat tak seberapa takut seperti sebelumnya."
"Aku tak tahu Savy, aku juga heran ketika ku bertanya ia tak menjawab dan memilih membantu Lily merangkai bunga."
Savy tersenyum lucu ketika melihat Lily bercerita panjang lebar, suara kecilnya terdengar sangat nyaring dan wajahnya yang ekspresif semakin membuatnya terlihat menggemaskan. Para pelayan yang lalu lalang selalu tersenyum ketika Lily menyapa mereka. Berbanding terbalik dengan pria yang duduk di hadapannya. Killian hanya mengangguk dan menggeeleng sebagi respon pertanyaan Lily. Yang dilakukannya hanya merangkai tanaman dan memeberikan tatapan tajam.
Demon seperti biasa, pergi entah kemana. Savy kembali memikirkan hubungannya dengan Demon. Sudah dua bulan setelah kejadian di kolam renang itu tapi Savy masih menutup mulutnya rapat-rapat. Ia dan Demon bisa dibilang bukan sepasang kekasih tapi Savy yakin bahwa Demon sedang belajar untuk merasakan yang namanya cinta. Jadi sedikit demi sedikit Savy membantu pria itu merasakannya.
Setiap malam pula Demon dengan tak tahu malunya menyelinap masuk ke kamar Savy dan melakukan sex. Savy merasa senang saja karena Demon memegang janjinya untuk tidak bertemu wanita lain tapi akibatnya ia harus beberapa kali menahan kekesalan karena Demon yang tak mau lepas darinya.
"Kau kenapa tersenyum seperti itu?"
Savy mendongak dan melihat Ethan yang memberinya tatapan aneh. Ia tersenyum kikuk dan melanjutkan membantu para pelayan. Sebenarnya mereka bisa saj menyuruh para pelayan untuk melakukan semuanya. Tapi Ethan menolak karena berkerja sama merupakan bentuk quality time.
"Ethan?"
"Ya Savy?"
"Apa yang kau lakukan jika ingin mencium pasanganmu. Maksudku... Kau tahu... Temanku ini pernah bercerita padaku jika dia sangat ingin mencium pasangannya tapi pri itu sangatlah tinggi. Dia takut akan terlihat canggung ketika mencoba menciumnya tapi hanya mengenai dagunya." Savy menunggu jawaban dari Ethan dengan was-was. Teman yang ia maksud adalah dirinya sendiri. Ia pernah dipermalukan oleh Demon ketika ingin mencium pria itu tiba-tiba. Karena tinggi Demin yang tak manusiawi ia hanya bisa mencium umdagunya meski ia sudah menjijit sekali pun.
"Temanmu cukup agresif juga ya."
"Hahaha iya." Savy mengeluarkan tawa canggung.
"Ku rasa memukul perut pria itu akan membuatnya menunduk setelah itu cium dia dengan buas!"
"Tackling saja orangnya," sahut Isaiah menimpali. "Kau kan ku ajari beberapa teknik mentackle ajarilah temanmu itu."
"Ide bagus Isaiah, tapi aku punya ide yang lebih brilian. Tendang saja selangkangannya maka dia akan secara otomatis merunduk kesakitan." Ethan dan Isaiah tertawa puas membuat Savy menggeleng kepala.
"Menyesal aku bertanya pada kalian," sesalnya.
"Tinggal minta saja padaku apa susahnya princess."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY (Complete)
Romance⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mereka akan membayarnya. Kepala untuk kepala." -Demon *