Selamat membacaaa
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥******
Savy terbangun dari tidurnya. Ia merasakan tangan kokoh memeluk erat perutnya yang tak berbalut kain.
Demon, pria itu tertidur dengan nyenyak seperti tak memikirkan satu beban pun. Savy terseyum melihat alis tebal yang bertengger di atas mata tajamnya. Ia kembali sadar jika kini jemarinya tak lagi kosong. Ada sebuah cincin yang melingkar indah di jari manisnya.
Ia menggelengkan kepala mengingat lamaran tak romantis yang dilakukan Demon tadi siang.
"Kau ini...."
Ditangkupnya wajah Demon dan mengelusnya lembut. Mata pria itu sedikit terbuka, melihat siapa yang mengelusnya ia kembali menutup matanya dan tertawa kecil.
Suara serak itu membuat Savy tersipu.
"Kau sudah bangun?" Bisiknya.
"Hm hm."
"Demon?"
"Hm?"
"Ku dengar lusa kau akan pergi lagi untuk empat hari." Demon mengangguk dan kembali merengkuh badan Savy yang mulus dan hangat.
"Bersama Killian lagi?"
"Memangnya siapa lagi yang akan ku ajak."
"Aku mungkin?" Demon terkekeh memberikan kecupan gemas di dada Savy. "Tidak, cukup Killian saja."
"Kenapa selalu Killian? Kau bahkan jarang mengajak Isaiah maupun Ethan. Bahkan kau belum pernah mengajakku sama sekali."
"Karena mereka dibutuhkan disini. Dulu sebelum ada Killian pun aku sering pergi sendirian."
"Tapi aku ingin ikut...."
Demon menghentikan aksinya dan tersenyum melihat wajah cemberut Savy.
"Kau tidak boleh ikut, berbahaya."
"Berbahaya bagaimana?"
"Aku pergi bersama Killian bukan untuk berpariwisata Savy. Ada orang-orang yang harus ku temui. Dan orang-orang tersebut bukanlah orang-orang yang biasa kau temui di jalan."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Kau belum bisa."
"Kenapa? Karena aku seorang wanita?" Savy merasa tersinggung jika alasan Demon tak mengajaknya adalah karena dia seorang wanita. Walaupun dia seorang wnaita dia bisa menjaga diri sendiri.
Dia sudah belajar dari ahlinya. Isaiah juga seorang wanita yang dapat melindungi dirinya sendiri. Sedikit bagian sisi feministnya tersinggung.
"Bukan princess. Hanya saja aku tidak ingin kau terluka."
"Sudah ku bilang aku bisa menjaga diriku sendiri." Bibir Savy semakin maju beberapa senti menunjukan sikap merajuk. "Aku selalu iri dengan Killian yang 7 x 24 jam selalu bersamamu."
Demon menghela napasnya. Ia mengerti jika Savy bersikap seperti ini. Ia sama sekali tak pernah mengajaknya dalam pertemuan atau misinya karena ia khawatir. Awalnya ia tak tahu perasaan sejenis itu. Tapi lama-kelamaan ia tak suka jika terjadi apa-apa pada princessnya.
"Jangan cemberut princess."
Demon mendorong Savy dan menindihnya. Dikecupnya bibir yang merajuk itu. Tiba-tiba Savy mendorong tubuhnya jauh lebih kuat dari biasanya. "Ada apa?"
Gadis itu mengambil selimut dan membungkus tubuhnya dengan cepat. Ia berlari ke arah kamar mandi. Demon yang khawatir ceoat mengenakan celananya dan mengikuti Savy.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY (Complete)
Romance⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mereka akan membayarnya. Kepala untuk kepala." -Demon *