Chapter 4

56.8K 4K 34
                                    

Selamat membaca cinta-cintakuuh
(●´∀`)ノ♡

Vote dan komen kalian sangat sangat berarti bagi fakir voment sepertikuuh

******

"Apa!? Aku tidak setuju!" Ethan menggebrak meja makan membuat Savy terhentak kaget. Pria itu melotot ke arah Demon yang masih tersenyum ke arah Savy. "Bagaimana? Ada pertanyaan?" Protes Ethan sama sekali tak dihiraukannya.

"Aku...." Savy yang kebingungan mencari bantuan jawaban dengan melihat ke arah Isaiah tapi wanita itu tak memberikan kode apapun kini Savy ganti melihat ke arah Ethan dan pria itu menggeleng agar Savy menolak tawaran Demon.

"Kapan dimulai?"

Ethan mendengkus pasrah sedangkan Demon mengusap kedua jarinya antusias. "Kau boleh memulainya minggu depan. Anak buahku akan mengurus kepindahan sekolahmu." Demon beranjak dari duduknya dan bersiul agar Snowy dan Bandit berjalan mengikutinya.

"Tunggu dulu!" panggil Ethan. "Savy masih kecil, ia baru enam belas tahun dan kau memberikan semua latihan itu padanya? Dia bisa melakukannya nanti ketika ia lebih dari cukup umur." Savy meringis mendengar perkataan Ethan, ia selalu sakit hati jika dipanggil sebagai anak kecil. Ia sudah dewasa, biasanya jika ayah atau mommynya memanggil anak kecil ia akan mendebat mereka habis-habisan tapi disini Savy hanya diam dan mendengarkan ironi itu.

Demon menoleh sepintas ke arah Ethan dan kembali melihat Savy. Ini kesekian kali tatapan mereka bertemu dan gadis itu tidak menunduk malu atau takut ketika Demon menatapnya.

"Bagaimana? Kau keberatan?" Tanya Demon langsung ke arah Savy. "Aku yang keberatan, dia masih kecil Demon." Ethan mengibas-ngibaskan tangannya di depan Demon agar pria itu memperhatikannya. Isaiah terkekeh geli melihat tingkah konyol Ethan, ia hanya diam melihat interaksi mereka bertiga.

"Jika kau merasa berat katakan saja. Atau kau mau aku yang mengatakannya pada Demon?" Tawar Isaiah sembari mengusap rambut Savy yang duduk di sampingnya. Savy menggeleng. "Ini adalah keinginanku juga."

"Kau dengar Ethan? Berhentilah melempar tantrum layaknya anak kecil." Demon sedikit terkekeh melihat wajah Ethan yang kalah dan berlalu. "Cmon Snowy! Papa miss you since this afternon."

"Guk!"

******

Sudah seminggu Ethan dan Isaiah melatih hal-hal dasar kepada Savy. Setiap hari selepas pulang sekolah Isaiah akan menunggu di ruang latihan yang ditengahnya terdapat ring tinju di sana. Dan malamnya dilanjut dengan latihan menembak dari Ethan. Akan tetapi Ethan selalu tak tega melatihnya dengan keras. Ia tahu jika Savy kualahan dan kelelahan dengan semua kegiatannya. Ia sangat kesal dengan Demon yang menyiksa anak remaja yang bahkan belum tumbuh seutuhnya saudara kembar dari pria brengsek itu pun sama saja, Isaiah memforsir penuh tenaga Savy.

Tapi untunglah Demon mendengarkan negosiasinya untuk membiarkan Savy beristirahat di hari sabtu dan minggu.

"Ethan? Kau melihat Savy?" Sebuah kepala kecil muncul dari balik pintu kamar Ethan membuat mood pria itu kembali tenang. Ia memanggil Lily untuk masuk. "Kemarilah, aku memiliki sesuatu untukmu." Lily masuk mengenakan dress princess yang dibelikan oleh Isaiah beberapa hari yang lalu. Sebuah mahkota kecil terpasang di atas rambut pirangnya dengan rapi. Ethan mengeluarkan sebuah kotak besar. "Bukalah," pintanya.

Lily yang tak sabar membuka kota itu dengan serampangan membuat Ethan tertawa geli. Mata bulat Lily melebar, binar bahagia terlihat jelas dimatanya dan pekikan riang semakin membuat Lily terlihat menggemaskan membuat Ethan juga ikut memekikan suaranya sedemikian rupa menyerupai pekikan wanita.

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang