Selamat menikmati
♪ ♬ ヾ('︶'♡)ノ ♬ ♪******
"Bisakah kau membalaskan dendamku?"
"Setelah keputusan ini kupastikan mereka akan membayarnya. Kepala untuk kepala," Janji Demon dengan senyum liciknya.
Savy memberanikan diri menerima uluran tangan itu dan Demon menariknya untuk berdiri. Lily masih menangis walaupun sudah tak seintens sebelumnya.
"Its deal then. Mulai saat ini mereka berdua akan tinggal bersama kita." Pernyataan final dari Demon membuat kedua orang dibelakangnya saling menatap dan bercakap menggunakan intuisi mereka.
"Siapa namamu gadis kecil?" Tanya Demon dengan tajam membuat Savy menarik kembali tangannya ketakutan. Pria berambut pirang tersebut tertawa dan menepuk pundak Demon.
"Kau menakutinya Demon, senyumlah sedikit." Demon mencoba menarik ujung bibirnya dan menyipitkan matanya dengan sengaja agar terlihat seperti pria ramah.
"Dan kau sebut itu senyuman?"
"Fine! Kalau begitu kau saja." Pria pirang itu terkekeh dan sedikit menunduk agar sejajar dengan tinggi Savy.
"Hai, perkenalkan aku Ethan, pria dengan senyum licik itu adalah Demon dan wanita sexy disana adalah saudara kembarnya bernama Isaiah. Siapa namamu?"
"Aku Savannah tapi panggil saja Savy dan ini adikku Lillian."
"Hai Lillian," Sapa pria bernama Ethan tersebut dengan ramah membuat Lily mengangkap matanya dan kembali bersembunyi di pelukan kakaknya.
"Awww, ternyata dia gadis yang pemalu. Tenanglah Lillian aku akan menjagamu mulai saat ini." Kalimat lembut Ethan mendapatkan anggukan kecil dari Lily. Kini Savy memberanikan diri melihat Demon dan pria itu menaikan alisnya sambil tersenyum.
******
Savy meletakan setangkai bunga diatas pusara kedua orang tuanya. Pada hari yang bersamaan Demon langsung memerintahkan orang-orangnya untuk memakamkan Liam dan Taliyah. Ia meninggalkan Lily di mobil bersama Ethan dan Isaiah.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Savy dengan nada lelah ke arah pusara kedua orangtuanya.
"Karena mereka menyimpan sesuatu." Savy menoleh dan menemukan Demon yang berdiri di belakangnya.
"Menyimpan apa?"
"Sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang korup bahkan diriku pun mengingkannya."
"Kau mendapatkannya?
"Rumor jika Liam dan Taliyah menghancurkan benda itu sepertinya benar." Savy mengangguk mengerti berarti tandanya Demon pun tak mendapatkan barang itu.
"Apakah hidupku akan berubah?"
"Ya dan tidak." Demon menjawab entang sambil bersedekap menatap miris gundukan tanah di depannya.
"Kau akan tinggal bersamaku di Kansas, dan meninggalkan New York. Umurmu masih enam belas tahun jadi kau akan beraktifitas layaknya remaja lain tapi kau tak akan bisa berinteraksi layaknya remaja lain."
"Berarti aku akan meninggalkan orang tuaku di sini."
"Ya."
"Kalau begitu bisakah kau berikan aku waktu sebentar lagi?"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Demon meninggalkan Savy sendirian. Ia kembali ke mobilnya yang sudah ada Isaiah dan Ethan di depan serta Lily yang tertidur di kursi paling belakang.
"Aku menduga kelompok Alberto yang melakukannya."
"Aku juga mencurigai pria sialan itu."
"Apakah menurutmu membawa pulang anak Liam adalah hal yang bijak?"
"Ethan jangan membuatku geli, memangnya sejak kapan aku pernah membuat keputusan yang bijak?" Demon terkekeh membuat Ethan juga tertawa.
"Aku hampir lupa jika kau jelmaan iblis."
Benar, Demon Maghan Jadrek adalah jelmaan iblis dalam wujud manusia. Jika pada umumnya orang jahat memiliki cerita latar belakang yang memilukan hingga merubah mereka menjadi korup tapi tidak dengan Demon. Isaiah Meghan Jadrek adalah saksi hidup selama 32 tahun. Sebagai saudari kembarnya ia sudah mengetahui kegilaan dari Demon semenjak kecil. Lahir dan dibesarkan di keluarga mafia tak membutuhkan alasan untuk menjadi seorang sociopath.
Di Amerika, hampir semua negara bagian adalah milik Demon secara tidak langsung. Memiliki rumah kasino terbesar di hampir setiap negara bagian, transaksi senjata api serta barang-barang terlarang secara ilegal menjadikannya orang yang bergelimang harta. Tak cukup sampai disana, semakin dewasanya Demon semakin nekat jalan yang pria itu tempuh. Ia rela menumpahkan darah demi apa yang ia inginkan.
Ethan dan Isaiah adalah dua orang yang paling Demon percaya. Isaiah adalah saudaranya yang sering mengontrol tindakan Demon jika pria itu lepas kontrol dan Ethan adalah anak dari anak buah terpacaya ayah mereka menjadikan mereka teman sejak kecil.
"Dia datang." Isaiah memberitahukan kedatangan Savy yang murung.
"Gadis yang malang, di usianya yang masih muda sudah harus melewati masa-masa yang sulit seperti ini."
Ethan memang berbeda dari dua bersaudara Jadrek tersebut. Ia lebih memiliki hati yang melankolis, ia sangat peduli dengan perasaan orang lain. Hidup bersama duo es menjadikannya orang yang paling hangat. Meskipun demikian, ia tetaplah menjadi andalan Demon untuk mengurus keluarga mafia.
Pintu mobil terbuka dan Savy masuk tanpa berbicara. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan jika Lily masih tertidur. Gadis yang masib berumur empat tahun itu terlihat kelelahan, ia tertidur nyenyak dengan memeluk teddy favoritnya.
"Bagaimana caranya untuk membalas dendam?" Tanya Savy, Ethan yang menyetir pun ikut menajamkan telinganya karena ia oenasaran dengan jawab yang akan Demon berikan.
"Kau mau menggunakan cara yang menyenangkan atau cara yang membosankan?"
"Apa yang membedakannya?"
Demon merapikan jasnya dan menatap Savy langsung, sebuah senyum terukir di wajahnya. Pria itu terlihat sangat tamoan tapi dua orang di depan tahu apa yang ada di balik senyuman itu.
"Aku masih belum memastikan siapa yang bertanggung jawab sepenuhnya. Jadi aku akan memberikanmu dua pilihan."
Kini bukan saja Ethan yang penasaran tapi Isaiah pun ikut menajamkan pendengarannya dengan menurunkan volume radio.
"Pilihan pertama, aku yang membalaskan dendam untukumu atau pilihan kedua kau membalas dendam sendiri menggunakan kedua tanganmu." Gadis itu membuka mulutnya tapi sedetik kemudian menutupnya kembali, ia bingung harus memilih yang mana.
"Tapi aku tak tahu caranya."
"Mudah saja, sambik menunggu siapa pembunuh keluargamu kau bisa belajar."
Savy menoleh kembali ke arah adiknya yang tertidur. Kini tersisa mereka berdua. Membalas dendam dengan kedua tangannya sendiri bukanlah ide yang buruk. Lagi pula sekarang ia juga harus belajar untuk melindungi dirinya dan Lily dari orang yang membunuh keluarganya.
"Jadi?" Savy menatap pria yang duduk di sampingnya. Senyuman itu masih belum hilang juga. Ia mengangguk mantap sebagai jawabannya dan Demon mendengus licik.
******
Apakah alurnya terlalu cepat?
Kalian nyambungkan dengan apa yang terjadi???
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANQUILITY (Complete)
Romance⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mereka akan membayarnya. Kepala untuk kepala." -Demon *