Chapter 32

36.5K 3K 80
                                    

Maafkan aku yang ga update beberapa hari ini.
Soalnya udah mulai kuliah lagi nih, jadi banyak yang harus di urus.
:(((

Oh ya jangan lupa juga untuk vote dan komen yaa
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

*

Langkah dua orang pria membuat Savy segera bersembunyi di balik tembok. Dengan pelan, ia menyiapkan pistol yang ia ambil ke arah yang akan dilewati dua pria tadi. Suara percakapan semakin terdengar dan Savy menyiapkan tangannya di pelatuk.

Ia menahan napas. Tanpa ragu Savy menarik pelatuk dan menembak kepala bagian belakang salah satu pria. Yang satu lagu segera bersembunyi. Savy memberanikan diri mengekspos dirinya dan menembak sembarang tempat tapi pria tadi sudah tak terlihat. Ia berhasil kabur.

Savy memeriksa jasad pria yang ia tembak tadi dan mengambil pistolnya. Ia berlari ke arah cahaya dan membawanya ke sebuah jalan buntu. Ia mengumpat dan kembali berlari mencari jalan keluar.


Terdengar derap langkah yang lebih banyak berlari kearahnya. Savy bingung. Ia hanya memiliki beberapa peluru dan itu pun ia tak yakin bisa menggunakannya dengan tepat. Keahlian menembaknya tidaklah pernah bagus.

Lalu apakah ia harus bertarung? Itu juga bukanlah sebuah tiblndakan yang bijak. Tentu saja dia akan mati dalam dua langkah. Mereka pasti telah disenjatai. Ia menarik napas panjang dan dihembuskannya.

Dengan keyakinan penuh dan keputus asaan Savy berlari ke arah derap langkah itu dan menembaki alarm kebakaran.

Bunyi memekakkan telinga dan semprotan air dari fire sprinkler membuat orang yang berdatangan tadi berlarian kececeran.

Savy menggunakan kesempatan itu untuk berlari melewati para pria tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Savy menggunakan kesempatan itu untuk berlari melewati para pria tersebut.

"Dia melarikan diri!"

Berlarian entah ke mana Savy menemukan sebuah jendela kaca. Ia menggunakan sisa pelurunya untuk memecahkan kaca tersebut. Ia segera keluar dan telapak tangannya tak sengaja tergores pecahan kaca.

Ia tak merasakan sakit bahkan ia tak sadar jika tangannya kini berdarah.

Savy kembali berlari dan berlari. Suara alarm tak kunjung berhenti. Ia masuk ke arah hutan. Kakinya yang tak beralas bergerak cepat melewati tanah batu yang ia tapaki.

Sebuah jembatan.

"Savy!"

Savy berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Lily dan Killian!

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang