Chapter 17

46.8K 3.4K 78
                                    

Im back
Jangan lupa vote dan komen ya bebz

******

Indra penciuman Savy menerima aroma anyir. Killian berdiri di depan seorang pria yang duduk terikat. Tanoa aba-aba Killian memberikan pukulan keras membuat kursi pria yang terikat itu terpelanting ke belakang.

Savy cukup terkejut karena ia baru satu detik saja di dalam ruangan itu tapi suasananya sangatlah intens. Pria itu tertawa, Kilkian dengan tenang menarik kursi tersebut. Savy dapat melihat otot punggung Kilkian yang tegang.

Demon menghela napas. Ia menarik kursi yang lebih empuk dan menyuruh Savy untuk duduk di sana. Lagi-lagi Killian memukul pria itu lagi hingga kembali terpelanting. "Demon?"

"Sst... Biarkan Killian melakukan bagiannya."

Savy bergeming. Ia bisa mendengar suara kerikan jangkrik. Suasana ruangan terasa lembab nan dingin. Ia bisa melihat tiga pintu lorong hitam yang ia percayai sebagai penjara bawah tanah.

"Tak ada progres?" Killian menggeleng dan menyingkir ke samping. Savy dapat melihat wajah babak belur pria di depannya, ia adalah penculik Lily beberapa hari yang lalu.

Penculik Lily mengangkat kepalanya dan langsung berhadapan dengan wajah Savy. Ia terkekeh dengan mulutnya yang berdarah.

"Liam dan Taliyah."

"Apa?" Demon berdiri dan bersandar di kepala kursi yang di duduki Savy. Akhirnya pria sialan di depannya mengeluarkan suara juga.

"Kau kenal kedua orang tuaku?" Tanya Savy tapi pria di depannya hanya tersenyum miring.

Demon bersiul, Killian bergerak mengambil koper dari sebuah kabinet di ujung ruangan.

"Ah... Aku benci pemerintahan sekarang," Ucap Demon. "Kau tahu, harga mayat sangatlah mahal akhir-akhir ini."

Ia berjalan pelan dan berdiri di belakang pria itu. Demon menepuk-nepuk pipi pria tersebut dengan gemas. Tangannya yang berbalut sarung tangan kulit menelusuri setiap jengkal wajah calon 'korbannya'.

"Rio dengarkan aku, Aku sangat menyukai sikap teguh pendirianmu. Tapi ku mohon janganlah naif."

Killian meletakkan koper di atas meja. Ia menggunakan sarung tangan latex layaknya dokter yang akan melakukan operasi. "Ratusan tahun kau diam maka ratusan tahun pula kau akan kesakitan. Alberto telah mencampakkanmu."

"Tidak! Alberto tak akan meninggalkan anggotanya!"

Demon tertawa terbahak-bahak dan bermain pada rambut Rio yang basah.

"Apa posisimu dalam kelompok Alberto? Beta? Gama? Atau... hanya seorang penjaga?"

Rio menggeram marah. Savy memperhatikan setiap gerak-gerik Demon dan Killian. Jadi seperti ini yang dilakukan dua pria itu selama ini.

"Baiklah jika kau memilih diam, jika kau tak keberatan maka Killian akan menjadikanmu sebagai objek eksperimennya, menggantikan mayat yang kini harganya melambung."

"Kesempatan terakhir, sebelum kau menjawab dengan cara yang Killian tentukan."

Demon menatao lurus ke arah Savy yang sedari tadi diam memperhatikan. "Princess, katakan pertanyaanmu."

TRANQUILITY (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang