Awal

14.2K 1K 5
                                    

"Kau harus lakukan itu Jim!"

"Tidak mau! Tidak akan pernah!" Jimin menutup kedua telinganya. Pipinya masih basah.

Taehyung bingung bagaimana lagi untuk membujuk Jimin agar menuruti sarannya. Sedari tadi pemuda yang lebih kecil darinya itu hanya diam berjongkok di sudut kamar.

Jimin memang seorang yang penakut. Jadi tak heran jika Taehyung memintanya untuk mengembalikan sesuatu yang tak sengaja dia bawa dan menolaknya.

Pemuda blonde itu bukanlah seperti Jimin yang penakut ataupun seperti kebanyakan orang lainnya. Dia memiliki kemampuan lebih dibandingkan yang lain. Dia bisa melihat bahwa saat temannya itu masuk ke dalam rumah yang mereka sewa, dia tidak datang sendirian. Jimin membawa tamu tak diundang yang tidak dia sadari.

Taehyung heran melihat itu. Dia hanya melihat saja apa yang akan mereka lakukan pada Jimin.

Di rumah sewa ini, Taehyung tidak hanya tinggal dengan Jimin. Jadi saat Jimin berteriak di kamarnya dan muntah muntah semua orang yang sudah berada di rumah langsung menghampirinya termasuk Taehyung.

Dia melihat ke sekeliling kamar Jimin. Dia menangkap dua sosok wanita berada di belakang Jimin sambil menatapnya. Taehyung mendekat dan berusaha berbicara dengan mereka.

"Apa yang kau lakukan pada Jimin?" Taehyung memandang mereka berdua. Sepertinya mereka ada hubungan darah.

"Pulang." Saut wanita paruh baya itu. Ya, seperti itulah dari mata Taehyung. Rambutnya panjang. Pakaiannya putih panjang pula. Sama seperti yang ada di film horror yang pernah dia tonton. Meskipun kenyataannya dia tak suka film horror.

Taehyung mengernyit. "Lalu?"

"Antarkan kami pulang!"

Dahi Taehyung makin berkerut. Dia memang sudah biasa mendapatkan permintaan seperti ini. Tapi Taehyung tak menemukan benda sebagai perantara mereka agar dapat kembali. Iya, Taehyung tidak bisa memulangkan mereka sekejap mata begitu. Dia hanya bisa membantu memulangkan dengan jalan yang sudah mereka tunjuk.

Taehyung lantas duduk di dekat Jimin yang masih memegangi perut dan kepalanya. Dia menyandarkan tubuhnya ke tembok. Matanya terpejam sesaat. Seokjin dan Hoseok membantu Jimin agar dia merasa lebih baik.

"Jim, kau harus memulangkan mereka!" Jimin dan yang lain menoleh ke arah Taehyung. Mereka tahu bahwa Taehyung ini sedikit berbeda dari mereka.

"Mereka siapa?" Tanya Seokjin yang langsung duduk di sebelah Taehyung.

"Di belakang Jimin."

Mata mereka melebar. Secepat kilat Jimin dan Hoseok loncat ke samping Taehyung. Merapatkan diri pada pemuda tinggi itu.

"Hei Tae, jangan bercanda!" Hoseok menengok ke kanan kirinya. Jantungnya sudah berdegup sangat cepat sekarang. Iya, dia sama seperti Jimin. Penakut.

"Apa dia masih di belakangku?" Jimin mengeratkan pelukannya pada lengan Taehyung. Kepalanya dia tenggelamkan di pundak pemuda blonde itu.

"Tenanglah, dia tidak akan menggangu kalian. Dia hanya minta Jimin mengantarkan mereka."

"A-apa?" Jimin sangat terkejut. Mata dan mulutnya terbuka lebar. "Tidak Tae, aku tidak mau!"

"Karena kau yang membawa mereka. Jadi kau juga yang harus mengembalikan mereka."

"Tapi aku tidak melakukan apapun Tae. Sungguh." Jimin menekuk kedua lututnya dan dipeluknya dengan erat. Wajahnya dia telungkupkan di sana.

"Jimin..." Bisik Seokjin yang sedari tadi diam. Bohong jika Seokjin tak takut. Toh nyatanya tubuhnya juga merinding hebat. Tapi dia sudah sering mengalami ini karena sudah lebih dulu bersama Taehyung sejak SMP. "Kau akan baik-baik saja."

"Bagaimana aku akan baik-baik saja hyung, jika mereka mengikutiku seperti ini!" Suara Jimin sudah terdengar parau. Dia benar benar takut.

"Kau akan baik-baik saja Jim. Percayalah padaku!" Taehyung meremas pundak Jimin agar dia dapat segera luluh.

Jimin terus menggeleng dan tak mau melihat ke arah siapa pun. Taehyung bingung harus dengan cara apalagi. Dia takut jika mereka semakin lama di sini justru akan menggangu Jimin atau yang lain. Dia tak masalah dengan ini karena kesehariannya pun tak jauh dari hal hal yang kata orang menyeramkan.

Taehyung pemuda berumur 17 tahun yang tengah berusaha menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya itu bisa dibilang memiliki indera keenam. Jadi tak heran jika dia bisa melakukan hal hal yang menurut banyak orang tak wajar atau tak masuk akal. Toh dia juga sering dikatai aneh atau gila. Tak masalah baginya.

Helaan napas panjang terdengar dari Taehyung. Dia menyandarkan lagi tubuhnya ke tembok. Matanya terpejam kembali. Berusaha untuk berkomunikasi dengan wanita tadi yang mengikuti Jimin. Iya, Taehyung juga tahu sedari tadi mereka masih di kamar Jimin.

Salah satu wanita itu mendekat pada Taehyung. Lebih tepatnya dia si gadis kecil dengan rambut hitam sebahu. Mungkin jika dikira-kira dengan manusia, dia masih duduk di bangku SMP. Dia tersenyum pada Taehyung.

"Aku punya ide lain." Dia terus menyunggingkan senyum pada Taehyung. "Apa kau mau mendengarnya?"

Taehyung mengangguk. Toh sepertinya membujuk Jimin akan susah saat ini atau bahkan akan sia-sia saja. Karena Jimin memang dulunya mempunyai kenangan buruk yang berhubungan dengan hal seperti ini. Ditambah karena kesalahan dirinya juga yang teledor.

"Bakar saja pohon yang ada di depan itu!" Dia tersenyum lucu pada Taehyung. Wajahnya pun bersih tak seperti yang Taehyung liat akhir akhir ini. Bentuk wajahnya pasti buruk, mungkin bisa dibilang mendekati hancur atau tak berbentuk.

Taehyung mengernyitkan dahinya. Dia mencoba mengingat pohon di depan rumahnya itu. Oh tidak. Taehyung tidak akan membiarkan itu terjadi atau petaka lain akan timbul.

NILA 3-0 || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang