Jungkook hanya tak ingin melihat tuannya itu tersiksa lebih lama. Dia ingin cepat untuk membantu Taehyung beristirahat. Tapi sedari tadi pemuda blonde itu justru diam tak menanggapi tawaran Jungkook.
"Kenapa? Kau tak mau aku membantu mu?"
Taehyung menggeleng. Dia menatap Jungkook. "Terimakasih karena kau selalu mau membantuku Jungkook.
"Itu tugasku Taehyung. Kau tak perlu berterimakasih."
"Jungkook?"
"Hm?"
"Kau masih ingat saat aku menolak menceritakan sesuatu padamu?"
Jungkook mengangguk. Dia tak pernah melupakan apapun tentang tuannya. "Ada apa?"
Taehyung menghela nafasnya. Rasanya sekarang dia ingin mengatakan semuanya pada Jungkook.
"Apa kau tau kalau aku pernah berbuat kesalahan pada Jimin?"
Pengawal pribadinya itu menggeleng. "Memangnya ada apa?"
"Aku membuatnya bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat." Taehyung menunduk. "Aku telah menyusahakan hidupnya."
"Taehyung, tak perlu kau ceritakan semua padaku. Aku tak akan menuntut apapun darimu."
Taehyung menggeleng. "Saat kami masuk kembali ke sekolah dengan kondisi Jimin yang baru, dia jadi seperti orang gila di sekolah."
Jungkook memperhatikan Taehyung dengan baik. Dia tau tuannya itu pasti sudah mengalami banyak hal berat sebelumnya.
"Saat itu kami adalah anggota osis. Aku menjabat menjadi ketua dan Jimin wakilku. Aku kira semua akan berjalan baik tapi ternyata itu hanya harapanku saja."
Taehyung sangat ingat masa-masa di tahun pertamanya. Dia termasuk siswa yang sangat aktif. Dia banyak mengikuti kegiatan dan dijadikan kepanitiaan inti. Puncaknya dia ditunjuk sebagai ketua osis di sekolahnya.
Saat itu Taehyung dan Jimin belum saling mengenal. Tapi karena saat pemilihan ketua dia melawan Jimin dan dialah yang terpilih mau tak mau posisi kedua akan menjadi wakilnya.
Setelah Jimin menjadi wakil Taehyung, dia juga pindah ke rumah sewa bersama ketuanya itu. Dia bilang tempat tinggalnya yang lama terlalu jauh dengan sekolah. Jadilah Taehyung menyarankan untuk tinggal di rumah sewa nya.
Keduanya hidup dengan baik, rukun dan tidak ada masalah. Namun satu bulan setelahnya, Jimin menjadi trauma dengan hal-hal yang tak berasal dari dunianya. Taehyung tau ini kesalahannya. Oleh karena itu dia selalu menjaga Jimin di mana pun yang bisa dia jangkau. Mengecilkan kemungkinan bagi Jimin untuk melihat hal-hal yang sebelumnya belum pernah dia lihat. Atau mungkin kejadian yang tak seharusnya menimpa Jimin.
Semakin Taehyung menjaga Jimin, banyak yang mengira jika Taehyung ini menyukai wakilnya sendiri. Pemuda blonde itu banyak mendapatkan tekanan dan cibiran dari banyak orang karena kedekatannya dengan Jimin.
Apalagi di saat mereka tahu jika Taehyung itu seorang indigo. Banyak sekali yang terang-terangan menjauhinya. Bahkan anggota osis nya yang lain menuntut kepada kepala sekolah untuk mengeluarkan Taehyung dari keanggotaan osis.
Taehyung tak bisa melakukan apapun saat itu. Dia menerima semua itu. Dia tau jika ini akan terjadi. Dia tau jika dirinya akan sendirian lagi seperti biasa. Inilah sebabnya kenapa Taehyung merahasiakan keistimewaannya. Dia hanya tak ingin dijauhi oleh banyak orang. Tapi nyatanya, lagi-lagi itu hanya harapan Taehyung saja.
Pemuda blonde itu menghela nafasnya. Dia menatap Jungkook yang sedari tadi diam mendengarkan. Dia tersenyum.
"Aku mungkin tak pantas mendapat banyak teman. Tapi aku tak mau temanku yang masih mau bersamaku tak punya teman."
"Makanya kau memutuskan untuk memberikan jabatanmu pada Jimin? Dan kau mengakui jika kau menyukainya? Apa kau sedang menumpahkan kesalahan yang tak kau perbuat pada dirimu sendiri?"
"Jungkook, aku-"
Jungkook langsung memeluk Taehyung tanpa membiarkan tuannya itu melanjutkan ucapannya lagi.
"Aku tau kau itu orang yang baik Kim Taehyung. Di masa depan aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu lagi. Keinginanmu tak akan pernah hanya menjadi anganmu saja. Aku akan membantu."
Taehyung membalas pelukan Jungkook dengan erat. "Terimakasih Jungkook."
Suasana hening diantara keduanya. Mereka saling berbagi kehangatan lewat pelukan yang makin mengerat.
Taehyung menegakkan tubuhnya dan menatap jin tampan itu. "Jungkook!"
"Hm?"
Tuannya itu tersenyum. "Aku siap."
Jungkook menyunggingkan senyumnya. Tapi dibalik itu dia juga menyimpan kesedihan. "Aku akan merindukanmu Kim Taehyung!"
Taehyung mengangguk. Dia kembali memeluk Jungkook. Air matanya menetes. Tapi dia harus melakukan ini. Dia sudah merasa sangat lelah saat ini.
Jungkook menepuk nepuk punggung Taehyung. "Kau akan baik-baik saja Kim Taehyung."
"Iya. Aku sudah siap dengan segalanya."
Jungkook menegakkan tubuh Taehyung. Dia menghapus air mata di pipi tuannya itu dengan ibu jarinya. "Aku akan menjagamu!"
Taehyung mengangguk. Dia tersenyum. "Aku mempercayaimu!"
Jin itu tak sanggup melihat senyum tuannya itu. Dia pun meneteskan air matanya. Dia hanya takut jika dia akan gagal membantu Taehyung. Jika itu terjadi dia akan menyesal selamanya.
"Aku akan baik-baik saja Jungkook. Aku percaya padamu!" Taehyung tersenyum dan selanjutnya menutup matanya.
Jungkook tau ini berat. Tapi ini adalah permintaan tuannya. Dia tidak bisa menolak. Dia meletakkan telapak tangan kanannya di depan mata Taehyung yang sudah tertutup itu.
Tak lama tubuh Taehyung melemas dan Jungkook segera menangkapnya. Dia mendekap tubuh tuannya itu. Air matanya tumpah saat tubuh itu makin dingin dan kaku. Sekarang, sudah tak ada kehidupan lagi di tubuh tuannya itu.
"Kim Taehyung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NILA 3-0 || KookV ✓
Fanfiction[COMPLETE] Siapa yang tidak mau punya bodyguard tampan. Tapi jika bodyguard mu adalah bangsa jin, masih mau? KookV (Top! Kook Bottom!V) HR: 2 #kookv (27/11/18 - 28/12/18)