Maaf typo nya 😋
Wendy berjalan pelan masuk ke dalam ruangan singgasana raja dan ratu yang berada tepat di depannya itu.
Ia menatap kagum kursi besar berwarna merah dilapisi emas di ujung punggung kursi. Wendy berjalan mendekat. Ia sentuh tangan kursi lalu ia elus perlahan.
" Ini emas." Ucap Wendy.
" Jika pangeran mau, duduklah." Wendy berbalik. Ia melihat seorang pria berjas hitam, memberi tundukan hormat nya pada Wendy sambil tersenyum.
" Siapa?" Tanya Wendy.
" Perkenalkan, nama saya Jimin. Saya asisten istana sekaligus asisten pangeran Jisoo." Katanya memperkenalkan.
" Ah~~" Wendy mengangguk. Ia kembali melihat singgasana raja dan ratu itu.
" Pangeran akan duduk di sana nanti dengan putri Irene." Kata Jimin membuat Wendy berbalik menghadapnya lagi.
" Haha....aku tidak pantas duduk di sini." Wendy berjalan menjauh dari singgasana istana. Ia mendekati Jimin yang tidak memudarkan senyumannya.
" Kenapa?" Tanya Jimin.
" Aku merasa sangat kurang ngajar jika duduk di sana tanpa sepengetahuan putri." Jawab Wendy.
" Aku harus banyak meminta izin padanya untuk melakukan kegiatan di dalam istana. Aku takut jika putri marah padaku nanti." Kata Wendy.
Jimin melebarkan senyumannya. Ia melihat tangan Wendy yang memukul lengannya beberapa kali. Kemudian ia melihat Wendy yang berlalu ke luar ruangan besar itu.
" Putri sangat beruntung menikah dengan pria yang baik seperti pangeran Wendy." Gumam Jimin sambil melipat kedua tangannya menatap singgasana raja dan ratu yang sudah lama tidak pernah di duduki raja lagi.
Wendy berjalan keluar dari ruangan singgasana. Ia bertemu Irene yang akan turun dari tangga.
" Emmhh~~" Wendy canggung. Dia menatap Irene sambil menggerutui dirinya sendiri.
Irene berhenti di atas tangga. Ia menatap diam Wendy yang terus mencari kata-kata untuk berbicara dengannya.
" Jangan memaksanya." Kata Irene dan langsung di tatap kejut oleh Wendy. Akhirnya ia bisa mendengar suara istrinya itu.
Setelah mengatakan itu, Irene berbalik dan naik lagi ke atas untuk masuk ke kamarnya. Wendy melihat punggung istrinya yang sudah tidak terlihat lagi di balik pintu kamar.
Wendy tersenyum simpul. Ia berbalik dan berjalan keluar dari istana.
Ia melihat banyak sekali mobil yang bersejejer di pinggir istana. Beberapa pelayan pria sedang membersihkan mobil kerajaan bersamaan.
" Boleh aku membantu?" Tanya Wendy yang tiba-tiba berdiri di belakang mereka.
Semuanya terkejut melihat Wendy yang memberi cengirannya sambil menggaruk tengkuknya itu. Ia lalu mengangkat sekilas bahunya sambil menunjuk selang panjang di bawah kaki pelayan.
Irene berdiri di depan jendela kamarnya. Ia melipat kedua tangannya sambil melirik ke bawah luar jendela. Melihat para pelayan terus tertawa mencuci mobil dengan Wendy yang ikut membantunya.
Irene berbalik. Ia terduduk di sofa lalu ia raih hpnya yang sedari tadi berbunyi itu.
Ia lihat panggilan seorang pria yang sangat tidak ingin ia angkat itu.
Irene melempar hpnya ke lantai. Ia lalu bersandar di punggung sofa sambil menatap majalah yang ia saut di meja tadi. Ia lihat foto Jennie memenuhi topik hangat di majalah dari sampul majalah bahkan sampai ke halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert 2✓ [C]
Fanfiction" Tapi Appa,......aku tidak bisa menikahi Putri...." " Lakukanlah Wendy. Ini demi keluarga kita." " Tapi Eomma...." " Bahagiakan putri Irene. kamu anak yang sangat berbakti bukan pada orang tua?" "......" " Lakukanlah Wendy. Buat keluarga kerajaan j...