Wenrene masuk ke dalam hotel. Wendy berjalan terduduk di sofa karena sangat capek.
" Hah~~ capeknya~~" Ia tertidur di sofa.
Irene melirik Wendy di sana. Ia lalu meraih koper untuk di geret masuk ke dalam kamar.
" Eh! Jangan sentuh barang berat." Kata Wendy.
" Memangnya kenapa? Aku hanya ingin membantumu."
" Tidak usah. Aku akan mengangkat nya." Wendy bangkit. Ia berjalan mendekati Irene lalu ia saut koper itu dari istrinya.
" Ini berat. Biar aku saja yang menggeret nya. Aku laki-laki. Jadi semua kerjaan yang berat biar aku yang melakukannya." Wendy tersenyum. Ia elus sekilas rambut Irene. Lalu ia berjalan membawa koper itu masuk ke dalam kamar.
Irene berjalan mendekati sofa sambil menyentuh kepala yang tadi di elus Wendy.
Ia terdiam duduk di sofa sambil berfikir menatap ke depan.
" Sepertinya aku pernah merasakan sentuhan ini. Kalimat itu......" Gumam Irene terhenti seraya dengan dirinya yang membanting badan bersandar di sofa.
" Eh! Mau apa? Biar aku yang melakukannya."
" Memangnya kenapa? Ini tinggal di geret saja."
" Tapi ini berat. Kamu akan mengangkatnya naik ke atas tangga. Biar aku saja. Aku laki-laki jadi semua kerjaan yang berat biar aku yang melakukannya."
Irene melebarkan matanya. Hatinya terhentak kuat sekali seperti ada yang baru saja menusuknya dengan busur panas.
Ia mengingat Seulgi. Mengingat mada lalunya dengan Seulgi dulu. Bukan sebagai pacar. Tapi sebagai teman yang malah menimbulkan rasa suka dari Seulgi.
" Memikirkan apa?" Wendy datang membuyarkan lamunan Irene.
" Ani." Jawab Irene memberi gelengan dengan senyum simpul nya.
" Ahhh~~ sekarang panas sekali. Kamu mau es krim? Aku akan keluar memberikan nya untukmu."
" Mhh. Belikan aku dua banana." Kata Irene dengan wajah imutnya.
" Heiss...aku tidak tahan."
" Ne?"
Cup!
Wendy mencium sekilas bibir Irene. Ia berdiri dan berjalan keluar hotel tanpa mengatakan apapun pada istrinya.
Irene menyentuh bibir nya. Ia menatap kaku ke depan saat merasakan sentuhan bibir Wendy lagi di hari ini.
" Dia....... membuatku malu~~" Irene langsung menjatuhkan badannya di sofa. Lalu ia tutupi mukanya dengan bantalan sofa.
***
Wendy keluar dari lift. Ia berjalan santai ke depan hotel menemui Jimin di depan sana.
" Pangeran mau kemana?"
" Aku mau ke supermarket. Boleh aku memakai mobil?"
" Boleh pangeran." Jimin segera memberi kunci mobil pada Wendy seraya membukakan pintu mobil untuk pria itu.
" Gomawo." Kata Wendy yang berlalu masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.
Ciit!!! Wendy mengerem mendadak saat hampir menumbur Joy yang tiba-tiba berlari di tikungan perbelokan menuju pintu hotel.
Jimin dan lainnya terkejut. Mereka berlari cepat mendekati Joy dan juga Wendy yang keluar dari mobil lagi.
" Joy-ah.... gwaenchanha?" Tanya Wendy sambil memegang lengan Joy dan melirik Joy dari bawah kaki sampai ke atas kepalanya jikalau ada luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty and The Expert 2✓ [C]
Fanfiction" Tapi Appa,......aku tidak bisa menikahi Putri...." " Lakukanlah Wendy. Ini demi keluarga kita." " Tapi Eomma...." " Bahagiakan putri Irene. kamu anak yang sangat berbakti bukan pada orang tua?" "......" " Lakukanlah Wendy. Buat keluarga kerajaan j...