#19. Ketemu

59 13 0
                                    

Klik vote dulu yupz! 
Biar nggak kelupaan karena keasyikan baca! 
Bisikin dong kalo ada typo:)

•~•


Saat ini kami sudah sampai di ruang tamu, dengan tergesa-gesa aku berusaha menyamai langkah kaki tante Vika yang terbilang panjang dan cepat seperti mau ngantri makanan gratis. Dengan sigap aku terus membuntuti dan mengikuti kemana arah perginya yang seperti ingin menuju kearah dapur rumahku.

"Loh, Tan! Kok kita malah ke dapur sih? Katanya mau ambil Piano? Kok jadi kesini," pekikku heran sesampainya di dapur.

"Iya. Kita emang mau ambil Piano!  Ya.. di situ tempatnya," serunya sambil menunjuk sebuah pintu kayu yang sedikit rapuh namun masih bisa berdiri kokoh berada di sebelah Dapur, yang tidak lain adalah tempat gudang.

"Tapi pintu ini jarang dibuka loh, Tan? Soalnya pintu ini digembok. Kara juga nggak tahu kemana kuncinya," sahutku dengan ekspresi gugup yang tidak bisa diartikan.

"Kenapa Piano itu harus disimpen di gudang sih? Mana aku trauma lagi kalo berada deket gudang, takutnya hantu bocah itu neror lagi!" batinku was-was.

"Karaaa? Hei Karaaa sayang!" Tante Vika menepuk-nepuk pundakku pelan sehingga membuatku tersadar dari lamunan yang sedang bergejolak saat ini.

"Kamu kok malah ngelamun sih?   Ayo, masuk! Ini pintunya udah ke buka!" imbuhnya.

Tanpa kusadari pintu gudang itu ternyata sudah terbuka lebar di depanku sekarang. Pintu yang bagiku adalah pintu keramat yang menakutkan, kini kembali dibuka setelah sekian lama. Kuharap ini bukanlah gerbang menuju alam gaib seperti cerita yang kubaca minggu lalu di aplikasi Wattpad, karena di sinilah pertama kalinya aku bertemu dengan sosok hantu bocah itu. Kulihat tante Vika mulai masuk ke dalam tanpa ragu, saat aku merasakan hawa dingin mulai melingkupi diriku sejak pertama kali kujejakkan kaki di lantai lusuh ruang gudang ini.

Ada atmosfer aneh di dalam sini, pengap dan panas itulah yang kurasakan. Aku terus celingukan kanan-kiri sembari mencari-cari Piano yang dimaksud oleh tante Vika. Karena gudang ini cukup luas kamipun sepakat untuk membaginya dua tempat agar lebih cepat menemukannya, aku di bagian kanan ruangan dan tante Vika di sebelah kiri ruangan.

Aku berkeliling ke sudut-sudut ruangan sambil memandangi lukisan-lukisan tua yang tergantung di dinding. Aku menutup hidungku dengan telapak tangan karena terlalu banyak debu-debu yang pekat di sekelilingku. Sambil terus mencari-cari Piano, kedua mataku mulai menangkap sesuatu yang aneh di pojok kanan ruangan. Sebuah figura besar yang tergantung di dinding dengan foto seseorang di dalamnya. Hanya ada satu foto di sana, kenapa pula foto itu seperti sengaja disendirikan dan tidak disatukan dengan lukisan-lukisan tua yang terjejer rapi di depan sana tadi. Foto itu terlihat menyendiri, karena penasaran aku mulai melangkah mendekat untuk melihat foto apakah itu.

Setelah sampai di tempat, aku tidak bisa melihat gambar apapun di sana karena figura itu tertutup oleh debu-debu yang menggumpal padat. Aku mulai celingukan mencari kursi kosong di sekitar guna menaikinya dan mengambil figura yang sedang tergantung tinggi di dinding itu. Setelah berhasil mendapatkan figuranya, aku kembali mencari kemoceng atau kain lap untuk membersihkan figura itu supaya aku bisa melihat ada gambar apa di dalamnya.

Tak perlu waktu lama untuk membersihkannya karena saat ini aku sudah bisa melihat dengan jelas gambar apakah itu. Di dalam figura itu terdapat gambar seorang pria tua sedang memainkan Piano ber-aquarium yang sangat indah berkilau, tapi ada yang misterius di bawah piano itu. Ada gambar buram yang tidak terlihat jelas, itu seperti gambar seseorang yang sedang meringkuk di bawah piano dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Matanya hitam legam serta berkilat.

PianoQuarium(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang