Klik vote dulu, biar nggak lupa wkwkwk😚😚
Bisikin dong kalau ada typo, biar denger gitu?😂😂Seketika harapanku rasanya pupus, sirna bagai diselimuti kabut hitam pekat, semuanya gelap, semua telah hilang. Harapanku sudah berakhir sekarang.
"Lalu.. memangnya kau ke kampus naik apa?" tanyaku menyelidik.
Sekarang Tama malah tertawa, entah apa yang sedang dipikirkannya. Dia pikir ada yang lucu dengan kata-kataku tadi. Aku terus menatapnya dalam diam, setelah beberapa detik Tama pun menghentikan suara tawanya itu dan berkata, "Aku tadi bilang tidak! maksudku adalah kamu tidak salah menebak. Sepeda motor itu memang milikku, memangnya kenapa?"
"Jika itu memang benar adanya? Bolehkah aku menebeng pulang ke rumah denganmu? Mobilku sedang diservis di bengkel, jadii?" tanyaku sambil menunjukkan tatapan puppy eyesku memohon padanya.
"Tentu! Ayo!" ajaknya sambil tersenyum manis kearahku.
Akupun segera mengangguk sambil membalas senyumannya tadi. Aku menunggunya di kursi taman sebentar karena Tama sedang mengambil sepeda motornya di parkiran.
"Yuk, naik?" pintanya.
Aku naik motor Tama, agak sulit juga karena sekarang aku sedang memakai dress di bawah lutut sedikit warna merah muda, saat aku duduk di motornya dressku jadi sedikit terangkat keatas dan memperlihatkan sedikit pahaku yang putih mulus. Segera kubenarkan kembali rokku. Tak lupa pula aku mengatakan padanya kalau aku tidak membawa helm.
"Tidak masalah, aku tidak takut pada polisi jika bersamamu?" ucapan Tama kali ini membuatku seperti melayang di udara dan entah mengapa terbesit perasaan aneh dalam hatiku, coba lihat pipiku mulai memerah sekarang.
Aku harus mengendalikan diriku, jangan sampai Tama melihat semu merah di pipiku. Bisa-bisa... aku jadi malu nanti.
"Ayo jalan?" kataku kemudian untuk menetralkan rasa maluku dengan bersikap seperti biasa.
"Kamu tidak mau berpegangan terlebih dahulu?" tanyanya.
"Hah?" Setelah berhasil menetralkan perasaanku tadi, eh Tama malah membuatku terkejut dengan pertanyaannya itu. Apa maunya, aku sama sekali tidak mengerti.
Karena sedari tadi aku hanya diam saja tanpa melakukan sesuatu, dengan tiba-tiba Tama menarik tangan kananku dan melingkarkan pada pinggangnya. Aku sendiri sangat heran karena perlakuan Tama barusan.
"Ini tidak benar!! Terutama kemarin lalu ada seorang wanita yang datang ke kafe dan menyiramku dengan air jusnya. Aku yakin gadis yang dipanggil Tama, Yara itu dia pasti ada hubungan dengannya, bisa jadi kalau Yara itu mungkin adalah pacarnya," pikirku dalam hati.
Aku hendak menarik tanganku tapi tangan Tama lebih sigap menahan tanganku untuk tetap melingkari pinggangnya.
"Tetaplah begini, biar tidak jatuh. Santai saja," ucapnya ramah dan bisa kulihat dari kaca spion kalau Tama saat ini sedang senyum-senyum sendiri.
Jantungku semakin berdebar kencang tak karuan, pipiku juga sudah merah merona lagi, tapi Tama belum juga menarik tangannya yang menggenggam kedua telapak tanganku erat. Ada apa denganku, Tuhan?
Aku baru bisa bernapas lega saat sudah jauh dari kampus, "Terima kasih sudah menolongku dari kegelisahan ini karena kau telah bersedia mengantarku pulang."
"Tidak papa, itu tidak jadi masalah. Aku senang bisa membantu orang lain," balasnya lembut sambil melirikku dari kaca spionnya.
Aku tidak mengerti perasaan apakah ini, senang rasanya berada didekat orang asing sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PianoQuarium(END)
Misteri / Thriller[Mystery x (minor)Horor] #1 on Girls Fantasy Series(GFS) Ada yang bilang, bahwa karma akan terus berjalan sampai ke keturunan terakhirnya. Sampai semuanya habis tak tersisa, dendam yang sungguh mengerikan. Kesalahan di masa lalu membuat seorang roh...