Ekstra Part(2)

107 9 0
                                    

"Pemenang Festival Music pada tahun ini diraih oleh Nona Kamara Violin Mahesian!! Selamatt! Beri tepuk tangan yang meriah!! Mohon untuk segera naik ke atas podium!" Sumpah demi apa? Aku sangat bahagia sekali. Aku tidak menyangka kalau ternyata namaku yang disebut sebagai pemenangnya. Ini sungguh seperti mimpi, this is miracle?

Semua orang bertepuk tangan dengan meriah atas keberhasilan yang kuraih kali ini. Beribu-ribu ucapan selamat tak terkira yang ditujukan untukku. Akhirnya aku bisa membuat orang lain bangga termasuk juga Tante Vika. Ini seperti impian Ayah dulu, pada akhirnya akupun mengikuti jejaknya pula.

Seandainya orang tuaku masih ada, mungkin mereka akan lebih bahagia ketimbang diriku. Tapi, aku tidak boleh menyalahkan takdir Tuhan. Jika memang begini adanya, ya sudahlah! Tak apa. Lagipula mereka masih bisa melihatku di sini melalui cermin surga, kurasa mereka sedang tersenyum padaku saat ini. Hahaha, gadis cengeng! Kenapa pula aku harus menangis di hari bahagia ini. Konyol, memang!

Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka, Papa, Mama, Kakek dan Kak Astoy. Kuharap kalian bahagia selalu di atas sana.

Untuk sesaat tadi, aku habiskan waktu hanya dengan melamun di tempat dudukku ini, melamunkan sesuatu yang tak akan mungkin dapat kembali lagi. Sampai-sampai aku tidak menggubris ucapan sang pembawa acara yang sedari tadi memanggil-manggil namaku terus karena aku tak kunjung naik ke atas panggung.

Aku yang tersadar, lantas bangkit berdiri dari kursi dan bergegas menuju ke atas panggung, yang mana di sana sudah ada kak Tama yang standby berdiri sebagai pemenang juara dua Festival Music ini.

Entah mengapa jantungku rasanya mau copot, apalagi sekarang aku berdiri bersebelahan pas dengan kak Tama di atas panggung. Sesekali ia melirikku dengan senyuman tapi aku tak berani untuk menatapnya balik walau hanya sesaat. Aku hanya terus memandang lurus ke depan, kearah penonton tanpa melihatnya sedikitpun. Aku merasa deg-degan, apakah ini yang dinamakan rasa suka? atau yang biasa orang sebut Cinta? Ini tidak mungkin terjadi padaku kan?

Di tengah-tengah kesibukanku akan semua pikiran tentang perasaanku sendiri ini, tanpa sadar sebuah telapak tangan yang kokoh itu kuduga milik seorang lelaki, kini sedang menggenggam erat jemari tangan kiriku dengan lembut.

Deg!
Jantungku copot beneran deh!
Nervous?
I'm so shy!

Seketika kedua pipiku langsung bersemu merah begitu kulihat telapak tangan siapakah itu. Coba kalian tebak, tangan siapa itu?

Itu adalah telapak tangan milik kak Tama! OMG!! Dia berani banget terang-terangan menggandeng tanganku yang masih berada di atas panggung ini. Aku malu, jadinya.

Setelah dewan juri memberikan ucapan selamat, piala, dan sebuket bunga padaku. Seluruh penonton kini bersorak-sorak ramai padaku dan kak Tama. Namun selang beberapa menit kemudian suara sorakan itu berhenti seketika dan tiba-tiba lampu panggung mati begitupun juga lampu di tempat duduk penonton juga mati. Semuanya gelap gulita, aku tidak bisa melihat apapun selain kegelapan saja. Aku sangat takut dengan kegelapan, hal ini jadi mengingatkanku pada Alvin.

Astaga!!
Apakah ini memang ulah Alvin?
Apakah dia kembali, lagi?
Tapi untuk apa?
Apa... mungkin ia datang untuk balas dendam padaku karena dia belum puas?

Aku sungguh berharap-harap cemas sekarang. Di mana Kak Tama? Bukankah dia tadi berdiri di samping kiriku. Aku merasa sendirian di panggung ini dalam kegelapan. Suara-suara riuh penonton yang tadi terdengar memenuhi ruangan seakan lenyap di dalam kegelapan ini. Kemana perginya semua orang?
Aku takut, sungguh-sungguh takut!
Aku hanya bisa berdiri sendiri di sini sembari memejamkan mataku! Aku takut untuk membuka mata dan melihat sesuatu yang tidak ingin kulihat atau bahkan kutemui nantinya.
Aku tak mau bertemu dengan Alvin, lagi!!

PianoQuarium(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang