#28. My Family

63 14 0
                                    

Tak lama setelah itu serangan keduaku akhirnya berhasil lagi. Akar hidup tersebut mulai merenggangkan jeratannya sedikit demi sedikit pada orang-orang di bawah sana. Hingga lilitan akar di badan mereka mulai merosot dan hampir terlepas. Kuamati orang-orang tersebut dari atas kereta awanku, sepertinya mereka masih hidup. Itu artinya mereka masih bisa ditolong. Entah sudah berapa lama mereka terjerat di sini, di hutan musik ini.

Tanpa pikir lagi, akupun segera mendaratkan serangan yang ketiga pada akar hidup yang langsung aku arahkan ke tengah inti pohon menyanyi. Tempat mereka terkurung dengan jeratan akar hidup di sekeliling tubuhnya. Aku terus menembak tanpa henti, ku erahkan seluruh pasukan awan yang tersisa untuk menyerang.

Setelah menunggu beberapa detik. Aku melihat seluruh akar hidup itu terlihat mulai melepaskan orang-orang ini dari jeratannya. Ikatannya mulai melunak dan pada akhirnya terlepas sempurna. Orang-orang tersebut mulai meluruh dan berjatuhan ke tanah. Dengan sigap aku segera mengarahkan kereta awanku untuk menangkap mereka yang hendak jatuh. Untungnya aku berhasil menyelamatkan mereka semua dan segera membawa mereka ke tempat yang aman dengan menggunakan kereta awan.

Setelah aku mendapatkan tempat yang dirasa aman untuk mereka, aku segera berhenti dan turun dari kereta awan.

"Orang-orang ini wajahnya seperti tidak asing lagi bagiku," gumamku setelah menurunkan orang-orang ini dari kereta awan dan menyandarkannya di salah satu pohon menyanyi yang cukup teduh untuk dipakai istirahat orang banyak.

Orang-orang ini terlihat masih hidup namun wajahnya sangatlah pucat. Apalagi mereka sedang pingsan saat ini. Bisa kulihat, orang-orang ini terdiri dari seorang pria tua, wanita tua, seorang pria paruh baya, wanita paruh baya dan seorang bocah lelaki kecil yang kupikir mungkin dia adalah putra mereka.

Tunggu!!
Sepertinya mereka adalah
satu keluarga.

"Ada seorang Kakek-Nenek! seorang Ayah-Ibu dan anak kecil? Mereka... bagaimana bisa?" Tiba-tiba dadaku serasa bergemuruh dan berpacu cepat.

Jangan-jangan.....

"Apakah mereka semua adalah anggota keluargaku? Seperti yang dimaksudkan oleh Vero?" Aku sendiri merasa tidak yakin karena aku tidak bisa mengenali wajah mereka semua satu persatu namun hati dan pikiranku seakan berkata lain. Aku bahkan tidak ingat seperti apa wajah ayah dan ibuku dulu, sepertinya aku memang datang dari masa depan. Sekarang aku terjebak di masa lalu, masa di mana aku belum lahir di keluargaku.

"Apa mungkin jika orang-orang yang harus kuselamatkan dari dunia piano ini ternyata adalah anggota keluargaku sendiri? Kedengarannya aneh sih," ujarku penuh tanda tanya.

Tak bisa memungkiri, seratus persen logikaku berkata ya! Bahwa mereka semua memang benar keluargaku.

Alvin sungguh kejam! Dia bahkan mengurung semua roh-roh ini di dalam Piano-Quarium dan membuat mereka tersesat di Hutan Musik buatannya.

Aku tidak akan pernah kalah darinya, aku akan menghancurkannya! Secepatnya, setelah aku keluar dari sini.

•~•


Setelah hampir setengah jam aku duduk bersilah di atas rumput hijau sembari menunggu orang-orang ini tersadar dari pingsannya. Kulihat satu-persatu dari mereka kini mulai menandakan pergerakan. Itu berarti mereka semua hampir setengah sadar sekarang.

Perlahan si wanita muda paruh baya itu mulai mengedipkan matanya dan dialah orang yang pertama kali tersadar. Sesaat sesudah ia membuka mata, orang yang pertama kali dilihatnya adalah aku. Ibu itu terlihat bingung dan merasa terkejut, kemudian ia segera menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia mendapati seluruh anggota keluarganya dalam keadaan setengah sadar sedang bersandar di pohon sebelahnya.

PianoQuarium(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang