Ekstra Part(1)

93 13 2
                                    

Oktober, 2018

Hari ini adalah hari di mana seluruh mahasiswa di kampusku akan bertanding untuk menjadi juara dalam Festival Music 2018, tahun ini.

Mengenai diriku, aku juga termasuk dalam finalis tersebut. Setelah berpikir matang-matang akhirnya akupun memutuskan untuk mencari peruntunganku sendiri. Aku mengikuti kontes ini, kalah menang itu urusan nanti. Setidaknya aku pernah mencoba! Doakan, semoga aku menang.

Oh iya, perlu kalian semua ketahui! Setelah beberapa minggu lalu diawal bulan September aku membakar piano kesayangan milik Ayah. Mungkin ini adalah sesuatu yang konyol untuk dilakukan. Tentu bagi kalian ini sulit, mana mungkin sih ada seorang anak yang tega melenyapkan kenangan milik orang tuanya sendiri. Apalagi itu adalah kenangan satu-satunya yang ia punya! Hanya aku sajalah yang bisa berbuat setega itu. Tapi, setelah kejadian itu... Alvin tak lagi menggangguku. Dia menghilang. Mungkin memang inilah jalan yang terbaik.

Hari-hariku akhirnya kembali normal seperti sediakala lagi sebelum semua teror-teror itu datang. Senang rasanya bisa hidup tanpa adanya gangguan dari makhluk supranatural sepertinya itu.

Tapi... sihirku masih tetap bekerja. Sampai sekarang sihir itu masih mengalir dalam diriku. Terkadang aku merasa kesulitan untuk membedakan mana yang ilusi dan mana yang nyata keberadaannya. Mana yang roh, mana yang manusia? Aku masih bingung.

Setelah mengalami mati suri pada bulan lalu. Sihirku semakin tak terkendali. Setiap hari kekuatannya terus bertambah hebat. Aku takut jikalau nanti aku tidak bisa mengendalikannya. Sihir Imajinyata ini tidak dapat dihilangkan. Aku sudah bertanya pada tante Vika katanya, "Sihir itu adalah anugerah dari Tuhan. Bagaimanapun itu kamu harus menerimanya, Kara! Mungkin Tuhan memberikan anugerah itu padamu karena Dia percaya. Percaya bahwa kamu memang orang yang tepat untuk menerimanya! Teruslah mencoba, pasti lambat laun kamu akan bisa menguasainya dengan hebat."

Dengan dukungan dari tante Vika, aku mulai belajar menerima semua ini. Apa yang aku alami haruslah jadi memoriku sendiri. Semua ini, kisah ini, perjalanan ini, semua milikku, kenanganku.

Sementara hari berjalan dengan semestinya, kini aku sudah memiliki piano sendiri. Yang jelas ini adalah piano pengganti yang sudah dipastikan aman dan bukan sejenisnya PianoQuarium ya! Piano berhantu itu cukup menguras batinku. Sudah cukup aku bermain dengan alam roh yang dulu mengunciku, aku tak mau terjebak lagi dan tak ingin lagi. Aku agak menyesal memang.

Dengan Piano baru inilah aku mulai melupakan semua kenangan lama dan turut hanyut dalam kepingan nada yang mengalun indah serta mengisi kekosongan hari-hariku dengan melodi beraturannya. Aku mulai belajar dan terus belajar main piano.

Sekarang aku mulai rajin mengikuti kelas E-Sik setiap usai kuliah. Dengan bantuan inilah aku mulai minat dalam dunia musik, meskipun lagu ciptaanku masih amburadul. Tapi aku selalu semangat, aku ingin membuat tante Vika bangga. Aku akan menjadi Kamara yang penurut dan tidak menjengkelkan bagi tante Vika. Hanya dialah satu-satunya kerabat yang aku punya. "Tante terdabest!" Itulah gelar yang kuberikan padanya.

Di akhir bulan September lalu, ada peningkatan dalam permainan musikku. Aku mulai mahir saat itu. Meski di awal-awal tahun kemarin aku tidak terlalu minat dengan musik, pada akhirnya aku mulai menyukai musik juga. Dengan waktu belajar musik yang sesingkat itu, akhirnya aku bisa melewati semua proses tersebut tanpa ada hambatan apapun.

Semua ini juga berkat bantuan dan pengajaran dari kak Tama. Ia selalu sabar mengajariku bermain musik sampai sekarang. Aku jadi suka dengannya. Mengenai Kak Yara, mereka berdua sudah putus.

Alasan Kak Tama memutuskan hubungan dengan Kak Yara adalah karena,

"Gue udah putus sama Yara!"

PianoQuarium(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang