#26. Menembus Waktu

62 12 1
                                    

Jika kamu memiliki sebuah mimpi yang besar, maka kamu harus berani untuk mencobanya.

Kamu tidak akan pernah tahu seberapa berhasilkah capaian dirimu kelak. Jadi janganlah kamu merasa malu apabila punya cita-cita besar yang kata orang-orang, "Jangan berhayal tinggi-tinggi! Kamu tidak akan mungkin bisa menggapainya!" itu hanyalah cercahan konyol dari orang-orang yang mimpinya terputus untuk sementara.

•~•


"Kakek? jadi ternyata benar bahwa kakeklah dalang dari semua kecelakaan ini!" Aku langsung syok melihat wajah orang yang ada di dalam mobil ini, yang tidak lain adalah kakekku sendiri. Percaya atau tidak percaya yang jelas inilah kenyataannya, kakek telah bersalah.

"Sekarang semuanya sudah jelas kan, Kak! Inilah yang ingin ditunjukkan Alvin kepada Kakak!" ujar Vero berusaha menenangkanku dari rasa keterkejutanku.

"Alvin! Kenapa dia masih terus menerorku, aku lelah! Aku benci hidup seperti ini!" Aku mengacak rambutku frustasi, tidak bisakah dia berhenti menggangguku walau hanya sesaat saja.

"Asal Kakak tau, apa Kakak nggak mikir kenapa aku bisa berada di sini bersama Kakak sekarang? Kenapa pula aku justru membantu Kakak dalam urusan pribadi ini? Kakak mau tahu apa alasannya?"

Ya, sebenarnya akupun penasaran kenapa aku bisa diajak oleh Vero untuk menembus waktu dalam keadaan menjadi roh seperti ini. Bahkan aku sudah melihat dengan jelas mayat Vero di ruang bawah tanah rumah dharma kemarin yang sudah dievakuasi oleh pihak berwajib, tapi mengapa roh milik Vero masih terjebak di sini. Bukankah seharusnya ia sudah berada di alam selanjutnya. Kenapa ia seperti guru pembimbingku yang membantuku untuk menemukan titik terang itu. Semua ini masih belum jelas dan tetap menjadi tanda tanya besar dibenakku.

"Apakah kamu masih ada tugas yang belum diselesaikan di dunia ini?" tanyaku memberanikan diri dengan perasaan ragu-ragu.

"Benar, tapi sekarang tugasku hampir selesai. Aku di sini hanya sebagai penunjuk jalan bagi Kakak. Dan, tugas Kakak selanjutnya adalah membebaskan roh-roh orang terdahulu yang sangat Kakak sayangi dari genggaman labirin Alvin. Roh mereka semua saat ini masih terkurung di dalam sana sehingga mereka tidak dapat pergi ke alam selanjutnya. Kakak harus bisa membebaskan mereka semua karena itulah kunci agar Kakak dapat kembali lagi ke dunia nyata pada raga Kakak yang sekarang," jelas Vero yang bermuka datar.

"Tapi, kenapa justru kamu yang dipilih untuk menjadi kompasku!  Kenapa tidak yang lainnya saja?" tantangku dengan wajah serius.

"Karena... ini sekaligus menjadi penebusan dosaku yang terdahulu. Aku tahu kalau Kakak melihat semua insiden pada malam itu yang terjadi di rumahku kan? Aku juga tahu bahwa Kakak tidak mengatakan yang sebenarnya pada polisi dan semua orang mengenai kejadian itu. Kakak juga tahu bahwa saat itu aku sedang dirasuki oleh roh jahat yang membuatku bisa tega membunuh seluruh anggota keluargaku sendiri dengan kejam. Bahkan aku juga hampir membunuh Kakak karena roh jahat itu ingin menjadikanku sebagai tumbalnya. Aku ingat semuanya, Kak!" Semua yang dikatakan Vero memanglah benar adanya, tanpa dikurangi dan tanpa dilebih-lebihkan. Dia sungguh-sungguh mengingat semua yang terjadi.

"Karena hanya Kakaklah satu-satunya orang saksi tunggal dari kejadian ini, maka Malaikat pun mengirimku untuk melakukan tugas ini agar aku bisa mendapat pengampunannya. Dia mengirimku untuk membantu menyelesaikan permasalahan Kakak. Termasuk juga untuk membantu roh-roh tak bersalah itu supaya terbebas. Sekarang semua tergantung pada Kakak sendiri. Mau lanjut atau berhenti?!" Vero memberiku dua pilihan yang harus kupilih, dan dengan kepercayaan diri yang tinggi serta tekad yang kuat bahwa aku pasti bisa menyelesaikannya hingga tuntas. Akupun dengan mantap memilih....

PianoQuarium(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang