Seulji menaiki tangga sekolah dengan lemas, malam ini dia terjaga hingga larut dan berakhir bangun telat. Bagaimana bisa tertidur? Mengingat ucapan Jiminiel semalam membuatku terus-terusan berimajinasi. Belum lagi keterkejutanku di pagi hari saat ibu menghampiriku dan sudah memberi restu.
Gila. Ini gila. Sangat gila. Sudah tidak terhitung berapa kali aku mengumpat padahal aku bukanlah orang yang suka mengumpat. Aku tidak masalah jika kedua orangtuaku merestuiku, hanya saja...
Andaikan mereka tahu kalau pernikahan ini jelas menjadi beban untukku dan Jiminiel pasti mereka akan menghentikannya. Perjanjian yang akan kita pasti seperti simbiosis mutualisme, tetapi tetap saja Jiminiel akan lebih banyak diuntungkan dan aku akan merugi. Sebagai contoh, jika kedua orang tua kami menginginkan seorang penerus maka aku harus bersedia untuk disentuh oleh Niel. Aku tidak bisa menolak. Aku harus setuju walaupun hatiku berkata tidak. Jadi aku berharap agar kedua orang tua kami tidak mengharapkan itu setelah pernikahan kami.
"Ada apa dengan wajahmu itu, Seulji." Jisu bertanya dengan ekspresi menelisik.
"Tidak ada apa-apa."
"Ohiya, kamu kenal pria yang waktu itu makan malam bersama kita?" Tanyaku balik.
Aku penasaran dengan pria yang akan menjadi suamiku itu. Awalnya aku berfikir dia sangat tampan, baik dan bijaksana tetapi semua itu berubah hanya dalam satu malam saja. Aku bisa melihat sikap 'brengsek'-nya kearahku.
"Jiminiel? Hmm... Dia itu koleganya Taeyun. Yang kutahu, dia adalah salah satu tokoh yang berpengaruh di Korea Selatan, dia juga mirip dengan 'Jimin' BTS, idol yang kamu sukai itu tapi jauh lebih tampan." Jelas Jisu dengan yakin.
"Aku butuh hal lain, seperti apakah dia mempunyai girlfriend?"
"apa yang dia sukai?"
"Apa yang dia benci?"
"Weak, iya, apa kelamahan dia?"
Jisu menatapku dengan wajah poker facenya, "Tunggu..."
"Apa kau tertarik dengannya?"
Ayolah Jisu, aku sedang tidak tertarik dengannya. Aku harus tahu semua tentangnya sebelum dia yang lebih dulu tahu kelemahanku. Jiminiel punya skenario yang pasti menguntungkannya, aku juga harus memastikan diriku untung dalam hal ini.
"Tidak, aku hanya ingin tahu saja."
Jisu menjetik-jetikkan jari telunjuknya di kepala, "Hmm... wajar sih kalau kamu tertarik."
"Jisu..."
"Setahuku, Jiminiel itu punya girlfriend. Siapa orang yang beruntung itu aku tidak tahu. kata Taehyun, informasi pribadinya itu sangat rahasia walaupun kita ingin membobolnya yang ada kita yang tertangkap deluan." Kata Jisu yang kuangguki. Benar saja, mana ada orang terpandang yang informasi pribadinya obral di internet.
"Kalaupun kau tertarik juga itu bukan masalah, aku akan minta Taehyun send nomor Tolegram-nya." Saran Jisu yang langsung ku tolak.
Lagian Seulji tanpa meminta pun, Niel sendiri yang berinisiatif memasukkan nomornya di ponsel Seulji. Walaupun mereka tidak saling berkomunikasi tetapi suatu saat pasti diperlukan, mengingat Tuan Park mungkin akan menentukan tanggal pernikahan kami dalam waktu dekat ini.
"Jisu, Jisu, Jisu!" Teriakku saat mataku menangkap objek yang tidak asing. Dia itukan...
"Kenapa lagi, kau tidak mau nomor tole-nya tapi mau langsung ketemuan?"
Aku mendesis, "Males banget aku ketemuan sama dia lagi."
"Ituloh." Mata Jisu menoleh mengikuti arah tanganku, setelah itu dia melotot tidak suka. Sepertinya ucapan Taehyun tentang perubahan emosi Jisu selama hamil itu benar.
Wajah Jisu benar-benar memerah bagaikan tomat yang akan meledak sewaktu-waktu dan benar, Jisu langsung mengeluarkan sumpah serapahnya.
"WOI, KANTONG KRESEK ITEM!!!"
-
DUh, aku telat update seharusnya semalam aku udah up. Eh, malah mati lampu :')
Btw, aku deg-degan mau up chapter ini karena beberapa katanya cukup sensitif. Jadi mohon maaf dan dimaklumi yah, cerita ini hanya fiksi belaka dan tidak ada maksud untuk menyinggung pembaca. Jadi mohon pengertiannya ya :)
#blacklivematter
Oiya, disini ada yang ikut SBMPTN? semangat yah belajarnya! Semoga kita lulus ke ptn yang kita inginkan aamin!
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR MISSING ; seulmin (New Version)
FanfictionDear Jimin, Hanya karena perjodohan diantara kita, semuanya berubah tidak seperti yang kuinginkan. Aku yang salah telah menyediakan tempat untukmu menetap, padahal kamu hanya singgah untuk sesaat dan sayangnya aku sudah terlanjur merindu pada bintan...