25- Tanda Terungkap

871 53 0
                                    


"Ini kan! " emosi Titi Wawa Ema dan Husnul tak terkontrol setelah melihat Photo itu. Air mata mereka terjatuh tak beraturan. Mulut tidak lagi kuat untuk berkata.

"Bibi Ani" panggil mereka.

"Ini beneran bi Ani? " tanya Titi lalu memeluk wanita parubaya didepannya

"Bibi? " tanya Ema memastikan.

"Iya, saya bi Ani" jawabnya.

"Bibiiiiii" Temen sepergilaan berusaha meraih pelukan wanita parubaya itu, seakan mereka telah akrab. Entah siapa dia. Bi Ani membalas pelukan Temen sepergilaan.

Perlahan lahan, mereka melepaskan pelukannya, begitu pula dengan bi Ani.

"Bi... Bibi... Kenapa kemaren pergi dengan bicara yang singkat?" Titi berusaha mengeluarkan beberapa kata walau perasaannya campur aduk tak beraturan.

"Iya bi...  Kok bibi bisa kekota? " tanya Ema bersamaan.

"Bibi kenapa pergi saat ditanya? Kenapa kemaren narik tangan Titi? Kenapa juga bibi bilang jangan sombong? Dan kenapa bibi nyamperin kita ampe ke kota? Terus kenapa engga ngasih tau aja pas kemarin kalo bibi itu bi Ani? " tanya Wawa berbondong bondong tak beraturan. Serasa ingin semua pertanyaannya harus dijawab dengan waktu yang singkat.

"I... Iya, pelan pelan nanya-nya Wawa! " bi Ani berusaha menenangi Wawa.

"Ayo jawab bi! " tegas Husnul.

"Kalian diteror? " tanya bi Ani tampak serius.

"K... K.... Kok bibi tau? " tanya Wawa gugub.

"Bibi tau semuanya" jawabnya.

"Apa bi Ani pelaku teror semua ini? Apa bi Ani si Jubah hitam itu? Apa bi Ani haters misterius itu? Ngg... Nggga mungkin, bi Ani itu baik, dia orang yang selalu ada buat gue dan temen temen gue! " batin Titi, perasaannya campur aduk, jiwanya terasa berat untuk menanyakan pertanyaan itu secara langsung, karna ia tau, bi Ani bukanlah orang yang sekeji itu.

"Bi... Bibi.... "

"Yah, bibi tau semuanya nak" potong bi Ani.

"sumpah gue bingung!" ambang bingung berlari dipikirkan Titi, sama halnya dengan Wawa, Ema dan Husnul.

"Bibi! Jelasin semuanya! " kesal Ema yang tak lagi dapat menahan rasa penasaran yang sedang berada dilevel tertinggi.

"Bibi, bibi itu adalah orang sangat dekat dengan kami. Bibi tau dan sangat mengerti dengan kami, dan jangan bilang kalo semua ini kerjaan bibi" husnul berubah menjadi sangat serius, tatapannya tajam, tak lagi berpindah keobjek lain selain bi Ani.

"Kalian siap menerima kenyataan? " tanya bi Ani.

"Maksudnya bi? " tanya Temen sepergilaan bersamaan.

"Bibi tidak yakin kalau kalian siap menerima ini"

"Bibi bingung harus mulai dari mana, karna bibi tidak mau kalau kalian tersakiti, karna kalian berempat sudah bibi anggap seperti anak bibi sendiri"

"Apa bibi tau siapa pelakunya? " tanya Titi serius pula, air matanya tak lagi mengalir melainkan hanya keheranan yang mendalam sedang bermain dipikirannya kini.

"ya, bibi tau semua pelakunya "

"Cerita bi, ayoooo " paksa Ema.

"Teror semua ini sebenarnya bukan untuk kalian, karna kalian tidak bersalah, melainkan Papa kalian! " Perlahan lahan ia mulai menceritakan alur kenyataan yang menjadi tanda terungkapnya teror ini.

Pesantren? Oh NO!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang