41- Peramal

976 58 2
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu. Jangan lupa Follow author yah. Please jangan jadi s'ders

##

"Kalian melanggar peraturan pesantren!" ujar sosok laki-laki yang menghadap ke arah Titi. Karena efek mabuk, Titi mulai ngawur. Dan langsung memeluk sosok lelaki yang entah siapa itu. Tubuh Titi terhempas. Laki-laki itu melempar tubuh Titi dan menyingkirkan pelukannya tadi.

****


Titi sekarang terpojokkan, karena di ambang angan bawah mimpi dan tidak sadar, beberapa patah kata yang keluar sedikit agak ngawur bukan main.

"Hei! Kalian sekolah di pesantren itu untuk belajar menjadi lebih baik! Bukan jadi seperti ini!" ujarnya yang malah sedikit meninggikan nada suara.

"Ah! Kamu peramal ya? Ramalin aku dong biar kapan kita nikah?" entah kenapa kata yang keluar langsung ber 'aku-kamu' dari mulut Titi.

"Ti! Lo minum berapa gelas?" tanya Husnul sedikit berada di alam sadar. Namun hanya sedikit kesadaran yang ia punya.

"Ha?" Titi menolehkan kepalanya ke arah Husnul yang tepat berada di sampingnya sekarang.

"Ti-" Husnul mencoba menyadarkan Titi karena memang ia kenal dengan sosok laki-laki bersurban yang tepat berada di hadapan mereka sekarang.

"Tayooooooo!" Titi mengawur kembali.

"Hei! Sekarang kalian harus saya bawa ke Pak Kiai!" ucap laki-laki tersebut.

"Hei peramal! Kok kamu ganteng sik?" Titi meringkaskan senyumnya kini.

"Ajak teman kamu dan masuk ke mobil saya!" suruhnya.

"Ti cepetan" suruh Husnul. Mau tidak mau harus dituruti perintah laki-laki tadi. Tunggu! Tapi siapa laki-laki itu sebenarnya? Kok bisa dengan enaknya membuat Husnul takut? Apa pangkat jabatan dia? Entahlah, mendingan lanjutin bacanya wahai readers terhormat nan baik.

"Dasar peramal!" ejek Titi.

Laki-laki itu mengarahkan jalan pulangnya ke pesantren. Lamanya perjalanan membuat Titi tertidur pulas dengan beberapa kali berdengkur hingga bau alkohol tercium nyengat di sana. Husnul menyodorkan bahunya agar Titi tidak terbangun dan tetap merasa tenang saat tidur.

Keheningan merayap di sana. Seketika dada Husnul berdegup kencang, harus bagaimana sekarang? Husnul sedikit canggung nan segan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu. Tapi harus bagaimana? Sekarang ia harus membujuk lelaki tersebut agar membujuk pak Kiai supaya tidak menghukum mereka nanti.

"Us-" panggil Husnul pelan. Sedikit canggung, itulah yang dia rasakan sekarang.

"Tidak ada rayuan sekarang!" potongannya seakan tahu bahwa Husnul akan meluncurkan rayuan maut miliknya.

"Yaelah nih orang! Tau aje kalo gue mau ngerayu biar engga dihukum! Beneran peramal kali yak? Kok peramal pakai surban gitchu kan lucu." sekilas batin Husnul mencerca tapi menyelipi pujian.

"Jangan ngejek saya apalagi muji saya dalam hati" ujar laki-laki itu lagi. Husnul terpingkal kaget. Begitu heran, itu yang dia rasakan. Kok dia tahu? Itulah pikir Husnul.

"Ustad! Ustad kok bisa tau kalau kami ada di diskotik?" what 'ustad'? Apa dua ustad? Tapi kok muda. W-O-W, hanya Titi yang berani memeluknya tadi.

Flashback on

Lelaki bersurban lengkap dengan paras wajah yang menenangkan begitu menenangkan hingga membuat siapa saja yang memandang menjadi tenang.

Dia adalah Adan Firman Maulana. Adan panggilan keseharian miliknya. Adan adalah anak didik pak Kiai di pesantren. Adan kuliah di usia muda, sejak umur 7 tahun ia sudah belajar di pesantren ini dengan bimbingan pak Kiai secara langsung jadi tidak heran Adan adalah kesayangan pak Kiai dan keluarga bahkan sangat di gandrungi para santri putri. Di usia yang muda ini, menginjak 19 tahun, Adan sudah menyelesaikan kuliahnya di Jeddah. Ia sudah matang dalam soalan agama.

Bukan sebagai seorang hafizh saja dia, melainkan juga sebagai seorang novelis yang sudah memiliki novel yang dibukukan. Ets, bukan hanya itu. Adan juga seorang pelukis muda yang sudah terkenal sampai Kairo. Bagaimana tidak banyak kaum hawa yang jatuh hati dengan dia. Tapi, Adan adalah orang yang juga disiplin dengan melakukan sunah-sunah Rasulullah SAW.

Flashback off

Semakin lama hampir setengah jam perjalanan menuju pesantren, keheningan semakin terasa.

"Ustad. Ustad jawab pertanyaan saya. Dari mana ustad tau kalau kami di diskotik?" Husnul membuka suara.

"Nanti saya jelaskan di hadapan Pak Kiai." jawab Adan dan tetap fokus pada jalan.

Akhirnya perjalanan menuju pesantren sampai juga. Titi masih setia dengan alam mimpinya. Husnul masih mencoba tetap sadar.

"Turun!" perintahnya tegas.

"Eh bantuan saya buat ngangkat Titi, ustad!" teriak Husnul yang mencoba mengejar Adan yang sudah keluar dari mobil.

"Bukan muhrim" jawabnya singkat.

"Osima! Suruh santri putri buat ngangkat gadis yang mabuk di dalam mobil saya" ustad Adan memerintahkan pada osima. Osima adalah penjaga seperti perangkat osis kalau di sekolah umum. Yang membantu menjaga keamanan pesantren.

Dengan cepat semua santri putri membopong Titi untuk masuk ke dalam kamar di asrama putri.

Punggung ustad Adan dengan cepat menghilang dari pandangan Husnul.

"Lah, katanya mau diaduin ke Pak Kiai. Mana buktinya?" Husnul menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ustad Adan Firman Maulana. Gue kagum sama lo!" ucap Husnul memelan setelah santri putri membantu Titi untuk memasuki kamar.

Husnul menatap kepergian ustad Adan dari kejahuan.

"Ustad Adan Firman Maulana" tak sengaja tadi Husnul membaca name tag si peramal yang dibilang Titi tadi.

"Gue kagum sama lo. Gue bakalan berubah buat bikin lo cinta sama gue"

Lamunan Husnul buyar saat Ema dan Wawa tiba-tiba datang di saat melihat dirinya lagi mengagumi ustad Adan.

****

😁😁😁😁 Hi I'm come back.

Sebenernya aku mau nerbitin nih novel tapi mohon doanya ya. Biar kesampean.

Padahal aku mau double up tapi malah engga jadi karena kecapean. Maaf ya typo bertebaran.

Insyaallah malam ini up. Kalo engga sempat sih besok😁😅🙈

Thanks readers setia

Pesantren? Oh NO!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang