45- Aura negatif jadi temen

2.6K 70 32
                                    

Titi, Ema dan Wawa sedang berbaring di atas kasur yang tidak besar. Titi menghela berat. Ia memegang kepalanya.

"Pesantren! Oh nooooo!!!!!" teriaknya.

"Kenapa, Nyet?!" tanya Ema penuh selidik. Titi memutar kepala malas ke arah Ema.

"Gue bakalan buat Ustad Adan jatuh cinta terus gue tinggalkan." Titi tersenyum miring menatap Ema.

Wawa menatapnya penuh cemerlang "Temen gue nih." celetuk Wawa yang mengarahkan jari telunjuk pada Titi.

"Gimana caranya elu merebut Ustad Adan sedangkan Aura bakalan jadi istrinya?" tanya Ema.

Titi langsung turun dari tidurnya "What! Apa kata lo? Aura bakalan jadi istrinya Ustad Adan?" Titi tidak percaya.

"Iya. Gue denger dari anak rumpian tadi di dapur pesantren. Katanya Ustad Adan datang ke sini buat menghibah Aura." jelas Ema.

"Tenang aja. Apa yang gue mau pasti terwujud. Liat aja. Setelah Husnul dan Aura tersingkir maka gue bisa miliki Ustad Adan tanpa ada para bibit-bibit pelakor. Gue mau balas dendam ke Ustad Adan. Karna dia gue dipermalukan depan Abi dan Ummi," Titi menebar senyum miring. Siap menerkam mangsa, dirinya seperti hewan buas yang sedang berusaha menerkam incarannya.

"Serah lu dah. Gimana pun caranya elu jangan terlalu jahat sama Husnul. Itu pinta gue." ucap Ema.

"Tenang aja. Kita berempat dekat udah kayak saudara. Mana mungkin gue buat Husnul sakit banget. Gue hanya mau mainin perasaan Ustad Adan bentar. Nanti gue suruh Aura yang mungut Ustad Adan." Titi tersenyum puas.

"Yaudah gue pergi dulu guys." pamit Titi. Entah kemana sekarang dirinya melakukan langkahnya.

Dengan cepat punggung Titi menghilang dari hadapan kedua sahabatnya. "Kemana tuh Titi?" tanya Ema.

"Biasa, kakinya tuh engga bisa diem jadi harap maklum dah." Wawa melanjutkan game yang ia mainkan. Tidak hiraukan Ema yang tengah terdiam ragu di sana. Peraturan pesantren mereka langgar. Sudah berani membawa handphone. Di pesantren ini melarang tegas untuk membawa handphone. Tapi Temen Sepergilaan masih saja membawanya.

~~~~

"Pokoknya dalam waktu satu bulan gue harus bertingkah baik. Padahal gue itu sebenarnya baiklah. Mereka aja yang menilai jelek. Iya kan readers? Pastinya iya dongs." Titi berbicara sepanjang perjalanan ke kamar Aura. Entah apa yang akan dia lakukan.

Mata Titi melirik melihat dua sosok yang tengah tertawa dan melilitkan kitab di depan dada mereka. Terlihat dua manusia ciptaan Allah yang cantik dengan pakaian yang syar'i. Dan mereka pastinya Husnul dab Aura. "Khem khem! Puta-pura baik Ti!" ucap Titi ada diri sendiri. Ia melangkah mendekati dua ciptaan Allah yang menawan itu.

"Assalamualaikum guys!" Titi menyapa mereka. Sontak mereka terhenti untuk melangkah.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu eh Titi. Tumben?" celetuk mereka.

"Senyum palsu!" cerca Titi di batinnya.

"Hem. Aura, ana minta maaf ya," Titi tampak memasang wajah pasrah.

"Maaf kenapa, ukhty?" Aura mengheran.

"Ana minta maaf karena udah ngomong sama ukhty kemarin. Dan ana bakalan engga ngangguin ukhty kok," jelas Titi panjang lebar. Husnul menatap penuh selidik. Tetapi ia berusaha tidak suudzon terdahulu. Sesungguhnya berprasangka buruk sangat tidak dibenarkan.

"Alhamdulillah kalo ukhty udah mau jadi baik," syukur Aura.

"Palak lu pe'a! Lu kira selama ini gue jahat apa, kok gue jijik sendiri ngomong pakai ana-ukhty gini sik!" batin Titi.

"Maafin ana yang ngejek ukhty aura negatif. sungguh itu karena kezel doang kok, suer! Tekewer-kewer malahan." Titi mengacungkan dua jarinya menunjuk huruf V pada Aura.

"Iya engga papa kok. Ana percaya pada ukhty ini." Aura memberikan senyum yang meneduhkan pada Titi. Sekilas Titi merasakan ketenangan.

"Alhamdulillah. Makasih Ukhty Aura. We're friend for now?" Titi tersenyum membalas senyuman Aura.

"Yeah. We're friend for now!" Aura juga sama halnya memberikan senyumnya kembali.

"Oh ya, Husnul maafin ana ya?" Titi menatap Husnul dengan penuh penyesalan.

"Iya ana udah maafin kok."

"Makasih ukhty!" Titi memeluk kedua musuhnya yang sudah resmi memasuki dalam game Titi.

Mereka membalas pelukan Titi dengan hangat. Beberapa kali mereka tersenyum hingga tertawa dan meneteskan air mata. Entah ikhlas atau tidak air mata yang keluar dari kelopak mata Titi itu.

****

Hai guys. Thanks usah baca dan vote.

Love you❤❤❤

Tungguin up selanjutnya!!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesantren? Oh NO!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang