44- Insaf

1.2K 54 3
                                    

Pembelajaran fiqih pun dimulai. Titi tertidur pulas mendengar ocehan tausiah ustad Adan yang menurutnya seperti mendongeng dongeng putri tidur.

~~~~

Titi tidak sadar bahwa ruang kelas sudah sepi. Sekarang dia hanya berdua dengan seseorang yang tidak asing lagi. Ya dia adalah ustad Adan, musuh terbesar Titi. Sejak hari ini dia resmi menjadi target incaran Titi.

Suara halus nan lembut keluar dari mulut ustad Adan. "Hei, Assalamualaikum wahai manusia." panggilnya pada Titi yang masih betah menjadikan tangan sebagai pengganti bantal dan menutupi wajah dengan buku. Layaknya anak yang rajin sedang membaca buku. Alih-alih seperti anak yang rajin. Toh, bukunya aja kebalik😁!

"Titi!" panggilnya lagi tanpa henti.

Brak!
Hentakan meja berasal dari tangan milik ustad Adan.

"He setan!" Titi terpingkal kaget bahkan mengeluarkan kata yang sedikit kasar.

Kepalanya mendongkrak melihat sosok yang mengganggu tidurnya tadi. "Eh ustad," Titi menggaruk kepalanya yang tidak gatal serta menyapu kantuknya kini.

"Siapa yang suruh tidur waktu jam saya?!" tegas ustad Adan.

"Saya itu terlalu larut melihat wajah ustad yang guaannnteng tenan jadi ampe ketiduran" cengenges Titi.

"Modus!"
"Jalanin hukuman toilet!" tegasnya lagi.

"Udah ustad." jawab Titi bangga. Jujur saja, bukan dia yang membersihkan toilet sebagai hukumannya. Dia membayar salah satu santri agar melakukan hal yang menjijikkan itu, membersihkan toilet! Beberapa orang santri lainnya ia suap agar tutup mulut. Simple kan😁!

"Saya mau pergi, assalamualaikum" pamit ustad Adan tanpa basa-basi.

"Eh ustad tunggu!" Titi membuntuti ustad Adan dari belakang, layaknya sedang mengekori induk.

"Saatnya gue buat ustad Adan jatuh cinta! Rayuan maut berjalan dan madus pun bertindak!" batin Titi. Dia tersenyum semringah enggan seperti melepaskan incaran.

"Kenapa?" tanya ustad Adan singkat tetap dengan ekspresi cool dan singkat bicara.

"Saya mau jadi istri ustad!" ucap Titi asalan.

"Maksud kamu, kamu sedang nyatain cinta atau melamar?" tanya ustad Adan. Hampir saja dirinya mengeluarkan tawanya yang hampir saja pecah.

"Saya insaf dan mau jadi baik" ucap Titi. W-O-W, Titi memang tidak suka bercanda dia benar-benar melakukannya. Ya, dinobatkan sebagai ijo kangkung. Ikatan jomblo tukang tikung! 😁😂

Benar-benar Titi sedang meluncurkan aksinya. Titi memang benar-benar melakukannya.

"Jadi kamu mau insaf karna saya?'' tanya ustad Adan dan tetap dengan ekspresi khasnya, cool.

"Iya, ustad. Bantuin saya menjadi baik dan bantu saya untuk belajar menjadi istri yang baik buat ustad." ucap Titi blak-blakan.

"Kamu masih kecil, masih abege. Mending fokus belajar dan mencari hidayah Allah SWT dan jangan memikirkan nikah untuk sekarang." ucap ustad Adan lembut.

"Ustad juga masih muda kan? Tanggal lahir kita sama, ustad. 21 april 1999. Otomatis ustad juga masih muda sama seperti saya." ucap Titi. Sebenarnya tadi Titi membuntuti Husnul yang sedang memberikan surat untuk ustad Adan. Sekalian setelah ustad Adan keluar dari ruang tersebut ia langsung mencari buku yang berhubungan dengan ustad Adan. Dia menemukan sebuah buku kecil lengkap dengan photo masa kecil ustad Adan dan tanggal lahirnya. Kebetulan tanggal lahir mereka sama. Jangan-jangan jodoh😂.

"Saya kasih waktu kamu satu bulan. Kalau kamu bisa memperbaiki diri dan menjadi baik karna-Nya. Insyaallah jika memang jikalau jodoh pasti dipersatukan oleh Allah. Menyatukan langit dan bumi saja mudah bagi-Nya apalagi menyatukan dua insan. Pasti tidak butuh waktu lama bagi dia." ucap ustad Adan dan masih dengan ciri khasnya.

"Saya akan berubah ustad" ucap Titi yakin.

"Aamiin"
"Saya mau pergi. Assalamualaikum" pamit ustad Adan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu" tidak sadari Titi sedikit larut dalam perasaannya dan sedikit baper.

Titi membeku di tempat. Dirinya mematung setelah melihat tatapan ustad Adan tadi yang meneduhkan. Bagaimana tidak banyak yang menyukai dia apalagi sampai Husnul terpanah padanya. "Astaga Titi!!!!" dia memukuli jidatnya kini.

"Fokus pura-pura baik setelah dapat tuh ustad. Elu tinggalin. Dan buat dia cinta sama lo lalu buang." bisiknya pada diri sendiri.

Pekik suara terdengar du telinga Titi yang masih mematung di ambang pintu. "Woi Titi!" ucapnya dan berhasil membuyarkan lamunan Titi.

"Astaga! Bisa ngga kalo datang salam dulu?" tanya Titi. Readers! Kalian engga salah baca? Titi beneran insaf ya kayaknya nih?

"Elu kesambet, Ti?" tanya Wawa tak habis pikir dengan sikap Titi hari ini.

"Iya, Ti? Elu kesambet jin islam?" tanya Ema penuh selidik.

"Gue pen insaf" ucap Titi singkat.

"What!" mereka berdua tidak abis pikir dengan jalan pikiran si Titi.

"Elu berdua harus insaf juga!" kekehnya.

"Lha!" Ema mengheran.

"Udah ah masuk ke kamar yuk!" ajak Titi.

"Tunggu-tunggu!" Wawa menarik langkah Titi dan Ema yang sekarang terhenti.

"Denger suara ngga?" Titi dan Ema menggeleng.

"Thu lho!" Wawa merentangkan telapak tangannya mendekat pada telinga ke arah tong sampah.

"Denger ngga?" ekspresinya semakin serius. Titi dan Ema memperhatikan tapi memang tidak ada suara yang aneh di tempat sepi ini menurutnya.

"Suaranya gini"
"Pungut aku dong!" ternyata Wawa sedang mengejek para mantan dan entah mantan apa. Dia aja jomblo!

"Suara para mantan ya?" tambah Titi tertawa.

"Iya toh banyak yang minta pungut di tong sampah" Ema tertawa lepas. Mereka bertiga tertawa lepas bersama.

"Ih udah ah jangan bahas mantan. Kita aja jomblo" ucap Titi dengan ekspresi tawa.  Mereka menyeret langkah menapak demi tapakan menuju kamar bersama.

~~~~
Happy reading❤

Give me star ⭐👍

😘

Pesantren? Oh NO!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang