Part 23 - Pergi atau Menetap? -

127 7 6
                                    

"Memang pada dasarnya, melupakan adalah hal yang sulit dan mengenang memang sangat mudah. Disaat logika memilih melupakan, namun hati masih mengenangmu. Terkadang itulah saat tersulit untukku. Jika sudah begini aku bisa apa?"

Pergi atau menetap?

↭ Arkeylio Bayu Pratama↭





  ↭☕↭






Jam dinding itu terus berdetik, yang akan berubah menjadi menit selanjutnya. Pukul 07:15 malam, lamunan gadis itu tak henti-hentinya menghujani dirinya kala hembusan angin yang sudah sedari tadi masuk dari celah jendela kamarnya, seraya menerbangkan hordeng berwarna abu-abu yang di tiup oleh sepoian angin malam. Langit malam menyapa, memperlihatkan taburan milyaran bintang yang siap memancarkan sinar cahyanya. Gadis itu masih tetap dengan posisinya, dengan posisi duduk andalannya tak berubah sejak tadi.

Di saat dirinya serius sekali ingin belajar, namun nafsu itu perlahan hilang entah karna apa. Buku pelajaran yang sudah ia siapkan tepat di atas meja belajar itu hanya ia anggurkan, belum juga terlihat lembaran demi lembaran buku itu terbuka memperlihatkan halamannya.

"Apa emang bener, dia beneran mau ngejauh dari gue?" tanya Vira pada dirinya. Ya, yang di maksud Vira adalah cowok yang selalu menganggu hidupnya, selalu memberinya candaan miliknya, selalu memberinya gombalan jayus sang pembuat onar di sekolahnya, dan tentu saja selalu berhasil mencuri perhatiannya.

Namun sepertinya ia tak akan lagi melihat atau mendengar semua yang sering cowok itu lakukan untuknya, bahkan sejak kemarin-kemarin tingkah cowok itu aneh sekali seolah memberi jarak dengannya.

Kenapa ia justru merasa sedih? Kenapa ia justru merasa seperti sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya itu akan segera sirna? Bukannya seharusnya ia senang? Karna tak ada lagi seseorang yang mengganggu hari-harinya? Kenapa ini justru berbanding terbalik?

Detik kemudian ia tak bisa menjawab pertanyaan yang ia simpulkan dalam benaknya sendiri, lamunannya buyar seketika saat kedua telinganya itu mendengar teriakan mamahnya yang sudah memanggil-manggil namanya sedari tadi.

"Vira?!" panggil sang mamah

Vira berdiri dari kursi yang sedari tadi ia duduki "Iya mah!" lalu beranjak keluar dari kamarnya untuk segera menemui sang mamahnya.

"Vira!!! Vira!!!"

Vira memberhentikan langkahnya yang sudah berdiri di samping mamahnya "Iya mah, kenapa?"

"Kamu ini, mamah panggil dari tadi nggak nyaut-nyaut!" omel sang mamah

"Tadi Vira lagi belajar, mah"

"Belajar kok ngelamun Vir?!"

Hah?! Kenapa mamahnya bisa tau? Emang bener insting seorang ibu kuat sekali. Vira terkekeh "Hehe, tau aja mamah"

"Tau dong, emang dari tadi kamu mikirin apaan? Sampe buku pelajaran malah di anggurin? Hah?!"

"Ada deh, mah! Rahasia, mamah nggak boleh tau"

Adelia mengernyitkan keningnya "Lah, kok gitu?"

Vira terkekeh "Udah, tadi mamah kenapa manggil Vira?"

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang