PROLOGUE.

4K 178 68
                                    

/berbeda.


•Hotel, 06.30•

Semburat sinar mentari menyinari wajah gadis ahh... tidak! Bagaimana bisa dia mengatakan dirinya seorang gadis setelah kejadian semalam. Ralat! Bukan hanya semalam, bukankah dia sudah melewatkan malam-malam panjang kepadanya banyak pria, dari berbagai macam golongan?

Malam itu panjang, amat panjang bagi mereka yang menuntut kepada malam, menuntut kepada Pencipta bahwa tidak seharusnya sepahit ini. Tetapi demi mempertahankan kehidupan, mereka harus berpura-berpura tuli, buta, mati rasa dan sekuat tenaga menahan bibir berharap bisu saat surga- surga dunia itu menjemput, surga dunia sialan bernama orgasme.

Sepasang mata onyx- nya menangkap sosok pria menjijikan yang tidur mendengkur karena kelelahan. Suara dengkuran itu sangat menjijikan di telinga perempuan itu. Dengan cepat diraihnya bajunya yang berserakan di lantai, berjingkat ke kamar mandi tanpa suara dan memakai pakaiannya. Bau itu menguap ke indera penciumannya dan seketika hatinya merasakan ngilu yang teramat sangat, bau percintaan hebat. Ahh... bukan percintaan!

Percintaan, hanya dilakukan oleh dua orang yang menikmati kegiatan itu terjadi. Tetapi, malam ini dan malam- malam sebelumnya, dia tidak pernah menikmatinya. Tidak pernah sekalipun. Diraihnya segepok uang yang berada diatas nakas tepat di sebelah ranjang. Matanya yang indah tidak pernah melihat siapapun yang tidur dengannya. Tidak akan pernah dan tidak akan sudi. Ia lebih rela dipukuli dan ditampar ketimbang melihat sosok yang menikmati tubuhnya dengan gairah yang seperti binatang. Dasar laki-laki sialan!!

Dia bukan gadis yang sama sejak ayahnya meninggal, bukan gadis yang sama sejak Ibunya jatuh sakit. Tidak, dia gadis baik kala itu, gadis polos yang mempunyai cita-cita yang tinggi, menjunjung tinggi harga diri dan martabatnya saat ayahnya masih hidup, saat ibunya sehat.

Cantik? Jangan ditanya. Dia kembang desanya di kampungnya. Wajahnya ayu dan polos, dia pintar dan baik hati, suka menolong dan welas asih. Beruntung yang mempunyai dirinya, begitu kata tetangganya dulu saat dia duduk di kelas 1 SMA. Bahkan sudah dilamar anak Pak Kades kalau lulus nanti.

Tapi saat di tahun itu, bulan itu, hari itu, jam, menit dan detik itu semuanya rasanya gamang, menamparnya hidup-hidup. Tamparan yang bukan dilakukan oleh manusia, namun takdir. Yang tak seorang pun melawan, tak seorang pun dapat membalas. Tak pernah dibayangkannya dia bisa menjadi seperti ini. Dia pikir dia akan dinikahkan kepada anak Pak Kades dan mempunyai hidup bahagia dan mengangkat sedikit martabat keluarganya yang miskin.

Kenalkan namanya Tzuyu. Lee Tzuyu seorang gadis yang dijuluki Ibu Peri. Namun, Ayahnya dulu sering mabuk dan hampir melakukan pelecehan seksual saat Ibunya tidak ada. Tetapi, saat Ibunya ada, Ayahnya seakan menjadi sosok luar biasa baik. Kondisi selalu berpihak padanya saat kelakuan bejat ayahnya hampir terjadi, ada saja yang menolong. Entah apa, siapa, dan kejadian apa.

Tak berselang lama menginjak bangku SMA, ayahnya meninggal karena kecelakaan. Tidak sadar saat mabuk dan menyebrang tanpa melihat kanan, kiri. Tzuyu tidak tahu harus bahagia atau sedih. Dia bahagia saat kehidupannya selamat dari cengkraman bejat dan bayang—bayang ketakutan pada sang Ayah. Namun, bagaimanapun dia tetaplah Ayah Tzuyu. Dan Tzuyu menyayanginya. Sangat menyayangi Ayahnya.

✨💜✨

Kaki jenjangnya berjalan cepat, meraih maskernya untuk menutup wajahnya lebih tertutup. Berjalan diantara lorong pagi yang dingin. Sendirian. Hatinya serasa diremas, tetapi dia tidak pernah mau menangis untuk hal ini. Tidak sekalipun, tidak lagi dan tidak boleh.

Ditengah langkah yang berburu, ponsel itu berdering memberhentikan langkahnya. Ada pesan masuk dan mulai membacanya.

'Tzuyu, pulanglah. Ibumu masuk Rumah Sakit hari ini, keadaannya kritis. '

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗛𝗲𝗮𝘃𝗲𝗻𝗹𝘆 𝗦𝗶𝗻𝘀 1 🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang