Sepuluh

4.1K 565 86
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[10]

Woo Hyun menghela napas, melirik ke arah Sang Hyuk yang asik dengan ponselnya setelah mereka selesai makan. Myungsoo tidak jadi makan dengan mereka sedangkan Taekwoon langsung pergi setelah menghabiskan makanan karena kepentingan perusahaan. "Kau tak mau pergi? Tak punya kegiatan lain?"

Sang Hyuk memicing, "kau mengusirku?" mendapatkan balasan dari Woo Hyun dalam bentuk gelengan kepala. "Myungsoo bagaimana? Sudah dapat dihubungi?" tanya pria Nam itu lagi. Sang Hyuk menggeleng.

"Seperti kau tidak tahu dia saja, mana dia akan mengangkat telepon kalau sedang bersitegang seperti ini."

"Taekwoon juga, kenapa harus bawa-bawa wanita itu."

"Tapi dia benar bukan?" Sang Hyuk meletakkan ponselnya ke atas meja dan beralih bicara dengan Woo Hyun sepenuhnya, "Suzy memang tampak mirip dengan wanita itu."

"Mirip? Aku tak merasa begitu."

"Jujur saja lah, awal melihatnya sekilas kau pasti berfikir bahwa Suzy itu mirip sekali dengan wanita Myungsoo. Bukan?"

Woo Hyun masih tetap pada pendiriannya, dia menggeleng karena memang tak merasa bahwa Suzy mirip dengan wanita yang mereka klaim sebagai wanita Myungsoo. "Jadi kalian berdua beranggapan bahwa Myungsoo menolong Suzy hanya karena dia mirip dengan wanita itu? Begitu?"

Sang Hyuk mengangguk, "dia selama ini juga acuhkan dengan kelakuan Taekwoon, tapi sekarang kenapa malah ikut campur dan pura-pura baik? Alasannya hanya satu, dia melihat Suzy sebagai wanita itu. Aku yakin seratus persen."

"Yah, mungkin saja itu benar. Tapi mereka berdua sampai saling pukul, kekanak-kanakan sekali." Woo Hyun kembali menghela napas, sungguh tidak tahu bahwa kedua temannya akan bersitegang sampai sejauh itu. Keduanya sering berdebat satu sama lain, tapi tak pernah saling pukul.

"Itulah yang membuatnya menarik bukan? Keduanya bersikap tak biasa." Sang Hyuk tertawa senang, sedangkan Woo Hyun menatapnya tak percaya. Bisa-bisanya pria itu tertawa senang saat teman mereka berkelahi sampai saling pukul.

***

Hari sudah siang dan kamar itu masih gelap, pemiliknya masih bergelung selimut dengan mata yang tak tertutup sama sekali. Wanita pemilik kamar meringkuk dalam posisi menyamping, mengabaikan ponselnya yang sesekali berbunyi pertanda dia mendapatkan notifikasi. Matanya tetap menatap lurus ke depan tanpa menunjukkan tanda-tanda bahwa dia terganggu dengan bunyi yang dihasilkan oleh ponsel miliknya sendiri.

"Agh, memalukan." Suzy menyembunyikan wajahnya di balik selimut putih tebal itu, merasa tidak bisa bernapas dengan benar kemudian lalu membuka kembali lingkupan selimut. Dia melihat ke arah dinding kamar dan lagi-lagi menghela napas. "Semakin aku tidak ingin memikirkannya, semakin aku kepikiran. Menyebalkan!" Ujarnya lagi, menendang-nendang selimut kemudian meringgis.

Bunyi panjang dari ponsel membuat Suzy terkesiap, dia akhirnya meraih ponsel dan melihat siapa sang pemanggil. Sulli.

"Kenapa?"

"Kenapa kau bilang? Yak! Kau bolos kerja hari ini dan masih bertanya kenapa?"

Suzy menghela napas berat, dia memang tidak masuk kerja hari ini karena tidak nyaman bergerak padahal Myungsoo tidak melakukan apapun yang fatal pada dirinya, tapi tetap saja dia merasa tak nyaman jika bergerak dan beraktifitas hari ini. Suzy merasa bahwa dia hanya ingin bermalasan saja. Suasana hatinya juga sedang buruk.

Bad Reputation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang