Sembilan Belas

4.1K 630 78
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[19]

Mata wanita itu berkedip-kedip, melihat langit-langit kamar dengan wajah dingin ala bangun tidur. Dia menarik napas pelan-pelan lalu membuangnya tak kalah pelan pula. Melirik ke samping kemudian dan menemukan pria yang tadi malam sepertinya tidur berjarak dengannya kini sudah tak memiliki jarak sama sekali, tangan pria itu melingkar di pinggangnya erat lalu wajahnya tersembunyi di lengan Suzy. Napas pria itu terdengar teratur, nyenyak sekali tidurnya. Suzy ingin sekali mendengkus keras pertanda kesal.

Menit demi menit berlalu dan Myungsoo tak kunjung bangun, sampai akhirnya jam di meja nakas berdering tepat saat jarum jam menunjukkan angka enam. Suzy melirik Myungsoo yang masih memeluknya, pria itu mengeliat tapi hanya bagian kaki sedangkan bagian tangan masih berada di pinggang sang wanita. Suzy rasanya ingin memelintir tangan itu sampai pemiliknya memekik sakit, tapi mengingat bagaimana Myungsoo peduli padanya tadi malam― Suzy menahan diri.

"Sampai kapan kau akan mengeliat seperti itu?" Dia akhirnya berucap. Walaupun sudah dari tadi bangun, suaranya masih terdengar serak seperti dia baru saja bangun.

"Kau sudah bangun?"

"Lepaskan tanganmu kalau kau sudah bangun."

Suzy menepuk tangan Myungsoo yang berada di area perutnya, enggan melihat ke samping agar tidak bertemu tatap dengan pria itu. "Lima menit lagi." Ujar Myungsoo seperti rengekan, mungkin efek suaranya yang baru saja terbangun.

"Bukankah bagi pengusaha waktu itu adalah uang?"

"Aku sudah banyak uang."

"Sombong."

"Itu bukan sombong, tapi kenyataan."

Lalu Suzy mendesis, tidak ingin membalas lebih lanjut lagi karena ini masih terlalu pagi untuk berdebat satu sama lain seperti biasanya. Karena itulah Suzy menutup kembali mulutnya dengan mata yang masih melihat langit-langit kamar, "tidakkah wanita yang dalam foto tadi malam akan sangat marah kalau tahu kelakukanmu seperti ini? Pagi-pagi memeluk wanita lain."

Myungsoo diam, tapi Suzy yakin mata pria itu sudah terbuka sempurna walaupun dia tak melihat ke arah sang pria. "Aku akan gunakan kamar mandinya duluan." Myungsoo melepaskan pelukannya, langsung turun dari ranjang setelah beringsut beberapa kali. Suzy memperhatikan punggung sang pria, hanya mengangkat bahu acuh kemudian ada rasa minat sama sekali dengan perubahan sikap yang ia terima.

Mungkin dia marah karena aku menyinggungnya dengan membawa-bawa Joy, tapi siapa peduli?― Suzy memilih meregangkan otot tubuhnya yang masih agak kaku lalu bangun dan membereskan tempat tidur, tadi malam terasa jauh lebih panjang dari pada malam yang biasanya.

***

Bunyi dari mesin kopi adalah suara satu-satunya yang mendominasi dapur, tidak ada pembicaraan. Myungsoo berdiri sembari menatap tetesan kopi yang mengisi gelas kopinya sedangkan Suzy meraih roti tawar lalu mengolesinya dengan margarin― mereka sarapan seadanya. Suasana hati Myungsoo sepertinya hancur karena perkataan Suzy yang sebelumnya saat mereka berada di dalam kamar.

Apa yang salah dengan itu? Yang aku katakan benar bukan?― Suzy membatin yakin, tidak merasa bersalah sama sekali karena dia memang tidak merasa salah.

"Kau mau pulang ke apartemenmu terlebih dahulu?"

Suzy mengangguk, agak kaget memang karena Myungsoo tiba-tiba membuka suara. Mendekati salah satu kursi dengan sebelah tangan yang membawa cangkir kopi yang hampir penuh. "Ya, aku harus mengganti pakaian dan pergi kerja."

Bad Reputation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang