[ Part 20 ]

16.1K 1.3K 103
                                    

Reina menepikan Bety tak jauh dari Baker's House, sebuah apartemen kelas premium khusus kaum adam yang dikelilingi oleh pagar tembok tinggi. Konon tenant di sini kebanyakan adalah para eksekutif muda, pekerja kantoran minimal berlevel menengah atau kalaupun mahasiswa pastinya yang tak sayang merogoh kocek dalam-dalam.

Kabarnya, tarif sewa sebulan di sini sanggup untuk menutup biaya sewa kamar indekos Reina selama tiga bulan, sudah termasuk biaya makan, kuliah, foto kopi handout plus tiket nonton bioskop. Buat Reina, mendingan uangnya dia gunakan untuk menjelajah dari ujung Papua sampai ujung Aceh!

Reina memandang sekali lagi tulisan tangan Ivander di atas post-it yang ia berikan kemarin. Blok Anggrek 2 lantai 2 nomor 115.

Reina mengernyit. Untuk apa Ivander memberikan nomor kamar segala? Amit-amit kalau Reina harus menjemput hingga ke kamarnya!

Dalam gerak cekatan Reina menarik ponsel dari kantong celananya lalu mencari nama Ivander.

"Reina?" Suara Ivander langsung tersambung di dering ketiga.

"Aku tunggu di luar. Tidak pakai lama!" Reina menjawab to the point, tanpa basa-basi.

"Di luar? Di jalan maksudmu? Kamu masuk saja, Na. Kalau kamu tidak mau ke sini, tunggu aku di guest room di lobi utama, sebentar lagi aku ke sana."

Reina mendesah jengkel. Tentu saja dia tidak mau ke kamar Ivander!

Dan Reina benci menunggu.

Sambil bersungut-sungut sendiri, Reina menstarter Bety dan membawa Bety mendekati gerbang Baker's House. Seorang sekuriti berkemeja gelap menyambutnya.

"Selamat pagi, Aa. Eh.. Tt.. teteh?" Sapa sang penjaga yang wajahnya mirip Chris Hemsworth seraya memberikan senyum sopan tapi tegas standar penjaga keamanan dekat jendela Bety yang terbuka. Kedua bola matanya menatap Reina ragu-ragu.

"Pagi juga, Bapak. Benar, saya teteh, asli perempuan kok! Tak perlu saya menunjukkan bukti, kan?" Senyum Reina manis meski dongkol sudah dikira laki-laki. Untung wajah sekuriti ini ganteng, sayang banget kalau Reina kepingin menonjok wajahnya. "Saya mau menjemput teman saya di lantai 2. Bisa saya menunggu di halaman sana?"

Chris Hemsworth kontan mengulum senyum, pagi-pagi sarapan omelan dari perempuan semi-semi begini.

"Oh, silakan, Teh. Parkir di sebelah sana ya." Chris Hemsworth mengarahkan Reina dengan jarinya sebentar lalu buru-buru memutar tubuhnya meninggalkan Reina untuk membuka gerbang.

Bety menggeleser masuk setelah tak lupa Reina melempar senyum terima kasih pada Chris Hemsworth lalu menghentikannya di samping lapangan basket.

Selintas Reina berpikir, apakah syarat menjadi penghuni Baker's House harus cakep ya?

Reina meringis sendiri sambil memeluk setiran. Matanya asyik memandang cowok-cowok cakep sedang asyik main basket di depannya. Beberapa di antara mereka topless, memperlihat otot dada dan perutnya yang liat berotot, membuat Reina jadi betah menonton dari dalam Bety.

Saking asyiknya, sebuah ketukan keras dari jendela di sebelah Reina kontan membuatnya hampir terlonjak di kursi.

Sialan! Reina menoleh kaget.

Dilihatnya Ivander sudah berkacak pinggang di sebelah Bety. Buru-buru Reina membuka central lock lalu melemparkan tanda pada Ivander untuk masuk di pintu sebelah sopir. Ivander berjalan memutari Bety.

"Fokus banget nonton basketnya. Kira-kira lebih sexy mana ya? Bola basketnya atau body-nya?" Sindir Ivander. Reina mencibir jengkel meski wajahnya merona karena ketahuan.

[ END ] I Love (Hate) You, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang