Tina segera pulang dan bersiap² untuk ke rumah sakit saat mendapatkan kabar bahwa Dinda masuk rumah sakit karna menyelamatkan Rana.
"Bagaimana keadaan Dinda?"tanya Tina saat sudah sampai di RS
"Mama" Rana langsung memeluk Tina menangis dalam pelukan mamanya.
"Ma Dinda hiks Dinda"
"Sayang tenangin diri kamu dulu. Dinda bakal baik² aja"Tina mengelus kepala Rana mencoba menenangkan anaknya ini.
3 perawat dan dokter keluar dari ruang ICU,wajah mereka membuat orang yg menunggu Dinda semakin khawatir.
"Keluarga Dinda Kanya" Dokter keluar.
"Saya ibunya dok"kata Tina dengan cepat.
"Mari ikut saya ke ruangan"
Tina menganggukan
"Ma,Rana ikut,Rana mau tau keadaan Dinda"
"Sayang. Dengerin mama. Kamu disini aja yah,jagain Dinda"
"Rana mau ikut!"tegas Rana. Tina akhirnya menganguk dengan pasrah melawan Sikap Rana yg keras kepala tidak akan membuat keadaan membaik. Mereka pergi mengikuti dokter sedangkan Revan memilih untuk menunggu saja.
"Pasien kekurangan banyak darah, ditambah kaki pasien mengalami patah tulang"
Rana menangis,tidak menyangka keadaan Rana akan separah ini.
"Lalu bagaimana sekarang dok?"
"Itu dia masalahnya. Pasien harus dipindahkan ke rumah sakit yg ruang ICU nya memiliki peralatan yg lengkap. Satu²nya jalan hanyalh operasi. Tapi kemungkinan pasien untuk bertahan sangatlah kecil. Apa ibu bisa menerima resikonya nanti?"tanya dokter setelah menjelaskan semuanya
Tina terdiam
"Semua keputusan berada di tangan ibu. Kita harus segera memindah pasien dan melakukan tindakan secepatnya"lanjut dokter
"Lakukan yg terbaik Dok"jawab Tina dengan cepat.
"Ta,tapi ma--"
"sayang setidaknya kita sudah berusaha"
Rana tidak bisa berbicara lagi,mulut nya kelu tidak bisa digerakkan lagi. Dadany sesak. Rana semakin merasa bersalah.
Tina menandatangi surat persetujuan.
Tina akan membicarakan ini dengan Ghani-suaminya untuk membayar semua administrasi rumah sakit.Pintu besar itu terbuka dan beberapa pasien mendorong bed tempat tidur Dinda menuju mobil yg disediakan oleh rumah sakit yg akan ditempati Dinda nanti.
Tina keluar. Bersama Rana yg masih menangis
Rana Terduduk di samping Revan.
Tina menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tidak tega melihat keadaan anaknya. Tina duduk di samping Rana,merangkul anaknya memberikan kekuatan.
"Kita harus pergi sekarang. Nak Revan apa kamu bisa mengantar kami"tanya Tina kepada Revan
Revan menganguk. Dan mengantar Rana beserta mamanya ke rumah sakit.
10 menit kemudian mereka sampai.
"Nak Revan. Kamu pulang aja Sama Rana biar Tante aja yg jagain Dinda"
"Ngak. Rana bakal tetap disni"Bantah Rana
"Tapi sayang,besok kamu harus sekolah."
"Rana gak sekolah"
"Kenapa?"
"Rana gak bakal ninggalin Dinda. Rana bakal tetap di sini. Titik."putus Rana
"Ya sudah. Revan kamu pulang saja"
"Revan permisi dulu Tan" Pamit Revan.
Revan keluar menuju mobilnya.Tina sibuk memikirkan keadaan Dinda dan Rana yg selalu menangis. Sedangkan Rana, menundukkan kepalanya dalam, menyesal saat mengingat betapa kerasnya dia membentak Dinda tadi, padahal selama ini Dinda tidak pernah membentak dirinya sekalipun Rana membuatnya marah.
"Mama sama papa Dinda udah cerai" kata Tina.
Rana terkejut mendengar yg dikatakan mamanya barusan. Kepalanya mendongak nenatap mamanya dengan mata sebamnya
"Kamu baru tau?"tanya mamanya. Rana menganggukkan kepala nya.
"Mereka berpisah. Sekarang papanya ada di London sedangkan mamanya kembali ke rumah orang tuanya"
"Jadi Dinda?"
"Apartemen. Papanya menyuruh Dinda untuk ikut dengan nya. Tapi Dinda tidak mau, Dinda bilang dia ingin Tetap di sini dengan kamu. Kamu tau kenapa Dinda gak ada kabar selama seminggu?"
Rana menggeleng.
"Dinda di skors. Guru bk kalian ngasih pilihan. Dan Dinda lebih milih di skors. Selama 1 minggu Dinda tidak keluar,dia hanya berdiam diri di apartemen nya, karna Dinda ingin melupakan masalahnya"Tina Diam sebentar
"Kamu tau siapa yg nolong kamu ketika dikroyok?"
Rana mengelengkan kepalanya lagi.
"Dinda. Dinda tau kamu sedang di luar sendiri dari temannya. Dinda ngikutin kamu. Mulai dari kamu yg menaiki angkot. Orang yg kamu bilang liatin kamu itu Dinda."
Rana masih diam mendengarkan setiap perkataan mamanya.
"Dan yang nolongin kamu itu Dinda bukan Revan. Waktu kamu tanya tentang Dinda yg datang ke rumah atau tidak,mama gak tau harus jawab apa. Dinda bilang mama gak boleh bilang ini sama kamu"
"Knp?"tanya Rana
"Mama juga gak tau pasti alasannya tapi yg mama tangkap,Dinda akan berbaikan dengan mu hari ini. Kamu tau alasan Dinda memukul Revan?"tanya Tina lagi.
Dan jawaban Rana tetap sama. Tidak tau.
"Karna Dinda tidak terima perlakuan Jenny terhadap kamu. Dinda tau Jenny pelakunya tapi menurut Dinda,Revan yg bersalah karna tidak bisa menjaga kamu. Mama udah larang Dinda dan Dinda bilang iya. Tapi mama gak tau Dinda akan tetap melakukan ini."Tina diam. Setelah menyelesaikan apa yg sudah diceritakan Dinda padanya
Rana menangis, rasa sesal karna sudah membentak Dinda tadi semakin merasuki perasaannya. Rana merasa tidak berguna menjadi sahabat. Dinda selalu menjaganya melebihi dirinya sendiri tapi Rana malah menyuruh Dinda pergi dari hidupnya.
"Ma,Dinda akan baik² aja kan ma"tanya Rana dengan airmata yg sudah mengalir dengan deras.
Tina memeluk Rana
"Kita doakan saja. Semoga Dinda baik² saja"
Rana menganggukan dan menangis di dalam pelukan mama nya. Dadanya sesak saat mengingat kejadian siang yg terjadi di sekolah. Rana tidak menyangka semua akan jadi seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/169704878-288-k900518.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend? Don't Leave Me(Completed)
РазноеKisah Persahabatan Rana Dan Dinda, Yang Penuh Tantangan. Kisah Dinda dengan cinta pertamanya dan juga sahabat yg menjadi prioritas di atas segalanya bahkan di atas orang tuanya. Kisah Rana yg selalu membuat Dinda Terluka Orangtua Dinda yg berpisah...