26

33 4 0
                                    

Dinda membuka matanya,mengerjap beberapa kali karna cahaya Lampu yg menyorot langsung ke dalam bola matanya menoleh ke samping, mendapati Rana yg tertidur pulas dan tangan yg masih setia memegang ujung bajunya. Perlahan dia melepaskan genggaman Rana. Berdiri dari tidur nya menuju kamar mandi, dan menutup pintu.

Rana terbangun saat merasakan seseorang memegang tangannya. menoleh ke samping,keningnya berkerut. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat,tangannya keringat dingin,matanya perih dan pipinya sudah basah karna menangis.

Gue gak mimpi,Dinda memang ada. Dinda belum pergi,batin Rana

Rana berjalan menuruni tangga. Saat menginjak anak tangga terakhir, kakinya keseleo menyebabkan Rana terjatuh. Rana semakin menangis histeris karna tidak menemukan Dinda.

Dinda keluar dari kamar mandi, kepala nya berputar² mencari keberadaan Rana yg tidak ada di dalam kamar tidak menemukan Rana di kamar, dia berjalan keluar. Matanya membulat saat mendapati Rana terduduk di lantai,memegang kakinya dan menangis sesegukan. Dinda turun melalui tangga dengan cepat,bahkan Dinda sampai harus melangkahi dua anak tangga sekaligus.

"Rana,lo kenapa? Kok bisa jatuh?" tanya Dinda khawatir sambil membantu Rana berdiri

"Dinda"lirih Rana menangis sesegukan. Bahunya naik turun.

"Duduk dulu"Dinda menuntun Rana untuk duduk di sofa. Setelehnya Dia berdiri ingin mengambil kotak P3K. Tapi,Dinda terjungkal lagi karna tangan Rana masih melingkar di lehernya. Rana menggeleng kan kepalanya seolah berkata 'jangan pergi'

"Gue ambil kotak obat dulu"

Rana menggeleng lagi. Sudah Dinda bilang,Rana tidak akan membiarkannya pergi. Hal seperti ini sudah pernah terjadi sewaktu Dinda pergi mengikut mamanya tanpa memberitahu Rana.

"Bi,tolong ambilin kotak obat"suruh Dinda sopan kepada seorang pelayan.

Pelayan itu mengangguk dan segera mengambil Kotak obat. Dinda berjongkok di depan Rana, tangannya memeriksa kaki Rana yg membengkak.

"Ini non"pelayan itu memberikan kotak obat kepada Dinda. Dinda menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

Sedari tadi Dinda hanya menatap kaki Rana. Bingung harus memberikan obat apa.

"Kita ke rumah sakit aja yah"kata Dinda

Rana hanya diam. Memandang Dinda yg sedang serius mengamati kakinya

"Ayo,gue gendong"Dinda sudah berjongkok membelakangi Rana. Rana mengalungkan tangannya ke leher Dinda.

------

Dinda berjalan memasuki rumah Rana dengan Rana yg berada di punggungnya. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit. Dokter sudah mengobati kaki Rana.

"Kalian dari ma- astaga. Rana kamu kenapa? Kenapa kaki kamu di balut perban?"tanya Tina khawatir.

Rana hanya diam menyembunyikan  kepalanya di punggung Dinda.

"Rana keseleo Tan"jawab Dinda.

"Kok bisa?"

"Dinda juga gak tau. Rana dari tadi diam mulu"

"Ya sudah,ayo makan dulu"ajak Tina

"Rana mau ke kamar"setelha lama diam,akhirnya Rana bicara

"Tapi lo belum makan"sanggah Dinda

"Gue mau ke kamar"rengek Rana dengan suara parau nya.

Dinda menghela nafasnya. Berjalan menaiki tangga setelah permisi kepada Tina.

"Lo tunggu disini. Gue ambil makanan dulu"Dinda hendak pergi, tapi terjungkal lagi ke belakang karna Rana menahan tangannya.

Rana menggeleng dengan mata yg berkaca-kaca

"Ini Tante bawain makanan nya. Kamu disini aja,kayaknya Rana masih kangen tuh"Tina masuk ke dalam dan meletakkan nampan makanan di pangkuan Dinda.

"Makasih tan"ucap Dinda sopan

Tina mengangguk kemudian keluar dari kamar.

"Rana,ayo makan dulu. Habis itu minum obat"suruh Dinda berusaha lembut.

"Suapin"perintah Rana

Dinda hanya bisa pasrah,menyuapi Rana yg masih menatap nya dalam diam. Setelah selesai Dia mengambil obat Rana

"Minum dulu"Dinda memberikan obat Rana,Rana menerimanya dan meminumnya.

"Sekarang lo tidur yah,gue mau pulang dulu. Besok gue jemput."Dinda sudah berdiri dan berjalan menuju pintu tapi langkahnya terhenti saat mendengar Rana memanggilnya. Dinda berbalik dan mendapati Rana yg sudah berdiri di belakangnya dengan air mata yg sudah membasahi pipinya. Tentu saja itu membuat Dinda khawatir. Dinda menghapus air mata Rana dan mencium keningnya. Dadanya sesak saat melihat Rana menangis.

"Jangan pergi"lirih Rana untuk kesekian kalinya melarang Dinda pergi. Rana bahkan sudah memeluknya dengan erat dan menangis membuat bajunya basah.

"Tenang dulu. Gue gak pergi. Gue cuma mau pulang,besok gue balik lagi"Dinda mencoba menjelaskan dan menenangkan Rana.

Rana menggeleng kuat dan terus menangis. Melihat itu Dinda jadi tidak tega. Akhirnya Dinda menginap di rumah Rana.

"Tidur Ran. Gue gak bakal pergi" Dinda sungguh lelah,belum lagi Dinda harus menunggu Rana agar tertidur. Sadari tadi Rana tidak bisa tidur dan terus saja menatap Dinda seolah Dinda akan menghilang jika saja Rana memejamkan matanya walau hanya sejenak.

Dinda menghela napasnya pasrah, matanya sudah berat. Tangannya memeluk Rana dan mengusap kepalanya agar Rana tidur. Setelah lama menunggu akhirnya Rana tidur begitu juga dengan Dinda

Friend? Don't Leave Me(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang