2

92 7 0
                                        

Dinda berjalan di koridor sekolah. Dia berangkat pagi sekali tidak seperti biasanya. Dia mendudukan bokong nya di bangku yg akan dia tempati selama satu tahun. Menunggu sahabatnya datang.

5 menit kemudian...

"Lo udah dtng?"tanya Rana

"Hmm"jawab Dinda. Dingin,singkat,padat dan jelas

"Mata lo kenapa?"

"Nyokap,bokap"

Rana duduk di samping Dinda,memeluk sahabatnya memberikan dia kekuatan. Dua kata itu sudah menjelaskan semuanya. Dia tidak perlu lagi bertanya lebih lanjut,yg harus dia lakukan skrng adalah memberika Dinda semangat agar tetap bertahan hidup.

"Gue capek Rana." lirih Dinda

"Gue ngerti,ada gue disini"jawab Rana

Rana adalah nama panggilan Dinda untuk Rana, ntah mengapa Dinda menyukai nama itu. Dinda memeluk Rana menangis didalam pelukannya, tidak sederas tadi pagi. Tapi rasa sakitnya masih sama.

"Jangan nangis,disini banyak orang. Lo mau diejek?"tanya Rana

Dinda tidak menjawab,dia hanya menghapus air matanya. Tidak ingin ada orang yg mengatakan bahwa dirinya lemah. Walau kenyataannya memang seperti itu.

------

"Lo pulang kerumah?" Tanya Rana

Waktu pulang sudah berlangsung sejak 5 menit lalu. Dinda dan Rana tidak langsung pulang,mereka masih setia di kelas. Sebenarnya, Rana menemani Dinda yg sedari tadi Tidak ingin pulang. Setelah perjuangan untuk membujuk Dinda,akhirnya mereka keluar dan menuju Parkiran.

"Rumah lo, masuk"perintah Dinda. Rana hanya pasrah mengikuti kemauan sahabatnya ini.

Dinda menjalankan mobilnya. Menuju rumah Rana. Tidak ada yg ingin membuka pembicaraan. Baik Rana maupun Dinda sama² tenggelam dalam pikiran masing². Sampai akhirnya Rana mengalah.

"Lo mau es krim?"tanya Rana. Menatap Dinda dengan wajah terkejut.
"Lo knp nangis?"tanya nya lagi menyentuh pundak Dinda. Dinda tersadar dan menghapus air matanya yg turun. Ntah ini untuk keberapa kalinya. Tapi yg pasti Dinda tidak menyukai dirinya yg lemah.

"Apa?" Dinda menoleh setelah menghapus air matanya.

Rana hanya bisa menarik nafas nya dan membuangnya dengan kasar.

"Berhenti"perintah Rana. Dinda yg mendengarnya langsung menginjak pedal gas sehingga menyebabkan banyak hujatan yg tertuju padanya.

"Lo kok rem nya mendadak sih,untuk nih kepala masih aman,kalau enggak udah ada tuh benjolan dan membuat kecantikan gue hilang,kalau kecantikan gue hilang lo mau tanggung jawab. Lo harus--"omel Rana terpotong
"Berisik. Lo mah ngapain? Gue mau cepat sampe rumah dan tidur".Dinda memang selalu berbicara panjang kalau sedang bersama Rana,dia tidak pernah bersikap dingin,kecuali dia sedang dalam keadaan badmood.

"Mau beli Es Krim,lo mau gak? Oke gak usah dijawab gue tau lo pasti mau,secara kan lo pencinta es krim apalagi es--"cerocos Rana lagi. Membuat Dinda semakin lelah menunggu. Dinda keluar dari mobil,meninggalkan Rana yg masih dengan ocehannya yg tidak jelas. Jika dia sudah tau Dinda mau,kenapa dia harus bertanya lagi. Menyebalkan.

"Mbak es krim cokelat,vanila,dan strobery 2 dibungkus"pesan Dinda.
"Silahkan tunggu sebentar"jawab penjual tersebut dengan ramah.

"Ini pesanan nya mbak. Semuanya 34.000"kata penjual sembari memberikan pesanan Dinda. Dinda mengeluarkan uang 50.000
"Kembaliannya ambil aja mbak"kata Dinda
"Terima kasih mbak"jawab penjual itu kembali. Dinda hanya menganggukan kepalanya dan berjalan menuju mobil. Sungguh matanya berat sekali ingin tertidur.

"Kok lo yg beli sih?. Sini gue pegangin. Lo kan harus nyetir ntar kalau lo nyetir sambil megang tuh ss krim kita bisa jatu--"

Dinda memberikan es krim nya kepada Rana. Sungguh sahabatnya ini membuat kepalanya semakin pusing saja.

Dinda segera mungkin menjalankan mobilnya. Dia hanya ingin tidur,tidur dan tidur.

15 menit kemudian. Mereka sampai di rumah Rana. Dinda langsung turun dari mobilnya dan Membuka pintu dan masuk, tidak peduli dengan pelayan yg ada di sampingnya. Dia berjalan menuju kamar Rana. Dan tidur. Tidak peduli dengan Rana yg ditinggalkannya di mobil. Dia yakin pasti sekarang Rana sudah kesal dan akan berteri--
"Dinda,lo tuh ngeselin banget sih main tinggal aja".

Sudah dia katakan Rana pasti akan berteriak. Dinda hanya diam, mencoba tidur,dengan ocehan Rana yg tidak ada henti² nya.

"Rana,plis deh lo diem skrng. Gue mau tidur,kepala gue sakit"keluh Dinda

"Lo sakit? Lo makan dulu trus minum obat,baru tidur. Lo tunggu disini gue ambilin makan dulu."lagi dan lagi. Memang tidak ada hentinya Rana berbicara.

Rana keluar,mengambil nasi dan lauk beserta obat. Kemudian kembali ke kamar.
"Din,lo makan dulu yah,gue udah bawaain makanan kesukaan lo. Nih--" Rana berhenti berbicara,menatap Dinda-sahabatnya. Yg selalu membuatnya kesal,senang,bahagia, sedih. Rana begitu menyayangi Dinda. Rana berjalan menuju tempat tidur nya. Menatap Dinda,wajahnya begitu lelah, banyak kesedihan dalam hidupnya. Mencium Dinda, memberikan dia kekuatan,untuk tetap bertahan.

"Gue sayang lo Din,semoga lo kuat jalanin kehidupan lo"lirih Rana

Rana keluar kamar. Membiarkan Dinda untuk beristirahat.

Friend? Don't Leave Me(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang