7. Kenangan Pertama

230 6 0
                                    

"Haii guysss. Seperti malam sebelumnya, panggung kita ini akan diisi oleh penyanyi. Kali ini mereka dari kalangan anak sma. Nah kita sambut keduanya. Alena dan Gerald!" Mc di dalam kafe Dallas sudah menyerukan namanya berserta nama Gerald. Tidak mungkin jika dia berdiam diri saja.

"Lo pasti bisa Len. Percaya deh sama gue." Tania menyemangatinya. Alena mengangguk membenarkan. Tidak mungkin jika dia akan mengacaukan harapan Tania pada penampilannya kali ini.

"Lo tinggal resapi lagunya. Anggap lo nyanyi buat seseorang." Gerald menambahkan kalimat semangat Tania. Dia berusaha untuk meyakinkan dirinya. Tanpa sengaja ketika menoleh, dia menatap ke meja Delvin dan Miko. Kedua orang itu menatapnya, namun Alena lebih memfokuskan pandangannya pada Delvin.

Rasanya jantungnya berdetak tak karuan. Untuk pertama kalinya setelah Alena memutuskan keluar dari keorganisasian. Kali ini Delvin tersenyum menyemangatinya, seolah memberikannya semangat pada penampilannya kali ini.

"Ayo Len!" Gerald lebih dulu naik ke atas pangung. Menyiapkan posisinya yang duduk sambil memangku gitar diikuti Alena. Dia menghembuskan napasnya, menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan akan rasa takutnya jika gagal.

"Selamat malam," sapa Gerald pada pengunjung kafe. Mereka membalas sapaan Gerald dengan senang hati. "Di sini kami akan membawakan lagu dari jikustik yang berjudul puisi. Saya harap kalian akan menyukai lagunya."

Suara petikan gitar Gerald kini mendominasi suasana kafe yang berubah hening. Semua pengunjung menatap ke arah mereka. Menunggu sang penyanyi melantunkan suaranya. Alena menarik napas, ia mulai membuka suaranya.

Aku yang pernah engkau kuatkan
Aku yang pernah kau bangkitkan
Aku yang pernah kau beri rasa

Alena menutup matanya saat pertama kali menyanyikan bait dari lagu itu. Detak jantungnya lebih tenang ketika dia menutup mata dan tidak melihat sekelilingnya. Barulah pada bait kedua dia membuka matanya. Bersamaan dengan suara Gerald yang memberikan variasi pada duet mereka meski Alena masih mendominasi.

Saatku terjaga hinggaku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingatmu

Alena terkadang masih mengingat setiap pertemuannya dengan Delvin. Hampir setiap hari bayangan Delvin yang berada di dekatnya sekelebat berputar dipikirannya. Padahal mereka hanya mengenal dan bertemu secara singkat. Tapi saat ini Alena tahu jika cintanya pada Delvin itu melebihi cintanya pada seseorang sebelum Delvin. Dia tidak pernah berharap Delvin berbalik mencintainya. Karena memang itu rasanya sangat tidak mungkin.

Kapan lagi kutulis untukmu
Tulisan-tulisan indahku yang dulu
Pernah warnai dunia
Puisi terindahku hanya untukmu

Terkadang Alena menulis puisi tentang Delvin. Atau dia juga menulis cerita tentang laki-laki itu, tapi tanpa menggunakan nama asli. Memang cinta disampaikan dengan berbeda. Pun dengan Alena yang memilih mengabadikan Delvin lewat pusisi dan cerita-ceritanya.

Mungkinkah kaukan kembali lagi
Menemaniku menulis lagi
Kita arungi bersama
Puisi terindahku hanya untukmu

Pada bait itu, Alena beralih menatap Delvin. Laki-laki itu memang menatapnya sedari awal. Tapi dia tidak mau berpikir jauh, karena nyatanya kali ini memang dia yang menjadi pusat perhatian semua orang. Alena masih setia mengamati Delvin sambil menyanyikan lirik selanjutnya. Rasanya kali itu dia bebas memandangi wajah Delvin yang lama sekali tidak pernah dia tatap lagi.

Sementara Delvin merasa tiap bait lagu yang dinyanyikan Alena kini diperuntukkan untuknya. Apalagi Alena sejak tadi menatap wajahnya. Seharusnya Delvin menyadari seberapa besar perempuan itu menyukainya, namun segera ditampiknya. Bayangan Nabila di masa smpnya kembali muncul, perempuan itulah yang selalu ada dihatinya dan tidak akan tergantikan.

"Vin, pinjem hape dong. Hape gue lowbatt nih" Delvin menolehkan kepalanya ke arah Miko. Dia menggeser ponselnya ke area laki-laki itu.

"Buat apa?" tanyanya kemudian.

"Sayang kalau dilewatin. Gue mau videoin Alena." Miko mulai mengotak-atik ponsel Delvin. Setelah menemukan aplikasi perekam video, tangannya mulai bergerak mencari angel yang tepat.

"Lo suka sama dia?" tanya Delvin tanpa sadar.

"Nggak. Cuma sayang aja kalau nggak direkam." Miko membalas dengan santai.

Suara tepukan tangan kini mendominasi kafe Dallas. Mereka mengapresiasi Alena dan Gerald yang menyanyikan lagu puisi dengan sangat apik. Alena merasa lega telah berhasil menyanyikan lagu itu. Alena dan Gerald menundukkan tubuhnya berterima kasih. Mereka kembali ke tempat duduk.

"Selamat Len. Gue bilang juga apa. Lo pasti bisa." Tania langsung menyambutnya dengan pujian.

"Makasih Tan." Tania mengangguk di tempatnya.

"Kali ini kita ada sesuatu yang berbeda. Saya akan memilih diantara pengunjung untuk berduet. Bagaimana? Apa kalian setuju?" Mc laki-laki itu mengarahkan mikrofonnya pada pengunjung yang dibalas dengan antusias mereka. "Oke saya akan memilih." Mc itu turun dari panggung. Berjalan mengelilingi area kafe.

"Kira-kira siapa yang mc itu pilih?" tanya Gerald.

"Nggak tahu lah." Alena mengendikkan bahunya tak acuh.

"Mau tebakan?" Kali ini Tania yang berbicara. Perempuan itu menunduk agar terlihat serius. "Kalau yang dipilih nanti laki-laki sama perempuan berarti itu jodoh."

"Heem. Mana bisa gitu." Alena berkata tidak percaya.

"Kita lihat saja, perempuan sama perempuan atau laki-laki sama laki-laki atau perempuan sama laki-laki."

"Alena!" suara nyaring dari mikrofon sang mc yang berada di belakangnya membuat Alena terkejut. Dengan tampang terkejutnya dia menatap sang mc. Membuat mc itu sedikit tertawa karenanya. "Saya ingin kamu duet dengan orang yang tadi sudah saya pilih. Dia sudah ada di panggung."

Wajah Alena berubah masam. Tadi dia pasti belum melihat siapa yang dipilih mc itu sebelumnya. Tidak ada pilihan lain, daripada nantinya ada perdebatan Alena memilih berjalan ke arah panggung. Tak dia sangka, ternyata duetnya kali ini akan bersama dia, Delvin Verrio Abiza.

Alena menghentikan langkahnya secara tiba-tiba ditengah jalan. Jantungnya memompa dengan cepat, debarannya bisa dia rasakan. Namun terasa begitu menyayat tatkala dia ingat siapa perempuan yang mengisi hati laki-laki itu. Dia ingin berputar arah. Hanya saja dia urungkan jika mengingat apa yang akan dilakukannya bisa membuat lelaki itu malu nantinya. Dengan langkah berat, akhirnya Alena melangkahkan kakinya kembali menuju tempat Delvin berada.

"Mau duet lagu apa?" tanya Delvin ketika dia sudah ikut duduk di samping kursi yang sudah disediakan dipanggung.

Alena hanya menatap wajah Delvin. Dia tidak tahu harus memilih lagu apa, lagipula dia tidak terlalu suka menyanyi. Dia tahu lagu dan liriknya, namun dia hanya menyanyikan lagu-lagu itu di saat penat mengisi harinya. Menyanyi hanya bentuk luapan emosi yang dia keluarkan. Bukan untuk bersenang-senang karena ingin.

"Like i am gonna lost you," celetuk Alena tanpa sadar. Entah dari lubuk hatinya dia ingin menyanyikan lagu itu bersama Delvin. Lagu itu sarat akan makna dimana dua orang kekasih yang mencintai seperti akan kehilangan. Tentu hal itu menjadikan mereka menikmati kebersamaan mereka dengan baik seolah-olah akan berpisah keesokannga. Lagipula belum tentu Alena akan berduet bersama lagi dengan Delvin.

Dulu Alena pernah menatap Delvin yang berada dekat dengannya seperti malam ini. Saat itu Delvin sedang memegang gitar yang berada di ruang organisasi. Delvin awalmya menyuruh Tara-teman sekelasnya-yang satu organisasi juga-untuk mengambilkan gitar itu. Setelah berada di tangannya, yang ada Delvin malah memeluknya tanpa berniat memainkannya. Saat itu Alena membayangkan dia bisa berduet dengan Delvin. Dia tahu suara Delvin itu bagus tapi Delvin jarang menyanyi.

Rasa cinta Alena pada Delvin masih ada. Karena cinta itu tidak mudah untuk dilupakan. Sekeras apapun usaha untuk melupakan jika orang yang ingin dilupakan selalu muncul setiap hari, maka hanya sia-sia saja.

Alena tidak berharap Delvin balas menyukainya ataupun menjadikan lelaki itu sebagai pacar. Dia hanya sebatas menyukai Delvin tanpa harapan meski terasa sakit saat laki-laki itu tidak peduli terhadapnya. Lagipula jika mengingat cinta Delvin pada Nabila tidak mungkin dia bisa menjadi lawan yang sepadan dengan perempuan itu. Melihat betapa cantik dan manisnya Nabila, jelas Alena sangat jauh darinya.


—--Bersambung--—

Between Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang