8. Bahagia Yang Seperti Apa?

224 8 0
                                    

Tok tok tok

Seorang anak kecil dengan baju kodokan berwarna hitam mengetuk kamar Delvin secara membabi buta. Di hari minggu ini dia ingin menikmatinya dengan hari libur. Seharusnya Delvin ingat jika keponakannya itu akan datang setiap minggu. Dia dititipi kakak iparnya-Valeya untuk menjaga Dio dari pagi sampai sore.

"Om Delvin! Buka om! Buka!" teriak Dio akhirnya. Tidak mungkin jika dia bisa meraih gagang pintu yang berada di atasnya. Dia terlalu kecil, hanya berteriak dan menggedor pintu kamar omnya yang dia bisa.

Ceklek, Delvin membuka pintu kamarnya. Wajahnya masih kusut khas bangun tidur dengan baju yang sama yang kemarin dia pakai masih belum berganti karena dia memang belum mandi kali ini.

Tanpa mengatakan apa keinginannya, Dio menyelonong masuk ke dalam kamar Delvin. Delvin hanya diam, lagipula dia masih lelah. Di saat hari sabtu sebagian menikmati liburnya, Delvin malah disibukkan dengan les dibimbel. Apalagi hari jumat kemarin ada banyak tugas, membuat jam tidurnya terpotong.

Delvin kembali melanjutkan tidurnya tanpa menghiraukan Dio yang kini mengambil ponselnya. Anak kecil itu lalu mendekat ke arah Delvin, menyuruhnya membuka sandi diponselnya. Setelah terbuka, Dio memencet galeri, dia menemukan video Alena yang menyanyi lagu Puisi. Anak kecil itu memang sudah bisa mengoperasikan ponsel dengan baik. Siapa lagi kalau bukan om-nya yang mengajarinya. Padahal kakaknya-Vion-ayah Dio-sudah melarang.

Mata Delvin kembali membuka saat mendengar suara Alena. Dia beralih menatap Dio, terlihat anak kecil itu begitu senang melihat Alena meski hanya dalam sebuah video. Delvin mendekat ke arah Dio, lalu memangkunya sambil ikut menikmati video yang direkam Miko diponselnya kemarin.

"Vin!" Valeya membuka pintu kamar Delvin sambil membawa makanan untuk Delvin dan Dio. Kebiasaan kakak iparnya sebelum meninggalkan Dio ketempat kerja. Maklum, jadwal seorang desainer tidak ada yang tahu. Kadang sibuk, kadang waktu luang banyak. Tapi akhir-akhir ini Valeya suka menitipkan Dio dihari minggu padanya. "Kamu belum mandi pasti," tebak Valeya dengan benar, terlihat cengiran khas dari adik iparnya itu.

"Sekali-kali kak."

"Udah kamu mandi sana. Ntar Dio ketambahan bau kecut kamu." Valeya bergerak mengambil Dio kegendongannya. Delvin yang sudah diperlakukan seperti itu tidak ada pilihan lain untuk tidak bergegas mandi.

"Iya kak. Ini mau mandi." Delvin pergi ke kamar mandi yang berada di samping dapur. Jangan bayangkan rumahnya semewah anak konglomerat, rumah Delvin sederhana seperti kebanyakan masyarakat Indonesia pada umumnya.

"Val, Dio nggak papa dititipin lagi disini?" tanya Vion pada Valeya yang tahu tidak suka berpisah dengan Dio.

"Ya nggak papa. Dia nggak mungkin ikut juga. Kita pasti lama ntar ngurus semuanya. Lagipula kita ke sana untuk perjalanan bisnis, bukan untuk liburan. Kalau ngajak Dio yang ada dia tertekan di sana nantinya." Valeya menatap anak laki-lakinya di tengah pintu kamar Delvin. Dio masih setia menatap ponsel Delvin di atas kasur tidak berminat dengan sekelilingnya.

"Ya sudah ayo kita makan dulu." Vion menggandeng isteri tersayangnya ke arah ruang makan. Di sana sudah ada Feera-adik ipar bungsunya

Beberapa menit setelahnya Delvin keluar dari kamar mandi sambil menyugar rambutnya yang basah. Setelan bajunya telah berganti, kini dia memakai celana pendek berwarna coklat dan baju putih. Matanya menatap gorengan yang ada di meja makan.

"Lohh. Kakak udah bawain tadi ke kamar kamu." Valeya menginterupsi kegiatan Delvin. Tapi laki-laki itu tetap memasukkan gorengan yang dia ambil ke dalam mulutnya.

"Nggak papa kali kak kalau aku makan juga di sini." Valeya memutar bola matanya jengah.

"Kak, bisa nanti anterin aku ke toko buku?" tanya Feera adiknya disela-sela kunyahannya. Dia memandang kakaknya dengan harap. Delvin yang tidak tegaan, akhirnya mengiyakan permintaan adiknya.

Between Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang