15. Muara

180 6 0
                                    

Tes akhir semeter telah selesai. Perjuangan belajar seminggu penuh telah usai. Para siswa kini disibukkan dengan acara classmeet. Antusias dari mereka tidak surut. Bahkan sudah ada yang mempersiapkan beberapa hal yang akan mereka tampilkan. Ada beberapa lomba, diantaranya : dance, nyanyi, dan acara stand up comedy dalam seni pentasnya. Sedangkan acara game diantaranya : tarik tambang, memecahkan balon, futsal, basket, balap karung pakai helm, dan membuat poster. Para anggota osis pun sudah mulai menyiapkan segala keperluanya.

"Len! Di tunggu Gerald di atas. Katanya mau latihan nyanyi."

Alena yang baru datang dikejutkan dengan informasi itu. Seingatnya tidak ada yang mengabarinya. Dia lupa ponselnya kemarin dia mode pesawat dan belum dia sentuh sejak hari pertama tes berlangsung. Alena mengambil ponselnya ditas. Dia mengubah mode ponselnya. Lalu menghidupkan datanya.

"Oke gue ke sana."

Alena melangkah keluar kelas, matanya masih menatap layar ponsel dengan seksama. Menunggu semua pesan yang masuk. Ada banyak orang yang mengiriminya pesan. Namun yang paling mencolok adalah pesan dari Gerald yang menyuruhnya untuk latihan di ruang seni di lantai dua.

Bugg....

"Auhhhh. Bokong gue." Alena meringis merasakan sakit dipantatnya.

"Sorry Len. Gue nggak tahu lo di belakang gue." Alena mendongak, dia melihat Miko berdiri di depannya sambil menyodorkan tangannya berniat membatunya berdiri sedangkan laki-laki di samping Miko berjalan menjauh. Alena memegang tangan Miko. Kini mereka sudah berdiri berhadap-hadapan.

"Nggak papa kok. Ini salah gue sibuk sama hape."

"Ohh pantes lo kelihatan ada janji gitu."

"Iya nih. Gue mau ke atas. Ada janji soalnya. Duluan ya." Alena melambaikan tangannya. Melupakan ponselnya yang entah terjatuh kemana saat menabrak Miko tadi.

"Len!" Alena membalik tubuhnya. Dilihatnya Delvin berlari kecil mengejarnya. Dengan tatapan bingung Alena mengamati laki-laki itu dari atas sampai bawah. Perasaan tidak ada yang salah, masih sama. Tapi kenapa dia bersusah payah mengejarnya. "Ini hape lo tadi jatuh."

Alena baru menyadari jika tadi sebelum bertabrakan dengan Miko dia membawa ponsel. Berarti Delvin menjauh untuk mengambil ponselnya yang entah terjatuh di mana. Ada perasaan yang kembali muncul dihatinya ketika memikirkan kemungkinan kecil itu. Alena menggeleng, mengenyahkan pikiran itu.

"Ehhh. Gue lupa, makasih ya." Alena mengambil ponselnya. Matanya masih mengamati wajah Delvin yang begitu dekat dengannya. Begitu rupawan, meski tidak setampan aktor korea. Dia bisa mengamati dengan jelas bentuk wajah itu. Apalagi tinggi badan mereka tidak jauh berbeda.

"Mau kemana?"

"Ohh. Ke atas. Ada janji sama Gerald. Gue duluan ya." Alena bergegas pergi. Dia tidak mau jantungnya berdetak dengan keras lebih lama lagi. Tidak dipungkiri, meski mulut dan otak ingin berkata berhenti tapi hati tetap ingin memiliki. Alena hanya kurang berusaha lebih kuat. Itu masih permulaan. Suatu saat hatinya pasti akan biasa saja tanpa ada detak jantung yang bertalu-talu saat bertemu kembali dengan Delvin.

***

"Kita mau nyanyi lagu apa?" tanya Alena pada Gerald. Beruntung di sana ada Tania, dia tidak perlu canggung nantinya. Meski perempuan itu sibuk dengan ponselnya. Duduk agak jauh dari Gerald.

"Lo aja yang pilih."

"Yahh. Mana gue ngerti, lagu gue aja itu-itu aja."

"Lagunya Adera yang muara. Itu bagus. Coba deh nyanyi. Cocok sama suara lo yang rendah." Tania ikut menimbrung diantara mereka. Tania beralih duduk di dekat Gerald.

Between Us √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang